Headlines
Loading...
Oleh : Ummu Fahhala
(Pegiat Literasi dan Komunitas Peduli Ummat)

Halo, Sob. Masih ingat lirik lagu ini?
Tik ..tik..tik bunyi hujan di atas genting 
Airnya turun tidak terkira.

Hujan terus ya, Sob?
Apalagi akhir-akhir ini hujan mengguyur deras di sekitar kita. Banyak daerah yang akhirnya tergenang banjir. Menurut penuturan Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (SDABM) Kota Bandung Didi Ruswandi, kata beliau nih,  Sob, tercatat ada 10 titik genangan dan banjir pada 10 September 2022, sedangkan  pada 11 September 2022 ada 17 titik. (pikiranrakyat.com, 12 September 2022).

Di daerah lain juga sama, Sob. Kebanyakan terkena banjir, bahkan beberapa daerah tersebut sudah langganan banjir tiap tahunnya. Wah, kasihan ya, Sob?!

Dalam menangani banjir ada beberapa upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah ataupun masyarakat. Di antaranya adalah dengan sistem polder, apa itu? 

Sistem polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan kelengkapan bangunan sarana fisik, meliputi saluran drainase, kolam retensi, pompa air yang dikendalikan dengan satu kendali pengelolaan. 

Kapitalis Membuat Sulit Penanganan Banjir

Dengan sistem ini, Sob, lokasi rawan banjir di daerah rendah bisa dibatasi dengan jelas sehingga elevasi muka air, debit dan volume air yang harus dikeluarkan dari sistem dapat dikendalikan. Sayangnya sistem ini hanya bisa diterapkan di daerah yang berupa cekungan, dan tidak semua dataran rendah membuat dan menggunakan sistem polder ini. Lalu, bagaimana dengan daerah yang bukan dataran rendah ya, Sob, atau daerah yang dataran rendah tapi tidak menggunakan sistem polder, Sob, mungkin akan tetap terdampak banjir. Memang sulit ya, Sob, menghentikan banjir dalam sistem kapitalis.

Gimana nggak sulit coba, kebijakan-kebijakan yang dibuat hanya menguntungkan beberapa pihak saja, yaitu antar penguasa dan pengusaha. Lihat aja, berapa banyak hutan yang digunduli hanya demi kepentingan korporat? Berapa banyak pembabatan hutan demi menanam sawit. Nah, itulah beberapa fakta rusak ketika kita hidup dalam sistem kapitalis.

Ga heran ya, Sob, beberapa daerah yang dulunya sama sekali ga banjir, sekarang banjir berhari-hari karena udah ga ada resapan untuk air hujan. Padahal, Sob, ya, banjir itu bisa menelan korban harta dan juga nyawa. Belum lagi banyak yang sakit dan kelaparan serta susah mendapatkan air bersih. Bahkan, mereka sulit mendapatkan tempat mengungsi sementara. Kalaupun ada, mereka was-was harta mereka yang ditinggalkan akan dijarah atau tempat ngungsinya ga layak huni. Astagfirullah.

Sistem Islam Sukses Menangani Banjir

Hal ini beda 180 derajat dengan sistem Islam, ketika diterapkan, Sob. Islam memiliki mekanisme sistematis dalam menyelesaikan banjir. Sistem Islam bisa menyelesaikan masalah banjir dengan efektif dan efisien. 

Pada kasus banjir yang disebabkan keterbatasan daya tampung tanah terhadap curahan air, baik akibat hujan, gletser,  rob dan lain-lain, maka mekanismenya adalah :
1. Membangun bendungan-bendungan yang mampu menampung curahan air dari aliran sungai, curah hujan dan sebagainya, seperti bendungan di provinsi Khuzestan Iran Selatan.
2. Memetakan daerah-daerah rendah yang rawan terkena genangan air akibat rob, kapasitas serapan, tanah yang minim, dan lain-lain.
3. Membuat kebijakan yang melarang masyarakat membangun pemukiman di wilayah-wilayah tersebut, atau jika ada pendanaan yang cukup, maka pemerintah Islam akan membangun kanal-kanal baru atau resapan agar air yang mengalir di daerah tersebut bisa dialihkan alirannya atau bisa diserap oleh tanah secara maksimal. Dengan cara ini maka daerah-daerah rendah bisa terhindar dari banjir.
4. Mengeruk lumpur-lumpur yang ada di sungai atau daerah aliran air secara berkala, agar tidak terjadi pendangkalan.
5. Melakukan penjagaan yang sangat ketat bagi kebersihan sungai, danau dan kanal dengan memberikan sanksi bagi siapa saja yang mengotori atau mencemarinya.
6. Membangun sumur-sumur resapan di kawasan tertentu, yang berfungsi untuk resapan, juga digunakan untuk tandon air yang sewaktu-waktu bisa digunakan pada musim kemarau atau paceklik air.
7. Melindungi kelestarian lingkungan termasuk mencegah pembalakan hutan secara besar-besaran.

Islam menempatkan hutan sebagai salah satu dari kepemilikan umum yang dikelola oleh negara dan dikembalikan untuk kesejahteraan rakyat. Maka, pemerintah Islam tidak akan sembarangan memberikan izin pembalakan hutan apalagi menjual hutan, karena secara syar'i, kepemilikan umum tidak bisa berpindah menjadi kepemilikan pribadi dengan cara dijual. 

Hal ini akan mencegah hutan yang menjadi area resapan terbesar dikuasai korporat dan digunduli oleh mereka, Sob. Wah, keren banget kan, Sob, sistem Islam.

Jadi, kalau kita pengen kembali ke sistem Islam yang luar biasa bagusnya itu, kita harus ngaji sistem Islam kaffah ya, Sob. Kita cari guru yang bener, guru yang bisa membimbing kita dalam membentuk kepribadian Islam. Ngajinya pun tidak boleh hanya untuk perbaikan diri sendiri saja,  tapi juga untuk bisa mengajak orang lain menjadi baik.

Ayo, kita genggam Islam dengan dakwah ya, Sob. Karena dakwah juga kewajiban dari Allah Swt. Selain itu kita juga wajib berjamaah, perintahnya didasarkan pada  Al-Qur'an 3:104.  Seru kan, kalau dakwah rame-rame.?!

Yuk, Sob, kita berkontribusi bagi agama Allah dengan cara memahami agama Islam, mengamalkan dan mendakwahkannya. So, kita kudu bangga berislam kaffah.

Baca juga:

0 Comments: