Oleh: Ryah Faraly
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com – Al-Qur’an mengajarkan bahwa kesedihan adalah bagian dari kehidupan dan merupakan ujian. Namun demikian, seorang mukmin didorong untuk menghadapi setiap cobaan dengan kesabaran, optimisme, dan bersandar sepenuhnya kepada Allah Swt, bukan sekadar menyembunyikan rasa sakit.
Dalam Surah Al-Baqarah [2]: 155, Allah Swt berfirman bahwa Dia akan menguji manusia dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Allah juga memerintahkan agar manusia bersabar dalam menghadapi semua ujian tersebut.
Kehidupan seorang muslim tidak seluruh waktunya diisi dengan sujud dan rukuk, dan tidak pula seluruhnya untuk bermain. Manusia terdiri atas tiga unsur, yaitu akal, jasad, dan ruh, yang masing-masing memiliki kebutuhan.
Kebutuhan akal adalah tadabbur, membaca, dan menganalisis. Kebutuhan jasad adalah makan, minum, dan istirahat. Adapun kebutuhan ruh adalah amal saleh. Islam merupakan agama yang sangat menyentuh fitrah manusia.
Allah Swt. menciptakan manusia dengan berbagai watak, perilaku, dan sifat yang berbeda-beda. Kita tidak bisa menyalahkan seseorang atas watak yang dimilikinya, karena tertawa dan menangis adalah bagian dari fitrah manusia. Sebagai pedoman dan panduan hidup, Al-Qur’an telah memberikan petunjuk yang utuh dan lurus dalam menyingkap rahasia alam semesta, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
Al-Qur’an memiliki makna yang sangat mendalam bagi hati dan jiwa, yaitu mendorong pendekatan diri kepada Allah, penyatuan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Secara sosiologis, Al-Qur’an juga menumbuhkan hasrat dan motivasi untuk berinteraksi, berbagi kepada sesama, serta dorongan untuk beramal dan meraih pahala.
Al-Qur’an membentuk manusia agar berpikir cerdas dan kritis, serta bertindak kreatif untuk menemukan keagungan Allah Swt. melalui ayat-ayat-Nya.
Allah Swt. menganugerahkan senyum dan tawa sebagai ungkapan kegembiraan dan kebahagiaan. Namun, Al-Qur’an tidak membenarkan sikap tertawa secara berlebihan.
Banyak orang merasa bosan ketika harus berdiam diri di rumah, bahkan mengalami stres ringan saat hari-harinya dipenuhi masalah. Dalam kondisi demikian, sebagian orang mencari hiburan dengan menonton video humor atau membuat lelucon untuk menghibur orang lain. Semua itu dibolehkan selama tidak dilakukan secara berlebihan.
Istilah “rasa sakit di balik senyuman” memang tidak disebutkan secara langsung dalam ayat Al-Qur’an. Namun, Islam mengajarkan tentang pengelolaan emosi, kesabaran, dan sikap dalam menghadapi cobaan hidup agar manusia mampu terus bertahan dan bersabar dalam menjalani kehidupan.
Al-Qur’an mengakui keberadaan emosi manusia, termasuk kesedihan, ketakutan, dan rasa sakit. Hal tersebut bukanlah tanda kelemahan, melainkan bagian dari fitrah kehidupan di dunia.
Ketika kita mendapatkan ujian semata-mata karena Allah dan untuk meraih rida-Nya, perasaan manusiawi memang sering kali hadir dan mengecewakan. Namun, harapan kepada Allah tidak pernah mengecewakan, karena Dia tidak pernah mengingkari janji-Nya. Dengan keikhlasan, beban akan terasa lebih ringan dan setiap ujian bernilai ibadah. Masya Allah.
Semua ini membutuhkan kesabaran yang luar biasa, terutama saat menghadapi kesulitan dan proses yang terasa lambat. Al-Qur’an berulang kali menyeru manusia untuk bersabar, karena di balik kesabaran terdapat pertolongan dan hikmah yang besar.
Dengan kesabaran, setiap kesulitan tidak lagi dipandang sebagai hambatan, melainkan sebagai tangga menuju derajat yang lebih tinggi di sisi Allah. Setiap ujian yang terasa berat merupakan kesempatan untuk melatih kesabaran dan keistikamahan.
Sering kali rasa minder muncul karena kita lupa bersyukur atas apa yang telah dicapai. Pola pikir Qurani mengajarkan kita untuk mensyukuri setiap kemajuan, sekecil apa pun. Bahkan niat untuk bangkit kembali setelah terjatuh merupakan nikmat yang patut disyukuri.
Ketika kita bersyukur, hati menjadi lapang dan energi positif mengalir. Kita akan menyadari bahwa karunia untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an adalah kebutuhan dalam kehidupan sekaligus anugerah yang tidak semua orang miliki.
Hal terpenting adalah senantiasa mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, hati akan menemukan ketenangan sejati, mengusir kegelisahan, kekhawatiran, dan luka batin.
Saat hati tenteram karena mengingat-Nya, setiap luka akan perlahan sembuh. Kita pun menyadari bahwa setiap ujian memiliki jalan keluar. Al-Qur’an hadir untuk mendekatkan diri kepada Allah sebagai pedoman hidup bagi umat Islam.
Dengan motivasi Qurani, luka batin dapat diubah menjadi kekuatan. Masalah terasa lebih ringan dan mendorong kita untuk semakin dekat kepada Allah. Al-Qur’an tidak lagi dipandang sebagai beban, melainkan sebagai sumber cahaya, penyembuh, dan penuntun menuju kehidupan yang lebih bermakna.
Jangan biarkan hati kosong. Jadikan Al-Qur’an sebagai terapi jiwa yang menenangkan hati dan menguatkan iman dalam perjalanan menuju Rabb-Nya.
Sesungguhnya kita membutuhkan dukungan dan motivasi dari lingkungan yang mendukung proses penyembuhan dan pertumbuhan. Dengan bimbingan yang lembut dan metode yang menenangkan, ada tempat yang dapat menjadi bagian dari perjalanan mulia bersama Al-Qur’an.
Semua ini adalah undangan untuk melangkah maju tanpa beban, dengan hati yang ikhlas dan lapang dalam menjalani kehidupan dunia. Masya Allah, jika hidup bersandar kepada Al-Qur’an, niscaya kita dapat meraih kebahagiaan meskipun luka kadang hadir. Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan agar kita terus berjalan dalam ketaatan meski dihadapkan pada masalah yang seakan tak berujung. Aamiin.
Wallahu a’lam.
Cilacap, 14 Desember 2025
[My]
Baca juga:
0 Comments: