Headlines
Loading...
Persatuan Umat Islam, Solusi Kemerdekaan Palestina

Persatuan Umat Islam, Solusi Kemerdekaan Palestina

Oleh: Rina Herlina
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Israel kembali berulah dan melakukan serangan terhadap sebuah rumah di Jalur Gaza. Serangan tersebut menewaskan tiga orang dan melukai beberapa lainnya. Serangan ini menambah daftar pelanggaran yang dilakukan Israel setelah gencatan senjata pada 10 Oktober (nasional.sindonews.com, 20/11/2025).

Sebelumnya, tentara Israel juga telah menewaskan 25 warga Palestina serta melukai 77 orang dalam serangkaian serangan beruntun di beberapa wilayah yang sebelumnya telah ditinggalkan Israel. Serangan tersebut diklaim sebagai respons terhadap tembakan yang mereka duga menargetkan pasukannya di Rafah, Gaza selatan.

Lantas, mengapa Zionis Israel kerap melanggar perjanjian?

Salah satu alasannya adalah karena Israel sejatinya ingin menguasai Palestina secara utuh. Selain itu, konteks teopolitik juga menjadi motivasi utama yang mendasari retorika otoritas rezim pendudukan dalam mengubah status quo politik dan geografis di wilayah tersebut. Netanyahu dan timnya melegitimasi genosida dan kebijakan ekspansi negara versi mereka melalui rujukan pada teks-teks suci Yahudi.

Klaim kepemimpinan Zionis atas kedaulatan terhadap wilayah baru melalui agresi yang belum pernah terjadi sebelumnya merupakan cerminan strategi yang berakar pada konsepsi Yahudi tentang tatanan politik. Dukungan negara-negara Barat terhadap genosida dan pendudukan berdarah Israel yang berpusat pada agama semakin meningkatkan ketidakpastian masa depan Gaza.

Faktor lain yang mendorong para pemimpin Zionis melanggar gencatan senjata dan melancarkan serangan tidak manusiawi terhadap Gaza adalah dukungan Presiden AS Donald Trump dan kabinetnya. Rencana Trump yang kerap tidak masuk akal dan melanggar hukum untuk Gaza menjadi lampu hijau bagi Netanyahu, terutama karena Trump sering menyuarakan janji untuk membawa perdamaian ke wilayah tersebut selama kampanye pilpres.

Trump yang menyerukan relokasi warga Gaza tidak hanya mengizinkan Israel melancarkan serangan ke wilayah terkepung itu, tetapi juga membuat Netanyahu dan timnya merasa semakin percaya diri.

Motif utama lainnya atas dimulainya kembali pembantaian di Gaza adalah situasi yang muncul selama pembebasan tahanan Israel. Strategi komunikasi politik Brigade Al-Qassam Hamas dan pesan-pesan yang disampaikan selama pertukaran tahanan menjadi tantangan kuat bagi tatanan negara pendudukan yang mapan.

Melihat kondisi Gaza yang semakin memprihatinkan, perlu langkah konkret untuk menghentikan strategi ekspansionis agresif Israel. Umat Islam harus bangkit dan bersatu membantu perjuangan penduduk Gaza.

Selama umat Islam diam dan hanya beretorika lewat doa dan donasi kemanusiaan, selama itu pula kezaliman terhadap penduduk Palestina tidak akan berhenti. Jika Israel memakai senjata untuk membantai penduduk Palestina, maka umat Islam pun seharusnya menyeimbangkan kekuatan.

Palestina membutuhkan senjata untuk memperkuat perlawanan. Dan yang mampu memberi pasokan senjata adalah para penguasa negeri-negeri muslim. Andai lebih dari 50 negara muslim masing-masing mengirim 1.000 pasukan lengkap dengan persenjataan, akan terkumpul 50.000 pasukan. Jumlah tersebut cukup untuk menggetarkan Israel. Apalagi jika didukung pesawat tempur, kapal perang, dan rudal seperti yang dimiliki Iran, maka berakhirlah kekuatan Israel.

Saat ini, yang harus kita lakukan adalah menggencarkan dakwah kepada umat, terutama mengenai pentingnya memperjuangkan kembali kehidupan Islam dan menegakkan Khilafah. Hanya Khilafah yang mampu menyatukan umat Islam. Dengan persatuan, umat Islam akan menjadi kuat dan dengan kekuatan itu mampu melenyapkan eksistensi penjajah kafir di mana pun. Aamiin. [US]

Baca juga:

0 Comments: