Maraknya Siswa Merokok dan Krisis Moral Dunia Pendidikan
Oleh: Dhevi Firdausi, S.T.
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com — Akhir-akhir ini dunia pendidikan sering menghiasi pemberitaan nasional. Salah satunya adalah kasus Bu Dini Fitria, Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, yang diduga menampar seorang siswa karena ketahuan merokok di lingkungan sekolah.
Beruntung, kasus tersebut berhasil diselesaikan secara damai. Bu Dini batal menjadi penghuni bui setelah orang tua siswa mencabut laporan polisi. Dugaan penamparan ini bermula ketika Bu Dini melihat Indra, salah seorang siswa SMAN 1 Cimarga, sedang merokok di belakang sekolah. Sebagai kepala sekolah, Bu Dini segera menegurnya, namun Indra justru berbohong dan mengaku tidak merokok (Tempo.co, 17/10/2025).
Kasus serupa juga beredar di media sosial. Sebuah video memperlihatkan seorang siswa SMA di Makassar merokok dengan posisi duduk santai sambil mengangkat kaki di ruang kelas. Ironisnya, ia melakukan hal itu di samping gurunya, Pak Ambo. Fenomena seperti ini bukan lagi sekadar kenakalan remaja, melainkan problematika besar yang dihadapi para pendidik saat ini (Suara.com, 18/10/2025).
Fakta menunjukkan, sekitar 15 juta remaja di dunia menderita kecanduan rokok. Apalagi setelah muncul inovasi rokok elektrik atau vape, jumlah pengguna di kalangan remaja meningkat drastis, bahkan melebihi orang dewasa.
Sebenarnya, membentuk karakter siswa merupakan tugas para pendidik. Namun kini mereka menghadapi dilema. Di satu sisi, guru bertanggung jawab atas akhlak siswanya, tetapi di sisi lain mereka berisiko berhadapan dengan orang tua yang mudah membawa persoalan ke ranah hukum.
Kini banyak siswa merasa bebas berbuat sesuka hati, meski melanggar etika. Sebaliknya, para pendidik justru merasa terpojok dan tak berdaya. Ketika guru berusaha menegakkan kedisiplinan sebagaimana mestinya, mereka terancam dilaporkan ke pihak berwajib oleh orang tua siswa.
Sistem Pendidikan Sekuler-Liberalis Mencetak Generasi Bebas Tanpa Batas
Akar dari krisis moral di kalangan pelajar adalah penerapan sistem sekuler-liberalis. Dalam sistem yang serba bebas ini, perilaku merokok sering dianggap sebagai simbol kedewasaan dan jati diri remaja. Ditambah lagi, rokok mudah didapat di minimarket dengan harga yang sangat terjangkau.
Dalam menegakkan disiplin sekolah, kekerasan tentu tidak dibenarkan. Siswa membutuhkan pembinaan pola pikir dan pola sikap agar sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia. Karena itu, guru harus mampu menuntun siswanya memahami siapa dirinya dan ke mana arah hidupnya.
Namun dalam sistem liberal, para guru justru mendapat tekanan mental luar biasa karena tidak ada perlindungan nyata dari negara. Padahal, mengingatkan siswa agar tidak berbuat maksiat merupakan bagian dari amar makruf nahi mungkar. Upaya tersebut harus dilakukan dengan benar—tanpa kekerasan, tapi dengan tabayyun dan pendekatan yang mendidik.
Kegagalan sistem pendidikan dalam mencetak generasi berakhlak mulia bersumber dari sekularisme, sistem rusak yang diadopsi dari Barat. Sekularisme memberi kebebasan tanpa batas, hingga hilang rasa hormat dan sopan santun kepada guru, padahal itu adalah nilai fundamental dalam proses menuntut ilmu.
Sistem Pendidikan Islam Mencetak Generasi Berakhlak Mulia
Sistem sekuler-liberal sangat berbeda dengan sistem pendidikan Islam. Dalam Islam, guru adalah pilar peradaban. Ulama dan tenaga pendidik memiliki posisi yang mulia dan terhormat di tengah masyarakat. Guru bukan sekadar penyampai ilmu, tetapi juga teladan dalam pengamalan ilmu itu sendiri.
Menurut syariat Islam, hukum merokok memang mubah atau diperbolehkan, namun Islam melarang perbuatan yang membahayakan diri sendiri dan orang lain. Merokok jelas berbahaya bagi kesehatan, baik bagi perokok aktif maupun pasif, serta menimbulkan sifat boros akibat kecanduan.
Pendidikan Islam memiliki misi membentuk pola pikir dan pola sikap islami. Generasi islami adalah generasi yang sadar bahwa tujuan penciptaan manusia hanyalah untuk beribadah kepada Allah Swt.
Karenanya, remaja muslim masa kini harus bangkit menjadi generasi beriman dan berakhlak mulia, meneladani Rasulullah saw. dan para sahabatnya. [US]
Baca juga:
0 Comments: