OPINI
Kecanduan Pornografi, Cermin Gagalnya Sistem dalam Menjaga Generasi
Oleh. Indri Wulan Pertiwi
(Aktivis Muslimah Semarang)
Sekularisme telah menjadi pusat kehidupan di negeri ini. Sistem ini tidak hanya memisahkan peran agama dalam semua aspek kehidupan termasuk pendidikan, tetapi juga mengagungkan kebebasan berprilaku dan berekspresi. Sekularisme ditopang oleh sistem ekonomi kapitalis liberal, yang memberikan kontribusi besar pada kerusakan moral di kalangan masyarakat umumnya dan generasi muda khususnya.
Penyebaran konten pornografi secara masif melalui internet yang cepat menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Membanjirnya konten pornografi melalui berbagai media seperti film, video, dan media sosial. Akibatnya, masyarakat tanpa pondasi keimanan yang kuat, dengan mudah terpapar dan terpengaruh. Kecanduan pornografi dapat memicu tingginya tingkah laku kriminal seperti pelecehan seksual, pemerkosaan, dan pembunuhan.
Seorang gadis pelajar SMP berumur 13 tahun, berinisial AA, menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan di Sukarami, Palembang, Sumatera Selatan. Para pelaku, yang masih di bawah umur, yaitu IS (16), MZ (13), AS (12), dan NS (12), melakukan aksi biadab tersebut setelah menonton video porno, untuk memenuhi hasrat mereka. Bahkan IS, kekasih korban, mengaku menonton film tersebut sebelum melakukan aksi pembunuhan. Dan kejinya keempat pelaku meninggalkan jenazahnya di sebuah kuburan Cina. Polisi menetapkan keempat remaja tersebut sebagai tersangka karena merencanakan dan melakukan pemerkosaan yang menyebabkan kematian.
(cnnindonesia.com, 6/9/2024)
Masalah kecanduan pornografi dan kejahatan lainnya menjadi perhatian serius di era modern ini. Konten berbau pornografi yang tidak pantas di media sosial dapat memiliki dampak negatif pada generasi muda, khususnya anak-anak yang terpapar dengan konten tersebut. Mereka dapat mengalami kerusakan pada pikiran dan emosional mereka yang berdampak pada perilaku mereka di kemudian hari.
Sementara itu, fokus pendidikan sekuler saat ini, ada pada manfaat material yang bisa memenuhi kebutuhan dunia usaha. Bahkan, ketika Islam dimasukkan dalam pendidikan, tujuannya hanya untuk melengkapi pendidikan agama ala kadarnya. Sementara itu, pada masalah lain, akidah Islam tidak digunakan untuk membentuk karakter Islam. Akibatnya yang terjadi adalah penurunan moral.
Komersialisasi pendidikan semakin kuat dan kesuksesan dalam bidang pendidikan hanya diukur dengan pencapaian akademis, tanpa memperhatikan iman, takwa, akhlak, perilaku, kepribadian, dan karakter. Sehingga banyak dari mereka hanya menjadi bagian dari "alat produksi robotik" kapitalisme. Yang kecerdasannya tidak memberikan kontribusi apa pun untuk meningkatkan masyarakat.
Sistem ekonomi kapitalis menempatkan kebahagiaan pada pencapaian kenikmatan materi, di mana semakin banyak materi yang diperoleh, semakin banyak pujian dan pengakuan yang diterima.Akibat fokus pada kenikmatan semu ini, telah menyebabkan persaingan yang tidak mengindahkan aturan moral dan agama, membuat banyak masyarakat kehilangan empati dan tidak lagi memperhatikan aturan Ilahi.
Misalnya media sosial telah menjadi sarana untuk menghasilkan uang, Banyak orang pada saat ini beralih menjadi pencipta konten,
Namun mereka tidak memperhitungkan dampak konten yang mereka buat adalah konten negatif dan berbahaya seperti pornografi, cyber-bullying, ujaran kebencian, kekerasan, dan lain-lain.
Keresahan dan kekhawatiran masyarakat terhadap berbagai kerusakan, serta bermunculan nya aneka kejahatan yang terkadang di luar nalar manusia terus terjadi, bahkan menjadi fakta yang sangat menyedihkan. Hal ini terjadi akibat sistem kapitalisme sekular yang menghasilkan paham liberal yang diadopsi oleh negara. Menyebabkan berbagai kerusakan moral pada masyarakat termasuk generasi mudanya. Beberapa contohnya adalah kehilangan rasa takut pada Allah Taala sebagai pencipta dan pengatur kehidupan, materialis dan kepribadian liberal.
Di sisi lain, peran negara dalam kapitalisme berkisar pada membuat kebijakan dan regulasi untuk memastikan sistem tersebut berjalan Lancar. Oleh karenanya, solusi yang disediakan oleh pemerintah hanya bersifat parsial dan tidak mampu menyelesaikan masalah secara keseluruhan dalam menghadapi kondisi ini.
Lalu bagaimana mungkin generasi yang baik bisa dihasilkan, jika kebijakan negara tersebut kontradiktif ?
Dalam Islam, negara memiliki kewajiban untuk mencegah terjadinya kerusakan generasi dan menjaga kesejahteraannya. Negara harus menerapkan berbagai aspek kehidupan dalam aturan Islam, seperti pendidikan Islam, media Islam, dan sistem sanksi yang menjerakan bagi pelaku kejahatan. Negara memiliki peran penting dalam menjaga generasi dari bahaya pornografi dan kejahatan lainnya.
Sistem pendidikan Islam menjadikan akidah Islam sebagai dasar. Karena itu, iman, takwa, dan akhlak mulia akan menjadi nilai yang difokuskan untuk ditanamkan. Prinsip ini mempengaruhi kurikulum, sistem belajar-mengajar, kualifikasi guru, budaya yang dikembangkan, dan interaksi antara semua komponen penyelenggara pendidikan
Berbeda dengan pendidikan sekuler yang hanya fokus menyiapkan generasi yang ahli dan berkualitas untuk memasuki dunia kerja untuk dijadikan sebagai mesin penggerak industrialisasi bagi kelas kapital. Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk generasi yang beriman, taat beribadah, akhlak mulia, memiliki karakter, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berbagai keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan.
Dengan menjadikan halal dan haram sebagai standar perbuatan. Generasi dan masyarakat akan selalu menghubungkan peristiwa dalam kehidupan mereka dengan iman dan taqwa.
Selain itu negara Islam juga menyediakan sarana dan prasarana pendidikan.
pendidikan yang baik dan berkualitas secara cuma-cuma untuk semua rakyatnya.
Dan hal tersebut telah terbukti selama lebih dari 1.300 tahun, sistem pendidikan berbasis ajaran Islam menghasilkan generasi yang hebat dan mencatat banyak kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya, dan pemerintahan. Misalnya seperti Ibn Sina, Jabir, dan Ibnu Khaldun yang karena kehebatan mereka dalam bidang sains, dan teknologi telah menjadi penyumbang kemajuan peradaban Islam di masa lalu dan hingga kini masih diakui oleh dunia.
Demikianlah jika Islam yang mengatur semua aspek kehidupan secara komprehensif dan dapat menghasilkan sumber daya manusia unggul.
Kecanduan pornografi dan kejahatan lainnya menjadi ancaman serius bagi generasi dan masa depan mereka. Negara seharusnya dengan segera mengambil tindakan serius dalam melindungi generasi melalui penerapan nilai-nilai kehidupan yang sesuai dengan aturan Islam. Sebab, perubahan hanya akan terwujud ketika Islam menjadi aturan untuk keluarga, masyarakat, dan negara. Dan semua ini hanya bisa dilakukan dengan menjadikan Islam sebagai fondasi utama dalam peraturan negara tersebut.
Wallahualam bissawab. [My]
Baca juga:

0 Comments: