Headlines
Loading...
Kesehatan Mental Remaja dan Sistem Pendidikan

Kesehatan Mental Remaja dan Sistem Pendidikan

Oleh: Sadiqa
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Masa remaja merupakan fase pencarian jati diri, ketika seseorang mulai banyak mencari referensi dan meniru contoh di lingkungannya hingga membentuk kepribadian. Kepribadian ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental remaja.

Lingkungan yang positif akan melahirkan remaja dengan mental sehat, percaya diri, optimis, emosional stabil, santun, dan produktif. Sebaliknya, lingkungan yang negatif dapat membuat remaja mudah marah, mengalami perubahan suasana hati ekstrem, menarik diri dari pergaulan, bahkan berpotensi melakukan tindakan kejahatan.

Pada Oktober lalu, Kementerian Kesehatan menyampaikan hasil pemeriksaan kesehatan yang mengejutkan: lebih dari dua juta anak Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental dari total responden 20 juta jiwa (30/10/2025). BBC Indonesia (3/11/2025) juga mengabarkan kasus bunuh diri tiga remaja di Sukabumi dan Sawahlunto akibat bullying, stres menghadapi masalah, dan persoalan asmara. Psikolog Retno Lelyani Dewi menjelaskan bahwa korteks prefrontal remaja yang berfungsi untuk perencanaan dan pengambilan keputusan belum berkembang optimal, sehingga remaja sering salah memilih solusi.

Kondisi ini menunjukkan bahwa karakter remaja tidak terbentuk dengan baik akibat minimnya pendidikan iman. Sistem pendidikan lebih menekankan aspek materi; keluarga tidak mampu menjadi tempat belajar pertama karena kesibukan orang tua; guru hanya fokus pada penyelesaian tugas; sementara lembaga pendidikan nonformal dijadikan bagian dari gaya hidup. Kombinasi ini sangat berbahaya bagi pembentukan karakter remaja. Padahal banyak faktor yang memengaruhi kondisi psikososial remaja, seperti pola asuh, ekonomi, lingkungan sosial, dan teknologi (media sosial). Naluri dasar manusia pun harus dipenuhi dengan tepat agar mental tetap sejahtera.

Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada pemberian seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama daripada pendidikan tata krama yang baik.” (HR At-Tirmidzi dan Al-Hakim). 

Dalam Islam, pendidikan bukan hanya berfokus pada akademik, tetapi membangun karakter, kemampuan menyelesaikan masalah, adab, keterampilan, empati, dan ketakwaan yang menjadi benteng hidup. Anak akan mampu bersikap bijak, menghormati orang lain, dan tidak melakukan tindakan menyakiti, sehingga stres maupun bullying dapat dicegah.

Sayangnya, sistem pendidikan saat ini masih jauh dari konsep tersebut. Sistem sekuler justru melahirkan remaja yang lemah mental dan rentan masalah. Islam telah membuktikan mampu menyelesaikan persoalan kesehatan mental remaja hingga ke akar-akarnya. Wallahu’alam bish-shawwab. [US]

Baca juga:

0 Comments: