Headlines
Loading...
Pemuda Masa Kini: Mulai Gengsi Hingga Jati Diri

Pemuda Masa Kini: Mulai Gengsi Hingga Jati Diri


Oleh Afiyah Rasyad
Aktivis Peduli Ummat

Syahdan, revolusi Industri 4.0 menjadi icon maju dan canggihnya teknologi. Siapa yang tak kenal dunia maya saat ini? Kalau ada, mungkin hanya sebagian kecil saja. Apalagi generasi masa kini. Aktivitas mereka seakan-akan tergantung pada kecanggihan teknologi yang bergerak di dunia maya ini. Tak dipungkiri, fenomena kemunculan youtuber, tiktoker, dan selebgram juga berawal dari revolusi industri 4.0 ini. Banyak sekali generasi yang terbuai dalam kecanggihan teknologi dan menempatkan materi sebagai sumber kebahagiaan hakiki.

Racun Gaya Hidup Barat

Infiltrasi pemikiran barat ke dalam benak kaum muslimin, khususnya generasi muda, dilaksanakan secara berkesinambungan oleh ideologi kapitalis. Pendangkalan pemikiran generasi muslim terus berkobar. Kapitalisme memupuk sifat gengsi dalam diri generasi dengan menjadikan kebahagiaan itu sebatas harta dan materi yang melimpah.

Mayoritas generasi muda hendak meraih segala kemewahan dengan mudah dan instan. Mereka sering menjadikan postingan media sosial sebagai rujukan untuk mengukur nilai hidupnya. Tak jarang mereka menaikkan level gengsi sesuai kacamata youtuber, tiktokers, atau  selebgram yang mereka ikuti. Prestise yang tinggi dan gaya hidup mewah mendorong mereka untuk menghalalkan segala cara demi mewujudkan impiannya.

Generasi muda yang bertabur gengsi tinggi tak akan peduli dengan jati diri. Mengukir prestasi merupakan kosa kata asing dalam hidupnya. Ini merupakan buah sistem kapitalis dalam sebaran racun gaya hidup barat.

Bahkan, dunia sabu begitu dekat dengan gengsi dan prestise generasi. Mata hati mereka kerap dibutakan bila sudah mengonsumsi barang haram itu.

Sebagaimana yang terjadi pada tiga pemuda di Cengkareng. Untuk memenuhi gaya hidupnya dalam urusan sabu, mereka bekerja sama dalam pencurian motor. (kompas.com, 24/7/2022)
Masih banyak kasus pencurian lainnya. Bahkan ada yang rela menjual dirinya (melacur) demi mengonsumsi narkoba.

Selain narkoba, minuman keras juga menjadi gaya hidup generasi. Di Sulawesi, dua pemuda belasan tahun mencuri 42 slop rokok demi memuaskan dirinya untuk menenggak miras.  (kompas.com, 13/10/2022)
Masih banyak gaya hidup lainnya yang menuntut banyaknya materi. 
Generasi enggan berpikir karena sudah dibonsai. Mereka melakukan segala cara demi mewujudkan gengsi dan prestisenya.

Generasi muda berlomba-lomba beraksi agar mendapatkan decak kagum manusia atau kepuasan individu semata, meskipun harus menghalalkan segala cara. Maka, krisis jati diri pada generasi kian menjadi.

Jati Diri Generasi Muslim

Banyak gengsi dan prestise membuat generasi gelap mata dalam memenuhinya. Mereka tak peduli akan norma kehidupan dan tata agama karena dukungan sistem kapitalis dengan gaya hidup baratnya. Sungguh, hal itu bertolak belakang dengan Islam.

Islam memiliki seperangkat aturan untuk mempersiapkan generasi tangguh dengan menerapkan pendidikan yang berkurikulum akidah Isalm. Sistem pendidikan ini hanya mampu diterapkan oleh negara. Sistem Islam akan mendorong negara untuk menciptakan fasilitas pendidikan yang memadai dan mumpuni bagi para pendidik dan peserta didik.

Penjagaan metode pembelajaran juga dilakukan dengan 'talqiyan fikriyan muatsaran', yakni pembelajaran yang mengakar pada akal, membuahkan pemahaman dan pengaruh dalam kehidupan. Negara akan menjaga suasana keimanan, termasuk di lingkungan lembaga pendidikan. Dengannya, peserta didik akan memahami jati dirinya sebagai muslim. Hakikat hidupnya disesuaikan dengan  konsep visi penciptaannya oleh ilahi di dunia.

Jati diri generasi muslim akan mudah dipahami. Generasi muslim adalah hamba yang harus tunduk pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka juga akan memahami bahwa tujuan menuntut ilmu adalah untuk berkhidmat pada ilmu demi berkontribusi nyata di tengah-tengah umat. Mereka akan terus berdakwah dan menghadirkan Islam sebagai solusi kehidupan.

Dengan sistem pendidikan Islam, generasi muda akan berjuang untuk melanjutkan kehidupan Islam. Mereka akan menjadi generasi pemimpin peradaban mulia. Mereka akan terarah dalam memahami ilmu untuk menjadi seorang ilmuwan sekaligus ulama 'faqih fiddin' yang 'hanif' (lurus) dan tunduk pada Allah. 
Sistem Islam akan mengarahkan generasi untuk terjun di kancah perpolitikan dengan benar. Politik adalah pemeliharaan urusan umat. Dengan pemahaman politik yang benar, mereka memiliki kemampuan menjadi politikus ulung dan andal dalam konstelasi politik internasional. Jati diri generasi muslim akan terwujud ketika mereka mewakafkan dirinya untuk jalan peradaban Islam.

Wallahu a'lam.

Baca juga:

0 Comments: