Headlines
Loading...
Ketika Kejujuran Kayu Gelondongan Dipertanyakan

Ketika Kejujuran Kayu Gelondongan Dipertanyakan

Oleh. Alfi Ummuarifah
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Tak ada kejadian yang terjadi kebetulan. Semua kejadian memiliki hikmah. Hikmah baiknya mungkin agar masyarakat Sumut dan negara ini semakin bertakarub pada Allah. Adapun hikmah buruknya adalah ketika Allah menyingkap dan membongkar buruknya tindakan penguasa dan pengusaha yang berselingkuh menyetujui penebangan kayu gelondongan di hutan. Legal atau ilegal tak ada bedanya. Sesungguhnya itu merugikan masyarakat. Sebuah kerugian yang menyebabkan nyawa, harta, tempat tinggal, ruang hidup terampas paksa dari masyarakat bersama flora dan faunanya.

Faktanya nyata, kayu gelondongan yang terbawa arus banjir di Sumatra Utara (Sumut) ini ramai "bicara dalam diam" dan membuktikan perselingkuhan penguasa itu dengan para kapital. Ini bukan isapan jempol belaka. Terlihat kayu-kayu besar itu mengalir dengan derasnya menghantam segala benda yang di hadapannya. Gubernur Sumatra Utara (Sumut) Bobby Nasution memberikan tanggapan dan berjanji akan mengecek perihal itu. Fokusnya katanya untuk memprioritaskan pada evakuasi korban dan mengatur logistik yang dibutuhkan korban (detik.com, 27/11/2025).

Memang benar yang dikatakan netizen, air hujan memang berasal dari langit. Dibawa oleh angin badai yang dikendalikan pemilik bumi ini. Namun kayu gelondongan itu tentu bukan berasal dari langit. Dia juga berjalan atas perintah-Nya. Allah melalui makhluk-Nya hendak bicara bahwa inilah bukti rakusnya penguasa. Mulai dari penebangan hutan dan tambang ilegal yang terjadi secara brutal menimbulkan bahaya yang luar biasa. Pohon baru tak ditanam kembali sebagai penggantinya. Akar penahan air tak lagi menjaga bumi ini. Legal atau tidak, resmi atau tidak resmi sama bahayanya. Mengakibatkan bahaya bagi manusia, hewan, dan tumbuhan.

Ada penebangan kayu yang melalui izin memang. Namun ini perlu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi. Bolehkah jika membahayakan pihak lain? Lebih baik  dihentikan persetujuannya mengingat ini membahayakan banyak orang. Adanya curah hujan tinggi memang musibah, namun kayu gelondongan itu bukanlah musibah. Itu adalah hasil cipta karsa manusia dari tangan mereka sendiri. Baik yang legal maupun ilegal, keduanya tak boleh lagi dilakukannya.

Namun selama sistem kapitalis ini masih diadopsi di negeri ini, selama itu pula akan terjadi penebangan kayu di hutan negara ini. Bagaimanapun sistem ini akan memprioritaskan para kapital untuk menguasai kekayaan negara termasuk hutan untuk dikuasai mereka. Tentu agar kekayaan mereka terus bertambah tanpa batas.

Hak dan ruang hidup masyarakat banyak sudah yang dirampas. Ruang hidup, keamanan, kedamaian, jiwa, harta, nyawa, tempat tinggal, dan lahan pertanian direnggut paksa. Padahal fungsi tanaman hutan itu adalah sebagai penyangga dan penyimpan air jika curah hujannya tinggi. Wajar air hujan mengalir karena tak ada lagi yang menahannya.

Jadi biang kerok dari petaka ini sesungguhnya adalah penguasa yang melegalkan penebangan hutan itu. Tanda tangan dan keputusan mereka yang prokapitalis ini menyebabkan banyak orang mendapatkan kesulitan dan bahaya. Ini harus dihentikan.

Hanya syariat Islam yang akan mencegah dan menuntaskan bencana dan dampaknya. Sistem rusak yang melegalkan penebangan hutan demi kepentingan kapitalis ini tak layak dipertahankan. Ganti sebelum Sang Pencipta tak lagi memberikan ampunan-Nya akibat manusia yang terus memaksa menerapkan sistem kapitalis mengatur bumi ini, termasuk Indonesia dan Sumut. Wallahualam bissawab. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: