Headlines
Loading...
Solusi Tuntas Mengatasi Bunuh Diri pada Pelajar

Solusi Tuntas Mengatasi Bunuh Diri pada Pelajar

Oleh: Nurma Safitri
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Kejadian memilukan terjadi di Bandung. Seorang anak ditemukan meninggal dunia diduga karena bunuh diri di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Peristiwa tersebut terjadi di Kampung Cihaur, Desa Gunungsari, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, pada Rabu (22/10/2025).

Anak laki-laki berinisial MAA, berusia 10 tahun, siswa kelas V, ditemukan tergantung di kusen pintu kamar rumah neneknya menggunakan tali sepatu. Saat ditemukan, korban telah tidak bernyawa.
(kompas.id, 31/10/2025)

Fenomena bunuh diri yang meningkat di kalangan pelajar perlu mendapatkan perhatian yang sangat serius. Rapuhnya kepribadian pada remaja dan anak-anak menjadi faktor utama yang berkontribusi dalam meningkatnya kasus bunuh diri. Rapuhnya karakter ini memicu tekanan mental yang berat sehingga mendorong mereka mengambil keputusan ekstrem.

Rapuhnya kepribadian pelajar muncul akibat sejumlah faktor yang saling terkait. Lingkungan keluarga menjadi penyebab pertama yang sering terlihat. Banyak orang tua bekerja di luar rumah hingga kurang memberi perhatian dan pendidikan Islam kepada anak-anak mereka. Padahal anak sangat membutuhkan bimbingan langsung dari orang tuanya. Di sisi lain, sebagian orang tua keliru menjadikan pola pendidikan Barat sebagai acuan, sehingga menganggap anak baru dewasa pada usia 18 tahun. Akibatnya, pendidikan Islam yang seharusnya diberikan sejak baligh menjadi terabaikan.

Lingkungan pendidikan juga turut melemahkan akidah anak. Kurikulum sekolah yang bercorak kapitalistik hanya menekankan pencapaian akademik dan mengabaikan pembentukan karakter Islami. Agama hanya diajarkan sebatas teori sehingga tidak membekas di hati pelajar.

Selain itu, media sosial menjadi faktor yang semakin memperparah keadaan. Banyak konten yang menampilkan tindakan bunuh diri, tontonan negatif, atau komunitas yang membahas bunuh diri secara bebas. Hal ini membuat anak dan remaja menjadi lebih rentan dalam menghadapi tekanan.

Dari sisi lain, peran negara yang seharusnya menjadi pelindung malah kian melemah. Berbagai persoalan seperti kesulitan ekonomi, konflik keluarga, gaya hidup konsumtif, hingga tekanan sosial mendorong terjadinya gangguan mental yang tidak tertangani. Akumulasi masalah ini mempersempit ruang anak untuk bertahan, hingga akhirnya memilih jalan yang salah.

Bagaimana Solusi untuk Mengatasinya?

Solusi menyeluruh untuk mengatasi meningkatnya kasus bunuh diri di kalangan pelajar adalah kembali kepada sistem yang benar, yaitu Islam. Dalam sistem Islam, landasan pendidikan di keluarga, sekolah, dan seluruh jenjang pendidikan adalah akidah. Dengan fondasi inilah anak dan pelajar memiliki kekuatan mental untuk menghadapi kesulitan hidup.

Islam memandang bahwa pendidikan sebelum baligh berfungsi mematangkan akal dan membentuk kepribadian Islam. Ketika memasuki usia baligh, anak diarahkan untuk mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta memiliki pedoman hidup yang kokoh.

Sistem pendidikan Islam bertujuan membentuk pola pikir dan pola sikap yang mencerminkan kepribadian Islam. Penerapannya hanya dapat terlaksana secara sempurna dalam naungan Khilafah. Melalui Khilafah, kurikulum sekuler digantikan dengan kurikulum Islam yang menyeimbangkan pembentukan akhlak dengan penguasaan ilmu pengetahuan. Dengan kurikulum ini, pelajar mampu menghadapi berbagai persoalan hidup secara syar‘i.

Khilafah juga menyediakan lingkungan sosial yang sehat dengan menjamin kebutuhan pokok, memperkuat ketahanan keluarga, serta memberikan arah hidup yang jelas sesuai fitrah penciptaan manusia. Semua ini berkontribusi pada terciptanya kondisi mental yang lebih kuat dan stabil bagi generasi muda.

Dengan demikian, insyaallah kasus bunuh diri di kalangan pelajar dapat ditekan bahkan dicegah sepenuhnya.

Wallahu a‘lam bishshawab. []


Baca juga:

0 Comments: