Oleh. Erna Kartika Dewi
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Pernikahan dalam Islam bukan sekadar penyatuan dua insan dalam ikatan lahiriah. Ia adalah perjanjian suci berisi janji kuat yang disaksikan oleh langit dan bumi, yang diikrarkan dengan nama Allah. Lebih dari sekadar cinta dan kebersamaan, pernikahan adalah ibadah yang panjang, jalan menuju ketenangan jiwa, penjaga kesucian, dan sarana meraih rida Ilahi.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an:
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang (mawaddah wa rahmah)” (QS. Ar-Rum: 21)
Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan utama pernikahan adalah sakinah, yaitu ketenangan, disertai dengan mawaddah (cinta mendalam) dan rahmah (kasih sayang yang penuh pengorbanan). Dalam Islam, pernikahan bukan sekadar memenuhi kebutuhan biologis, tetapi juga menyatukan dua hati untuk bersama-sama menempuh jalan hidup yang diridai Allah.
Pernikahan juga menjadi jalan meraih separuh agama.
Rasulullah saw. bersabda:
"Apabila seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh dari agamanya. Maka bertakwalah kepada Allah dalam separuh sisanya." (HR. Al-Baihaqi)
Inilah mengapa pernikahan dalam Islam sangat dimuliakan. Dalam pernikahan, dua jiwa saling belajar, saling menuntun, dan saling menguatkan di setiap musim kehidupan.
Pernikahan bukanlah akhir dari pencarian, tetapi awal dari perjuangan. Ia adalah ladang amal, tempat tumbuhnya cinta yang halal, dan sarana membangun generasi yang bertakwa.
Kisah Pernikahanku
Berbicara tentang pernikahan, seketika jadi teringat kisahku.
Dua puluh tahun yang lalu aku memutuskan untuk menerima pinangan dari seseorang yang memintaku untuk menjadi pendamping hidupnya sekaligus ibu dari anak-anaknya. Waktu itu aku berusia 23 menjelang 24 tahun. Sebuah usia yang memang pernah menjadi mimpiku untuk membina sebuah kehidupan rumah tangga yang sering aku bahas bersama teman-teman kuliahku, meskipun hanya sebuah candaan.
Sering sekali aku berkata, "Aku, mah, kalau nikah nanti inginnya, sih, umur 23 dilamar, 24 menikah, dan 25 punya anak, deh." Dengan gaya bercandaan anak-anak muda saat itu. Ternyata sesederhana itu keinginan dan pemikiranku tentang sebuah pernikahan. Dan definisi "ucapan adalah doa" itu benar, nyata adanya. Pada akhirnya, semua yang kuucapkan itu menjadi kenyataan. Semuanya. Masyaallah.
Menjalani hari-hari sebagai pasangan suami istri pastinya bukanlah hal yang mudah karena hidup tak selalu seindah yang kita bayangkan. Ada banyak ujian dan lika-liku kehidupan yang harus dihadapi.
Dulu, sebelum belajar lebih dalam tentang Islam, aku berpikir suami hanyalah seorang teman biasa dalam hidup kita. Namun, setelah sekian tahun bersama, ternyata suami bukanlah seorang teman biasa saja, tetapi juga bagaikan seorang sahabat yang selalu hadir di sepanjang hidupku, sekaligus jalanku menuju surga.
Dan dalam perjalanan hidup yang penuh warna ini, aku selalu bersyukur dipertemukan dengan seseorang yang bukan hanya menjadi imamku, tetapi juga sahabat terbaikku. Suamiku adalah tempat aku bercerita tentang suka dan duka, tempat aku berlindung saat dunia terasa berat, dan tempat aku bersandar saat lelah mulai menggelayuti jiwa.
Sejak awal, suamiku tidak hanya mencintaiku sebagai pasangan, tetapi juga menerima segala kekuranganku seperti sahabat sejati. Kami tertawa bersama, saling menguatkan saat terjatuh, dan tak jarang menangis dalam doa yang sama. Suamiku bukan hanya kepala keluarga, tetapi juga teman seperjalanan yang selalu menggenggam tanganku dalam tenang maupun badai.
Tak ada yang lebih indah dari menikah dengan seseorang yang juga menjadi sahabat jiwa. Dengannya, rumah tak sekadar tempat tinggal, tetapi menjadi tempat pulang yang selalu dirindukan. Bersamanya, hidup terasa lebih ringan, lebih bermakna, penuh warna, dan penuh kehangatan.
Suamiku adalah sahabat sejati di sepanjang hidupku. Dalam doa dan harapan, aku memohon kepada Allah agar aku bisa menjadi sahabat terbaik juga bagi suamiku, sebagaimana ia telah menjadi sahabat terindah dalam hidupku.
Semoga kita terus berjalan beriringan hingga surga menjadi tempat persinggahan abadi kita.
Amin, ya Allah.
Perjuangan dan Kebahagiaan Bersama
Ah, rasanya banyak sekali yang ingin kuungkapkan pada sahabat terbaik di sepanjang hidupku ini.
Perjuangannya dalam mencari nafkah untuk kami pun sungguh luar biasa, seakan tak pernah mengenal lelah. Bahkan, beberapa kali kehidupan rumah tangga kami mengalami hubungan jarak jauh yang lumayan lama dan terpisahkan oleh pulau. Aku tahu suamiku sangat tidak nyaman dengan keadaan itu. Apalagi, beliau pernah menyampaikan bahwa di usianya sekarang ini beliau sudah tidak ingin lagi berjauhan dengan aku dan juga anak-anak. Beliau ingin kita terus bersama agar berkahnya rumah tangga bisa kita rasakan bersama. Tetapi, di tengah ketidaknyamanannya itu, semua tetap dijalani oleh beliau.
Bagiku, setiap nafkah yang diperjuangkan, setiap doa yang dipanjatkan adalah bukti cinta yang tak selalu diungkap dengan kata, tetapi nyata dalam setiap tindakannya. Suamiku adalah imam dalam hidupku, pelindung dalam lelahku, dan sahabat dalam diamku.
Aku tahu, mencintainya bukan hanya tentang hati, tetapi juga tentang ibadah. Mentaati dan menghormatinya adalah sebagian dari caraku meraih rida dan surga Allah. Karena Rasulullah saw. bersabda:
"Bila seorang istri melaksanakan salatnya, menjaga kehormatannya, dan taat kepada suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki."
(HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dalam Shahih al-Jami')
Ya Allah, alhamdulillah, karena Engkau telah memberikan aku seorang suami yang bukan hanya anugerah terindah bagiku, tetapi juga ladang amal yang Engkau titipkan padaku. Jagalah suamiku selalu, berikanlah ia kesehatan dan umur yang panjang, mudahkan setiap urusannya, berikan rezeki yang melimpah ruah, dan muliakanlah ia selalu karena ia adalah sosok suami dan juga ayah yang sangat luar biasa bagiku dan juga anak-anak. Bersamanya aku belajar mencintai-Mu dalam taat. Naungilah rumah tangga kami dengan keberkahan dan kasih sayang-Mu hingga cinta ini tak hanya berakhir di dunia, tetapi juga berlanjut di surga-Mu nanti.
Suamiku, engkau adalah jalanku menuju rida Allah dan juga jalanku menuju surga. Tetaplah menjadi sahabat terbaikku, tetaplah genggam tangan ini, tidak hanya di sepanjang hidup ini, tetapi juga hingga ke Jannah-Nya Allah nanti.
Sehat-sehat selalu, ya, suamiku dan semoga Allah senantiasa mengabulkan apa yang menjadi cita-cita dan impian kita serta memudahkan setiap jejak langkah kita. Amin ... amin... Ya Rabbal 'Alamin. [US]
Baca juga:
0 Comments: