Headlines
Loading...
Banjir Sumatera: Dampak Kanopi Hutan yang Hilang

Banjir Sumatera: Dampak Kanopi Hutan yang Hilang

Oleh: Dhevi Firdausi, S.T.
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com — Dalam arsitektur, kanopi adalah atap tambahan yang dipasang di luar bangunan utama, seperti pada teras, balkon, atau carport. Kanopi bangunan berfungsi untuk melindungi area teras dari panas dan hujan. Selain fungsi protektif, kanopi juga dapat dimanfaatkan sebagai elemen estetika yang mampu meningkatkan tampilan fasad bangunan dan mempercantik bagian eksteriornya.

Jika dikaitkan dengan alam, kanopi alam yang hilang merujuk pada rusaknya tutupan hutan lindung, biasanya akibat aktivitas manusia seperti deforestasi dan konversi lahan. Aktivitas tersebut sering kali menimbulkan dampak negatif lingkungan yang serius dan dirasakan oleh masyarakat di sekitarnya. Karena itu, keberadaan kanopi alam sangat penting untuk dipertahankan.

Kanopi Hutan sebagai Pelindung Ekosistem

Kanopi hutan merupakan lapisan atas yang terbentuk dari cabang dan dedaunan pohon-pohon tinggi di hutan hujan tropis. Kanopi ini berfungsi layaknya atap raksasa bagi ekosistem hutan tropis. Air hujan yang jatuh dari langit tidak langsung menyentuh permukaan tanah, karena tertahan oleh lapisan kanopi tersebut. Volume air hujan yang besar tidak serta-merta menggeser lapisan tanah berkat peran penting kanopi alam.

Sistem Kapitalisme, Penyebab Utama Bencana Alam

Hilangnya wilayah hutan lindung dapat merusak ekosistem. Lebih berbahaya lagi, aktivitas itu berkontribusi pada meningkatnya potensi bencana alam, seperti tanah longsor, erosi, dan ketidakstabilan hidrologi. Seperti bencana besar yang terjadi di Sumatra, banjir bandang telah merenggut banyak korban jiwa. Penggundulan hutan secara membabi buta yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan swasta menjadi penyebab utamanya.

Sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini menjadikan manfaat ekonomi sebagai tujuan utama. Tidak peduli seberapa besar risiko kerusakan alam yang ditimbulkan, selama menguntungkan oligarki, berbagai kebijakan tetap dijalankan. Akhirnya, rakyat jelatalah yang menjadi korban.

Islam Selalu Memberikan Jawaban

Berbagai sumber menyatakan bahwa pemerintah adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas kerusakan hutan tersebut. Banyak kebijakan yang merugikan rakyat, seperti pembiaran penebangan liar, pembukaan lahan perkebunan, dan pembangunan infrastruktur yang tidak ramah lingkungan. Miris, kebijakan yang berisiko tinggi menimbulkan bencana alam semestinya tidak dilakukan.

Ketika khilafah Islam tegak, kesejahteraan rakyat menjadi tujuan utama. Khalifah Umar bin Khattab, misalnya, melakukan sidak setiap hari untuk memantau keadaan rakyat daulah. Beliau sangat khawatir jika ada kezaliman aturan yang tidak sengaja dilakukan oleh pejabat negara di bawah kepemimpinannya.

Seharusnya, sikap pemimpin seperti itu juga dimiliki oleh penguasa negeri ini — bukan sebaliknya, hanya mementingkan kepentingan pribadi. Memang, sistem kapitalisme melahirkan pemimpin egois, sedangkan sistem Islam melahirkan sosok yang amanah terhadap amanat jabatan.

Hz

Baca juga:

0 Comments: