Oleh: Ummu Fahhala
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com — Sejak 1967 Israel terus melakukan penggalian terowongan di sekitar Masjid Al-Aqsa. Lebih dari seratus galian telah tercatat, sebagian bahkan mencapai area di bawah fondasi masjid. Terowongan-terowongan ini menghubungkan area yang disebut Kota Daud, melewati saluran air kuno yang dikeringkan, lalu diubah menjadi lorong wisata, museum, dan sinagoge. Retakan di dinding dan lantai kompleks Al-Aqsa mulai terlihat akibat galian tersebut. Para ulama di Yerusalem bahkan memperingatkan bahwa jika dibiarkan, Masjid Al-Aqsa bisa benar-benar roboh (cnnindonesia.com, 25 Oktober 2025).
Lebih jauh, penggalian itu bukan semata proyek arkeologi. Ia adalah cara mengubah wajah sejarah, menghapus jejak Islam, dan menanamkan narasi baru di bawah tanah suci. Jika fondasi Al-Aqsa goyah, bukan hanya bangunannya yang roboh, tetapi juga simbol peradaban yang berumur lebih dari 1.300 tahun.
Sebagian arkeolog independen menilai, proyek-proyek di bawah kompleks Al-Aqsa berpotensi merusak struktur tanah dan mengguncang kestabilan fondasi. Bila ini dibiarkan, bukan tidak mungkin Masjid Al-Aqsa sebagai salah satu pusat spiritual dunia akan kehilangan bentuk aslinya.
Bagi umat Islam, Al-Aqsa bukan sekadar bangunan batu dan kubah. Ia adalah simbol iman dan warisan peradaban. Rasulullah saw. bersabda
“Janganlah kalian menempuh perjalanan kecuali ke tiga masjid, Masjidil Haram, Masjidku (Masjid Nabawi), dan Masjid Al-Aqsa.”
(HR. Al-Bukhari, no. 1189; Muslim, no. 1397)
Hadis ini menegaskan kedudukan Al-Aqsa sebagai salah satu masjid termulia di dunia. Bahkan Rasulullah saw. juga menyebut keutamaannya dalam sabda lain
“Keutamaan salat di Masjidil Haram seratus ribu kali lipat, di masjidku seribu kali lipat, dan di Baitulmaqdis (Al-Aqsa) lima ratus kali lipat.”
(HR. Al-Tabarani dalam Al-Mu‘jam al-Kabir, juga diriwayatkan Al-Baihaqi; dinilai hasan oleh sebagian ulama)
Kedua hadis ini bukan sekadar informasi spiritual, tetapi pesan moral. Bahwa menjaga Al-Aqsa adalah bagian dari menjaga warisan Rasulullah saw. dan marwah umat Islam di seluruh dunia.
Menjaga Al-Aqsa hari ini tidak harus dengan amarah, tetapi dengan aksi nyata dan cerdas.
Allah Taala berfirman
“Dan janganlah kamu condong kepada orang-orang yang zalim, yang menyebabkanmu disentuh api neraka, dan tidak ada bagimu pelindung selain Allah.”
(QS Hud [11] ayat 113)
Ayat ini mengajarkan keseimbangan, yaitu menolak kezaliman tanpa menjadi zalim, serta menegakkan perlawanan dengan kebenaran, bukan kebencian.
Masjid Al-Aqsa berada di bumi yang Allah berkahi. Rasulullah saw. bersabda
“Tidak akan berhenti sekelompok dari umatku yang tetap di atas kebenaran, mereka menang atas musuh-musuhnya sampai datang keputusan Allah. Mereka berada di sekitar Baitulmaqdis.”
(HR. Ahmad, no. 2320; dinyatakan sahih oleh Al-Albani)
Hadis ini menjadi sumber harapan bahwa penjaga Al-Aqsa tidak akan pernah padam. Namun mereka perlu dukungan nyata, bukan hanya doa, tetapi juga suara, tulisan, dan kepedulian kita.
Islam menawarkan solusi hakiki untuk menjaga Masjid Al-Aqsa dan seluruh tanah suci umat. Solusi itu bukan hanya seruan moral, tetapi sistem yang nyata, yaitu persatuan umat di bawah kepemimpinan yang menegakkan hukum Allah secara menyeluruh atau Khilafah.
Dalam Islam, penjagaan tempat suci bukan sekadar urusan politik, tetapi kewajiban akidah. Negara yang berlandaskan syariat akan mengerahkan kekuatan diplomasi, ekonomi, dan militer untuk melindungi kehormatan kaum muslimin. Dengan persatuan seperti pada masa Khalifah Umar bin Khattab dan Shalahuddin Al-Ayyubi, bumi Palestina akan kembali bernaung dalam kedamaian dan keadilan yang diridai Allah Swt.
Penutup
Kini dunia menatap Al-Aqsa dengan harap dan cemas. Masjid yang pernah menjadi kiblat pertama umat Islam kini berada di ujung tanduk. Namun sejarah selalu berpihak kepada mereka yang menjaga kebenaran. Selama masih ada yang bersujud di atas bumi ini, selama lidah masih mengucap subhanallah, maka Al-Aqsa tidak akan runtuh dari hati umat.
Wallahualam bissawab. [An]
Baca juga:
0 Comments: