Headlines
Loading...
Surat Inspirasi untuk Anak Sulungku: Fadilah

Surat Inspirasi untuk Anak Sulungku: Fadilah

Oleh: Ummu Fahhala
(Kontributor SSCQMedia.Com)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Fadilah sayang,
Walaupun kita masih serumah dan Umi masih bisa melihat senyummu setiap hari, mendengar suaramu, dan merasakan kehadiranmu di rumah ini, izinkan Umi menulis surat ini.

Surat yang Umi tulis dengan cinta, doa, dan harapan yang menetes dari hati terdalam. Surat ini bukan sekadar rangkaian kata, tetapi pesan hidup agar kelak menjadi bekalmu ketika jarak dan waktu mulai memisahkan kita.

Fadilah, engkau adalah anak pertama kami, amanah pertama yang Allah titipkan kepada Umi dan Ayah. Dalam dirimu, kami melihat harapan besar dan doa yang tumbuh sejak engkau hadir di dunia. Namamu pun mencerminkan keutamaan syukur kami: Fadilah Asy Syakira.

Kami ingin engkau menjadi teladan bagi adik-adikmu, baik dalam ucapan, sikap, maupun keteguhan iman. Menjadi anak sulung bukan sekadar urutan kelahiran, tetapi tanda kepercayaan dari Allah agar engkau menjadi cahaya penuntun bagi keluarga.

Jadilah muslimah yang kokoh seperti batu karang di tengah ombak, lembut dalam tutur, namun tegas dalam prinsip. Jangan pernah takut berbeda, selama langkahmu berada di atas kebenaran yang diridai Allah Swt.

“Dan katakanlah, ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa menghendaki (beriman), hendaklah ia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir), biarlah ia kafir.’”
(QS. Al-Kahfi [18]: 29)

Nak, dunia ini berputar semakin cepat. Banyak yang tampak bersinar di luar, tetapi redup di dalam. Jangan kejar cahaya semu manusia, tetapi kejarlah cahaya hakiki dari Allah. Luruskan niatmu dalam setiap langkah—dalam belajar, bekerja, beribadah, dan berjuang—semata-mata karena Allah. Sebab, hanya cahaya-Nya yang tak akan padam, bahkan ketika dunia memadamkanmu.

“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Umi dan Ayah tahu, terkadang kau merasa Umi terlalu sering menasihati—tentang salat, jilbab, kaus kaki, dan hadir dalam kajian. Maafkan Umi jika nasihat itu terasa berulang. Ketahuilah, Fadilah, semua itu lahir dari cinta dan tanggung jawab di hadapan Allah. Kami takut kelak ditanya oleh-Nya,
“Sudahkah engkau menjaga amanah anakmu di jalan-Ku?”

“Perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan salat dan bersabarlah dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu; Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat yang baik itu bagi orang yang bertakwa.”
(QS. Taha [20]: 132)

Umi hanya ingin, kelak di hari pembalasan, ketika semua manusia sibuk mempertanggungjawabkan amalnya, Umi dan Ayah bisa berkata kepada Allah dengan penuh harap,
“Ya Rabb, kami telah berusaha mendidik anak kami agar mencintai-Mu.”

Fadilah sayang, terima kasih atas kesungguhan dan prestasi yang telah engkau raih. Terima kasih karena engkau berjuang menjaga diri, menjaga iman, menjaga pergaulan, serta berusaha istikamah dalam kajian rutin tasqif. Umi dan Ayah tahu, itu semua tidak mudah. Butuh kesabaran, keikhlasan, dan kekuatan untuk tetap teguh di jalan Allah di tengah dunia yang penuh godaan.

Kami juga bersyukur karena engkau selalu berusaha jujur, bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, dan menjaga rasa syukur dalam setiap keadaan. Ketekunanmu dalam belajar adalah bukti bahwa engkau sedang menjemput takdir terbaik yang Allah sediakan.

Teruslah bersyukur atas setiap nikmat kecil yang Allah berikan, karena syukur adalah kunci keberkahan hidup.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
(QS. Ibrahim [14]: 7)

Nak, hidup ini bukan sekadar menjadi hebat di mata manusia, tetapi menjadi berarti di hadapan Allah. Banyak orang pandai, tetapi sedikit yang istikamah. Banyak yang bicara tentang kebaikan, tetapi sedikit yang memperjuangkannya. Maka, jadilah di antara yang sedikit itu—yang istikamah, yang tangguh, dan yang setia pada kebenaran.

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”
(QS. Ali Imran [3]: 110)

Jika suatu hari Umi dan Ayah tak lagi ada di dunia ini, jangan berhenti berjuang. Jadilah penerus risalah Islam yang menebar kebaikan, meski hanya dengan langkah kecil. Jadilah sebab turunnya rahmat Allah di mana pun engkau berada.

“Janganlah kamu bersikap lemah dan jangan pula bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu orang beriman.”
(QS. Ali Imran [3]: 139)

Ketika hatimu gundah, sujudlah. Ketika langkahmu goyah, kembalilah kepada Al-Qur’an. Ketika engkau lelah, ingatlah doa Umi dan Ayah yang selalu mengiringi dari kejauhan.

Kami tidak menuntut engkau menjadi sempurna, Nak. Kami hanya berharap engkau selalu berusaha menjadi lebih baik dari hari ke hari.

Rasulullah saw. bersabda,
“Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah; jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.”
(HR. Tirmidzi)

Fadilah, anakku sayang,
Doa Umi dan Ayah tak pernah putus untukmu. Semoga Allah mengabulkan semua cita-cita dan doamu. Semoga engkau menjadi anak yang salihah, penyejuk mata, pembawa kebaikan bagi keluarga dan umat. Dan kelak, jika Allah menakdirkan engkau menjadi seorang istri dan ibu, jadilah istri salihah dan ibu tangguh yang melahirkan generasi pembela Islam.

Semoga engkau sukses dunia dan akhirat, senantiasa dalam lindungan Allah, diberi keberkahan ilmu, ketenangan hati, serta keistikamahan dalam iman dan perjuangan.

Teruslah menjadi cahaya, Nak
cahaya yang tidak hanya menerangi diri sendiri, tetapi juga menuntun orang lain menuju jalan Allah.

Dengan segala cinta, doa, dan harap yang tak pernah padam,


Umi dan Ayah
yang selalu mencintaimu karena Allah.

[An]

Baca juga:

0 Comments: