Oleh. Indri Wulan Pertiwi
(Aktivis Muslimah Semarang)
SSCQMedia.Com—Dunia menyaksikan tragedi kemanusiaan yang terus berulang di Gaza. Serangan brutal Zionis terhadap warga sipil, pembantaian anak-anak, dan perampasan hak hidup terus terjadi tanpa henti. Sebagai respons terhadap genosida yang sedang terjadi terhadap rakyat Palestina, khususnya di Jalur Gaza, di Istanbul, Turki, Koalisi Global Bela Al-Quds dan Palestina menyelenggarakan Konferensi Al-Ruwad ke-14 dengan tema, "Kemenangan untuk Gaza adalah Tanggung Jawab Umat." Konferensi ini bertujuan untuk memperkuat dukungan dan memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina dengan melibatkan berbagai elemen umat.
Konferensi ini dihadiri oleh berbagai tokoh, termasuk Kepala Biro Luar Negeri Hamas, Khaled Mashal, yang menyampaikan pesan penting kepada umat muslim internasional. Mashal menekankan urgensi untuk tidak berdiam diri terhadap penderitaan rakyat Gaza yang terus berlangsung, serta ancaman serius terhadap wilayah Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa akibat tindakan agresif entitas Zionis. Ia juga menyerukan tindakan konkret, seperti menyuarakan kemarahan kepada pemimpin negara, menuntut penghentian perang, melakukan aksi lapangan, dan mengakhiri blokade terhadap Gaza. (sabili.id, 28/4/2025).
Sayangnya, perintah suci ini seolah terlupakan di tengah hiruk-pikuk diplomasi dan perundingan yang tak kunjung membuahkan hasil. Gaza terlunta-lunta dalam keputusasaan dan kelaparan dipertontonkan di hadapan dunia yang menjadi saksi bisu atas kegagalan kita dalam menjalankan amanah. Lebih menyayat hati, sebagian pemimpin negara-negara mayoritas muslim justru memilih diam, bahkan berkhianat. Kepentingan politik pragmatis menyaingi semangat persaudaraan, diplomasi kosong yang mengalahkan aksi nyata, yaitu menggerakkan kekuatan militer untuk membela saudara-saudara mereka di Palestina.
Jihad solusi yang diperintahkan Allah Swt, terkesan hanya sebagai slogan belaka, bukan sebuah komitmen nyata. Meski sesungguhnya kita menyadari permasalahan Palestina melampaui konflik teritorial semata. Ini adalah persoalan kemanusiaan, keadilan, dan kehormatan umat Islam yang menuntut solusi permanen. Sehingga perubahan paradigma dan langkah konkrit diperlukan, dan persatuan umat di bawah kepemimpinan yang kuat dan adil, yakni Khilafah menjadi kunci untuk mengakhiri penderitaan yang terus berlanjut.
Khilafah bukan sekadar bentuk pemerintahan, tetapi sistem kepemimpinan kolektif yang mengemban tanggung jawab menjaga seluruh kaum muslim. Sebab dalam konteks kepemimpinan Islam, terdapat penekanan kuat akan tanggung jawab pemimpin untuk melindungi rakyatnya dari ancaman dan ketidakadilan. Konsep ini tergambar jelas dalam sejumlah hadits yang menekankan peran pemimpin sebagai pelindung dan pembela umatnya. Sehingga bisa dikatakan bahwa kehadiran Khilafah adalah sebagai perisai bagi kaum yang tertindas, bukan sekadar simbol kekuasaan.
Sepatutnya umat Islam belajar dari sejarah para pendahulunya yang tidak memilih jalur diplomasi yang lemah, tetapi memilih perang suci (jihad) untuk menegakkan keadilan. Sebagaimana yang dicontohkan Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi. Di bawah naungan Khilafah, beliau berhasil membebaskan Palestina dari cengkeraman tentara salib. Begitu pula Rasulullah saw., yang dengan tegas mengusir Yahudi Bani Qainuqa' karena melanggar perjanjian, menunjukkan ketegasan pemimpin Islam dalam menegakkan keadilan dan melindungi umatnya.
Sehingga tatkala Khilafah telah didirikan kembali, masyarakat Gaza akan terbebas dari semua penderitaan ini. Musuh-musuh Islam yang menyerang umat muslim akan dilawan dengan tegas. Oleh karenanya, menegakkan Khilafah bukanlah sekadar cita-cita, tetapi fardu kifayah, kewajiban bagi semua muslim. Para ulama pun sepakat menyebutnya "tajul furud" (mahkota kewajiban) yang menandakan pentingnya kehadiran Khilafah bagi umat Islam.
Perjalanan menuju tegaknya Khilafah memang tak mudah, sulit dan penuh dengan hambatan. Namun, kita sebagai umat muslim tak boleh menyerah. Sebab Rasulullah saw. sendiri telah menjanjikan kembalinya Khilafah akan membawa keadilan dan kedamaian bagi umat manusia. Penderitaan saudara-saudara kita di Gaza menjadi bukti nyata betapa mendesaknya kita untuk bangkit. Perjuangan ini membutuhkan dakwah ideologis yang kuat, yang menyerukan jihad dan tegaknya khilafah. Dakwah yang mengikuti pendekatan Rasulullah saw. yaitu berlandaskan pada akidah. Dengan mengedepankan kesadaran dan persatuan yang kokoh untuk mewujudkan keadilan dan menghentikan penindasan, karena Gaza telah terlalu lama menanti kembalinya Khilafah.
Wallahualam bishawab. [Hz]
Baca juga:

0 Comments: