Headlines
Loading...

Oleh: Annisa Yuliasih
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anakku, generasi yang Allah titipkan untuk menyambung estafet kebaikan pada peradaban. Saat hiruk-pikuk dunia ini, aku menuliskan surat ini untukmu. Bukan sekadar rangkaian kata, tetapi pesan hati agar engkau memahami jati dirimu: engkau adalah anak pembangun peradaban.

Engkau bukan lahir secara kebetulan, bukan hadir tanpa arah, tetapi ditentukan Allah sebagai bagian dari bangunan besar umat ini.

Wahai anak peradaban.
Allah menciptakanmu dengan potensi yang agung. Pada akalmu, Allah menitipkan kecerdasan untuk membaca tanda-tanda zaman. Pada hatimu, Allah meletakkan cahaya iman yang mampu memimpin langkah ketika dunia terasa gelap. Pada tanganmu, Allah berikan kekuatan untuk memperbaiki, bukan merusak; membangun, bukan menghancurkan.

Ketahuilah, anakku, setiap generasi memiliki ujian dan perannya. Generasi para sahabat memikul amanah membela agama saat lemah. Generasi ulama memikul amanah menjaga ilmu ketika fitnah merebak. Kini, engkau memikul amanah membangun kembali peradaban Islam yang pernah menerangi dunia.

Jangan merasa kecil di hadapan besarnya masalah umat. Sebab peradaban tidak dibangun oleh mereka yang menyerah, tetapi oleh mereka yang menjaga harapan. Janganlah kalah oleh mereka yang bermain culas. Mulailah dari dirimu: jadikan iman sebagai kompas, ilmu sebagai lentera, dan akhlak sebagai pijakan.

Jadilah cahaya dalam kegelapan. Walaupun untuk menjadi cahaya terkadang membuatmu harus banyak berkorban, itu karena cintamu kepada Tuhanmu—membuatmu sadar akan kewajiban menjaga peradaban, menjadi khalifah yang bermanfaat bagi sesama; penuh cinta dan kasih sayang, seperti Rasulullah yang berseru lirih di akhir hayat beliau: ummati ... ummati ... ummati ... karena kecemasan beliau tentang keadaan umatnya kelak.

Wahai anak peradaban.
Bangkitlah.
Umat menantikan keberanianmu, kejujuranmu, dan keteguhanmu. Dunia menunggu contoh dari generasi yang tidak hanya pandai berkata, tetapi juga kuat berjalan di atas kebenaran.

Wahai anakku, kuatkan daya pikir kritismu, tingkatkan empatimu, dan pertajam nalarmu dengan terus menambah serta mengasah tsaqafah Islammu. Janganlah engkau terperdaya bisik manis dan tipu daya setan berwujud manusia.

Wahai anakku, engkau tumbuh di zaman yang bergerak cepat, di tengah dunia yang berubah setiap detik, di tengah kecanggihan teknologi yang semakin menggila. Maka ingatlah, jiwa yang berpegang pada Allah tidak akan pernah goyah, meski angin zaman berubah arah, meski badai terus datang menerjang.

Jadilah engkau bagai mercusuar yang menerangi lautan gelap di tengah terjangan badai, agar kapal-kapal yang lewat tak celaka. Itulah dirimu, wahai anak peradaban. Kau mungkin akan sendirian, mungkin akan terus diterjang ombak, mungkin akan terus berhadapan dengan badai. Namun kau akan tetap tegak berdiri, karena kau tahu tujuanmu berada di sana: untuk tugas yang suci, menjalankan amanah Ilahi.

Wahai anakku, semangatlah menjalani hidupmu. Kuatkan langkah kakimu, mantapkan hatimu. Semoga Allah menjadikan langkahmu kokoh, hatimu bersih, dan hidupmu bermanfaat bagi umat. Semoga engkau tumbuh menjadi salah satu batu pertama dari bangunan besar peradaban Islam yang kelak kembali bersinar. [Ni]

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sidoarjo, 14 November 2025


Baca juga:

0 Comments: