surat pembaca
Kita Mau jadi Pejuang atau Pecundang?
Oleh. Rina Herlina
Hampir setahun badai Al-Aqsha berlalu. Setelah itu bumi Palestina terus mencekam. Para pejuang terus bergerilya melawan penjajah sampai titik darah penghabisan. Mereka tinggalkan keluarga, mereka korbankan waktu, tenaga, dan materi demi tercapainya kemerdekaan hakiki lepas dari belenggu Zionis Israel. Mereka tak lagi peduli jika kematian terus mengintai mereka. Satu hal yang mereka inginkan, merdeka selama-lamanya. Merdeka di tanah mereka sendiri, tanah Palestina yang begitu mereka cintai.
Keyakinan mereka kepada pertolongan Rabbnya begitu kuat. Mereka selalu bersyukur atas setiap kondisi. Mereka tak pernah mengeluh apalagi marah kepada ketetapan Rabbnya. Ini menjadi salah satu kunci kekuatan mereka. Bisa kita saksikan sampai hari ini mereka tetap kokoh memegang keyakinannya meski kesulitan demi kesulitan datang menghampiri, meski setiap hari harus rela kehilangan sanak saudara karena terbunuh. Mereka tetap tabah dan meyakini ketetapan Allah atas mereka adalah yang terbaik. Masyaallah betapa luar biasanya keimanan mereka.
Saat dunia tak berpihak pada mereka, saat saudara terdekat mereka seperti Mesir, enggan membantu Palestina, mereka tetap yakin pertolongan Allah akan segera tiba. Sebab memang hanya soal waktu, Allah binasakan Zionis dan sekutu-sekutunya. Saat ini boleh saja Zionis merasa di atas angin, namun mereka harusnya ingat bahwa kebatilan, kezaliman, dan kekejaman yang mereka lakukan pasti ada akhirnya. Seperti halnya umat-umat terdahulu, barang siapa melakukan kemungkaran, kerusakan, dan menganiaya saudaranya maka Allah hancurkan tanpa sisa.
Saat ini kita tidak diminta berjihad, tapi paling tidak ada rasa empati atas penderitaan rakyat Palestina. Kita berbicara tentang kemanusiaan yang notabene sering di gaungkan oleh negara-negara penganut HAM, namun nyatanya mereka sendiri yang sering melakukan pelanggaran HAM. Mau heran, tapi begitulah tabi'at para penganut sistem kufur kapitalisme demokrasi. Berbicara seolah-olah si paling menjunjung tinggi HAM, nyatanya si paling suka melanggar HAM.
Oleh karena itu, sejatinya solusi untuk bisa menghancurkan eksistensi Zionis adalah dengan mengganti sistem yang ada saat ini dengan sistem Islam (Khilafah). Khilafah melalui pemimpinnya (khalifah) akan mengirim pasukan tempur dengan senjata lengkap guna memukul mundur penjajah Israel. Khalifah tidak akan membiarkan rakyatnya ditindas dan diperlakukan semena-mena. Ketegasan seorang khalifah akan mampu menciptakan keamanan dan kedamaian untuk negara beserta rakyatnya. Pertanyaannya sekarang adalah kita mau jadi pejuangnya atau pecundangnya, dalam upaya mengembalikan kehidupan Islam ke tengah-tengah masyarakat saat ini? [Hz]
Baca juga:

0 Comments: