Turun 5,8 Persen, Benarkah Jawa Barat Telah Menang atas Stunting?
Oleh: Ummu Fahhala
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mencatat sejarah baru. Jawa Barat meraih penghargaan sebagai Provinsi Terbaik I dalam penurunan prevalensi stunting, mencapai 5,8 persen hanya dalam setahun, sebuah capaian yang jarang dicapai provinsi lain. (radarbogor.jawapos.com, 13 November 2025)
Kemenko PMK memberikan penghargaan ini melalui Menko PMK, Pratikno, kepada Wakil Gubernur Jawa Barat, Erwan Setiawan, dalam Rakornas Percepatan Penurunan Stunting 2025 yang digelar di Gedung Kementerian Kesehatan, Rabu, 12 November 2025.
Capaian ini merupakan langkah penting yang membuktikan bahwa kerja sistematis dapat menghasilkan perubahan nyata. Namun penurunan ini dipandang sebagai pintu masuk untuk melihat persoalan yang lebih besar. Perbaikan angka stunting hanya menjadi permukaan. Di bawahnya, terdapat masalah besar yang membutuhkan sentuhan lebih fundamental.
Kita patut bangga terhadap prestasi Jawa Barat. Namun kita juga harus jujur bahwa turunnya angka stunting belum menghapus kenyataan pahit bahwa masih banyak anak stunting dan keluarga yang hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Lebih jauh, penguasaan sumber daya alam masih terkonsentrasi pada elite kapitalis. Kondisi ini menciptakan jurang yang lebar antara kesejahteraan ideal dan realitas rakyat. Dalam sistem kapitalisme-sekular, kesejahteraan sering menjadi ilusi karena negara bertindak sebagai regulator, bukan pelindung rakyat.
Stunting: Gejala dari Masalah yang Lebih Mendasar
Stunting muncul bukan semata karena kurangnya makanan bergizi. Stunting adalah sinyal rapuhnya jaminan sosial. Ada empat penyebab utama stunting selain gizi buruk: praktik pengasuhan yang kurang memadai, minimnya layanan kesehatan untuk ibu hamil, akses terbatas terhadap makanan bergizi, serta sanitasi dan air bersih yang tidak layak.
Semua faktor ini berakar pada ketidakmampuan negara menyediakan kebutuhan dasar rakyat. Selama gizi ibu dan bayi berbiaya mahal, layanan kesehatan sulit dijangkau, dan akses air bersih tidak merata, angka stunting akan tetap mengintai.
Kemiskinan memang tidak selalu berbanding lurus dengan stunting. Namun keluarga miskin jauh lebih rentan mengalami kekurangan gizi. Ini diperparah oleh tingginya harga pangan bergizi, pengangguran, dan inflasi yang menekan daya beli masyarakat.
Solusi Islam: Jalan Fundamental untuk Menghapus Stunting
Dalam sistem pemerintahan Islam (Khilafah), negara menyediakan layanan kesehatan secara gratis untuk seluruh rakyat. Rasulullah saw. dan para khalifah memastikan penyediaan tenaga kesehatan, fasilitas, hingga nutrisi tambahan bagi ibu dan balita.
Islam memerintahkan negara menyediakan pelayanan terbaik. Rasulullah saw. bersabda, “Imam (khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya.” (HR al-Bukhari dari Abdullah bin Umar)
Islam mewajibkan negara menjamin pemenuhan kebutuhan primer rakyat: pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Jika kepala keluarga mudah mencari nafkah karena negara membuka lapangan kerja dan mengelola kekayaan umum untuk rakyat, maka keluarga mampu membeli makanan bergizi tanpa tekanan.
Negara dalam sistem Islam juga memastikan bahwa pendidikan tersedia bagi semua warga. Ketika literasi meningkat, edukasi gizi menjadi lebih efektif dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Politik ekonomi Islam mencegah kekayaan menumpuk pada segelintir elite. Islam memerintahkan distribusi kekayaan secara merata melalui pengaturan kepemilikan umum, kepemilikan negara, dan kepemilikan individu.
Allah Swt. berfirman, “…agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (QS Al-Hasyr: 7)
Dalam sejarah, Khilafah jihaz al-idari yang memastikan setiap kebijakan sampai kepada rakyat hingga pelosok. Pada masa Khalifah Umar bin Khaththab, negara memberikan jaminan pangan hingga susu untuk bayi yang membutuhkan.
Rasulullah saw. juga bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah…” (HR Ahmad, Ibnu Majah, dan an-Nasa’i)
Islam membangun generasi kuat melalui jaminan gizi, kesehatan, dan pendidikan yang merata.
Khatimah
Stunting bukan sekadar masalah gizi. Stunting adalah cermin dari sistem yang tidak mampu menjamin kebutuhan dasar rakyat. Selama negara hanya menjadi regulator dalam kerangka kapitalisme, penanganan stunting tidak akan tuntas.
Kita membutuhkan paradigma baru yang memandang rakyat sebagai amanah, bukan komoditas. Paradigma yang menjadikan kesejahteraan sebagai kewajiban negara, bukan proyek tahunan.
Islam kaffah menawarkan solusi yang menyeluruh, sistemik, dan telah terbukti dalam sejarah. Dengan penerapan aturan Allah Swt., negara akan memastikan rakyat hidup sejahtera dan generasi tumbuh kuat. Inilah jalan yang tidak sekadar menurunkan angka, tetapi menghapus akar persoalan. []
Baca juga:
0 Comments: