Headlines
Loading...

Oleh. Rosana Firdausi 
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.ComSetiap anak terlahir dengan sifat dan pembawaannya sendiri, meskipun berasal dari rahim yang sama. Tak terkecuali dengan anak-anakku. Aku bersyukur diamanahi tiga anak laki-laki. Mereka adalah si sulung, si tengah, dan si bungsu yang masih berusia dua bulan.

Muhammad Rafardhan Athalla, itulah nama anak keduaku yang lahir enam tahun lalu. Dia si tengah yang biasa aku panggil "Mas Rafa". Meski usianya masih enam tahun, love language-nya sungguh luar biasa. Ia sering sekali tiba-tiba memelukku dan berucap, "Aku sayang Mama."
Ketika aku hanya berkata, "Mama capek, Nak," tanpa disuruh, ia langsung mengambil minyak untuk memijatku. 
Bahkan, sering kali saat aku hendak keluar rumah, ia sigap mengambilkan sandalku dan menyiapkannya di depan pintu. Hal-hal sederhana inilah yang membuatku merasa seperti diratukan oleh anakku. Aku berharap, hingga dewasa nanti, ia tetap bersikap seperti itu.

Anakku yang tengah ini berbeda dari kakaknya. Jika kakaknya lebih pandai dalam hal akademik dan mudah diajari apa pun, si tengah ini lebih menonjol kreativitasnya. Oleh karena itu, aku harus ekstra sabar dalam mengajarinya dan tidak boleh membentaknya.

Namun, jika disuruh menghafal ayat-ayat suci Al-Qur'an, alhamdulillah, ia tidak kalah dengan teman-temannya. Kami memasukkannya ke sekolah tahfiz, dengan harapan ia bisa menghafal Al-Qur'an dan memberikan pertolongan kepada kami kelak di akhirat.

Masih teringat jelas saat aku melahirkannya. Masyaallah, atas izin Allah, aku mudah melahirkannya. Kala itu, tidak ada bidan yang mendampingiku. Ketika aku datang ke tempat persalinan, salah seorang bidan mandiri sedang izin dinas di luar dan akan digantikan oleh bidan lain. Namun, saat aku sudah merasakan bayi seperti di ujung tanduk, bidan pengganti itu malah pulang dengan alasan mengurus anaknya. Ia bilang, kelahiranku pasti masih lama.

Tinggallah aku dengan seseorang yang biasa membantu mencuci pakaian. Waktu itu, pikiranku berkecamuk. Bagaimana aku bisa melahirkan tanpa pendampingan seorang bidan? Tetapi, anak ini tidak menyusahkan. Setelah anak ini lahir, barulah bidannya datang untuk membantu.

Aku bersyukur tidak terjadi apa-apa. Anakku sehat dan aku pun selamat. Yang jelas, semua itu atas pertolongan Allah Swt.

Si tengah ini memiliki hati yang lembut. Ia tidak bisa dibentak sedikit pun; berbicara dengannya pun harus lembut. Rasa empatinya terhadap orang lain pun cukup tinggi dibandingkan anak seusianya. Sering kali ketika di jalan melihat seorang bapak tua atau nenek tua yang meminta-minta, ia selalu berkata, "Kasihan ya, Ma. Minta uang, Ma, buat orang itu." Atau ketika bertemu dengan bapak-bapak yang berjualan dengan berjalan kaki, ia selalu merasa iba dan sering kali menyuruhku membeli barang dagangan orang tersebut.
Hatinya mudah sekali tersentuh, juga mudah sekali mengatakan kata "maaf" ketika ia melakukan kesalahan.

Ketika kakaknya berangkat ke pondok, si tengah ini begitu sedih. Meskipun setiap hari di rumah kakaknya sering menggodanya, terkadang sampai menangis, tetapi karena kakaknya sangat sayang dan mereka sangat dekat, ia merasa kehilangan. Sepulang dari pengantaran ke pondok pesantren, ia menangis tak henti-henti. Hampir setiap hari ia bertanya, kapan kakaknya pulang. Masyaallah, semoga selalu rukun dengan saudara-saudaramu untuk selama-lamanya.

Generasi Rabbani adalah dambaan setiap orang tua. Kami akan terus berusaha untuk menjadikan anak-anak kami sebagai generasi yang berakhlak mulia. Sedari kecil, kami sering mengatakan kepada anak-anak kami, "Teruslah taat kepada Allah dan Rasul-Nya, juga berbuat baik kepada orang tua, saudara, dan siapa pun." Seperti halnya dalam firman Allah, surat An-Nisa:36 yang artinya:
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri."

Nasihat untuk anakku: "Dengan kelembutan hatimu itu, teruslah menjadi anak yang berkepribadian baik, menjadi anak yang saleh, libatkan Allah dalam segala aspek kehidupan ya, Nak. Mari kita saling bekerja sama hingga meraih surga-Nya Allah, selalu berdoa kepada Sang Pencipta agar kelak kita berkumpul di surga tertinggi-Nya Allah, yaitu surga Firdaus. Maafkan ibumu yang terkadang masih kurang bersabar ketika menghadapimu, di kala kamu butuh perhatian dariku. Ibumu ini akan terus berusaha belajar menjadi ibu yang tidak durhaka kepadamu. Semoga Allah memudahkan. Aamiin." [US]

Baca juga:

0 Comments: