Surat Inspirasi untuk Anak Keduaku: Arsyad
Oleh: Ummu Fahhala
(Kontributor SSCQMedia.Com)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Arsyad sayang,
Walaupun kita masih serumah, tak terpisah jarak, dan umi masih dapat menatap wajahmu setiap hari, izinkan umi menulis surat ini untukmu. Surat ini lahir dari hati yang penuh cinta, doa, dan harapan. Semoga setiap kalimatnya menjadi penyemangat, pengingat, dan cahaya yang menuntun langkahmu menuju masa depan yang diridai Allah Swt.
Arsyad, engkau adalah anak kedua, tetapi dalam pandangan umi dan ayah, engkau memegang tempat yang sama berharganya dengan seluruh saudaramu. Setiap anak kami memiliki jalan perjuangan masing-masing, dan kami percaya Allah telah menyiapkan skenario terbaik untukmu.
Kami sadar, perjalanan sekolahmu tidak selalu mudah. Engkau sempat berpindah-pindah sekolah karena satu dan lain hal. Maafkan umi dan ayah jika langkah-langkah itu terasa berat untukmu. Kami tahu, mungkin engkau pernah merasa bingung atau bahkan kecewa. Namun ketahuilah, Nak, setiap keputusan yang kami ambil—terutama ketika kami mengirimmu ke pondok—bukan karena kami ingin menjauhkanmu, melainkan karena kami ingin mendekatkanmu kepada Allah.
Kami ingin engkau tumbuh di lingkungan yang menumbuhkan iman dan karakter, agar dasar keislamanmu kokoh dan kepribadianmu kuat. Kami ingin engkau menjadi laki-laki yang tangguh, tegas, dan lembut hatinya—yang menjadikan Allah sebagai tujuan dan sandaran dalam setiap langkah.
“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu; dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 216)
Arsyad, semoga engkau tetap istiqamah menjalankan kebiasaan baik yang pernah engkau biasakan di pondok. Jadilah teladan bagi adik-adikmu dalam kebaikan, kedisiplinan, dan keteguhan dalam ibadah. Jangan takut berbeda, selama yang engkau pegang adalah kebenaran di sisi Allah.
“Barang siapa berpegang teguh kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”
(QS. Ali Imran [3]: 101)
Umi dan ayah tahu, terkadang engkau merasa kami terlalu sering memantau. Kami menanyakan apakah engkau sudah salat, sudah hadir dalam kajian, atau sudah membaca Al-Qur’an hari ini. Mungkin terasa seperti pengawasan yang melelahkan, tetapi percayalah, Nak, semua itu bukan karena kami ingin mengekang. Kami hanya belum tenang sebelum mendengar engkau melaksanakan ibadah dengan penuh kesadaran. Itu adalah bentuk tanggung jawab kami kepada Allah.
“Perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan salat dan bersabarlah dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu; Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Thaha [20]: 132)
Selama engkau masih menjadi amanah kami, kami akan terus mengingatkanmu. Kami takut kelak di akhirat Allah bertanya, “Apa yang telah engkau lakukan untuk membimbing anak-anakmu di jalan-Ku?” Maka, tolonglah umi dan ayah agar hisab kami menjadi ringan dengan terus menaati Allah dan mempercepat langkah dalam kebaikan.
Arsyad, umi ingin mengingatkan sesuatu yang sederhana namun dalam maknanya: berekspektasilah, tetapi jangan terlalu tinggi terhadap sesuatu yang belum pasti. Belajarlah berharap dengan tawakal, bukan dengan tekanan. Jika realitas tak sesuai harapan, ingatlah bahwa rencana Allah selalu lebih indah daripada rencana manusia. Jangan biarkan kekecewaan membuat hatimu menjauh dari-Nya.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
(QS. An-Nisa [4]: 19)
Kadang, sikapmu sulit ditebak. Ada masa ketika engkau begitu rajin, tekun, dan bersemangat dalam ibadah serta kajian. Itu membuat umi dan ayah bahagia. Namun ada masa ketika semangat itu menurun, tersibukkan dengan hal lain, dan kami merasa cemas. Ketika kami mencoba mengatur atau menentukan kelompok kajian yang menurut kami terbaik untukmu tanpa berdiskusi terlebih dahulu, mungkin engkau merasa tersinggung. Maafkan kami, Nak. Kami lupa bahwa engkau telah tumbuh menjadi dewasa—mampu memilih dan bertanggung jawab atas pilihanmu. Ketahuilah, di balik semua itu hanya ada niat tulus untuk melihatmu istiqamah di jalan Allah.
Umi dan ayah percaya, di dalam dirimu tersimpan potensi besar yang mungkin belum sepenuhnya engkau sadari. Allah menciptakanmu dengan keistimewaan yang unik. Temukanlah potensimu itu dan gunakan untuk kebaikan umat. Jadilah agen perubahan, lelaki beriman yang membawa manfaat bagi dunia dan menjadi sebab turunnya rahmat Allah bagi sekitar.
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad)
Terima kasih, Arsyad, atas segala kesungguhan dan prestasi yang telah engkau capai. Terima kasih atas kesabaranmu dalam mengikuti kajian tasqif, menjaga pergaulan, berusaha jujur, dan selalu berikhtiar untuk tetap bersyukur kepada Allah. Ketekunanmu dalam belajar adalah bentuk ibadah yang luar biasa. Setiap langkahmu menuju ilmu adalah langkah menuju surga.
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim)
Nak, ingatlah selalu—hidup ini adalah ladang perjuangan. Jangan mudah putus asa, jangan kehilangan arah. Jika engkau terjatuh, bangunlah dengan doa. Jika engkau tersesat, carilah cahaya Al-Qur’an. Jika engkau merasa sendiri, ketahuilah Allah selalu bersamamu.
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman.”
(QS. Ali Imran [3]: 139)
Dan kelak ketika engkau tumbuh menjadi laki-laki dewasa dan matang, jadilah sosok yang bertanggung jawab bagi dirimu, keluargamu, dan umat. Jadilah suami yang salih, ayah yang penyayang, pemimpin yang adil dan bijaksana, serta hamba Allah yang taat. Gunakan kekuatanmu bukan untuk berkuasa atas orang lain, tetapi untuk melindungi, menuntun, dan menebar manfaat.
Umi dan ayah akan selalu berdoa: semoga Allah memberkahi setiap langkahmu, meneguhkan hatimu dalam keimanan, memudahkanmu mencapai cita-citamu, dan menjadikanmu anak yang salih—pejuang Islam yang militan. Semoga engkau sukses dunia dan akhirat, berada di bawah naungan rahmat dan rida Allah Swt.
Dengan cinta yang tak pernah surut,
Umi dan Ayah,
yang selalu mencintaimu karena Allah.
Baca juga:
0 Comments: