Headlines
Loading...
Krisis Tenaga Kerja Global Memuncak,  Nasib Generasi Terdesak

Krisis Tenaga Kerja Global Memuncak, Nasib Generasi Terdesak

Oleh. Ummu Hanik R
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Krisis tenaga kerja global semakin memuncak dan mulai terasa di berbagai belahan dunia. Bahkan di beberapa negara besar, angka pengangguran cenderung mengalami kenaikan signifikan, seperti di Inggris, Prancis, Amerika Serikat (AS), dan Cina.

Di Inggris, kondisi pasar tenaga kerja menunjukkan adanya tanda pelemahan jumlah lowongan kerja dan turunnya pekerja bergaji pada kuartal kedua 2025. Dalam empat tahun terakhir, tingkat pengangguran mencapai 4,7 persen. Sementara itu, tingkat pengangguran usia 16–24 tahun mencapai 14,1 persen atau 634 ribu orang (CNBCIndonesia.com, 30-8-2025).

Di AS pada Juli 2025, tercatat angka pengangguran 4,2 persen. Data ini menunjukkan pengangguran meningkat meskipun AS dikenal sebagai negara dengan ekonomi kuat. Lapangan kerja yang tersedia belum sebanding dengan jumlah pencari kerja, sehingga menunjukkan tingkat kesulitan yang tinggi dalam mencari pekerjaan.

Di Prancis, pada Juli 2025 jumlah pengangguran naik dari 52.900 orang menjadi 3,03 juta. Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya pengangguran usia di bawah 25 tahun sebanyak 19.200 orang. Padahal, Prancis relatif stabil dengan angka pengangguran rata-rata hanya 7,5 persen.

Lain halnya dengan Cina. Pada Juli 2025, tercatat urban unemployment rate sebesar 5,2 persen, naik 5 persen dari bulan sebelumnya. Jumlah pemuda menganggur mencapai 15,2 persen. Mirisnya, banyak pemuda yang pura-pura bekerja hanya demi menjaga harga diri. Mereka rela bekerja meski tanpa upah. Fakta ini memperlihatkan sulitnya pemuda mencari pekerjaan.

Di Indonesia, para pemuda juga mendominasi angka pengangguran. Jika dibandingkan pekerja usia tua, separuh dari jumlah penganggur adalah generasi muda. Hal ini menunjukkan lemahnya pertumbuhan ekonomi global.

Para pakar menyatakan bahwa faktor penyebab krisis global tenaga kerja di antaranya jeratan inflasi, perlambatan pertumbuhan ekonomi, hingga ketidakpastian politik termasuk tarif dagang yang semakin naik drastis. Akibatnya, daya beli masyarakat menurun, kondisi sosial-politik tidak terukur, dan keamanan negara menjadi rentan.

Sistem Ekonomi Kapitalis Penyebab Krisis Tenaga Kerja

Sistem ekonomi kapitalis yang hari ini menguasai dunia telah gagal menyediakan lapangan kerja. Nyatanya, pengangguran terjadi di banyak negara, bahkan dialami oleh para pemuda. Kapitalisme terbukti gagal mewujudkan kesejahteraan, justru menyebabkan krisis tenaga kerja secara global.

Dengan konsep kebebasan kepemilikan, sumber daya alam bebas dikelola swasta. Akibatnya, negara tidak lagi berperan penting dalam menyejahterakan rakyat. Kendali perekonomian justru ada di tangan pemilik modal.

Sumber kekayaan alam, perdagangan, dan produksi hanya dikuasai kapital. Mereka menguasai sektor-sektor strategis yang mendatangkan keuntungan fantastis. Akibatnya, kesenjangan sosial semakin dalam: rakyat sengsara, kapital makin kaya.

Data global 2022 (Credit Suisse) menyebut, 1 persen orang terkaya menguasai 45 persen kekayaan dunia. Bahkan 10 persen orang terkaya menguasai 85 persen kekayaan dunia.

Di Indonesia juga terjadi ketimpangan. Celios merilis, kekayaan 50 orang terkaya setara dengan kekayaan 50 juta orang Indonesia (Tempo.co, 26-9-2024).

Dampak ketimpangan ini jelas. Di tengah kebutuhan ekonomi yang semakin mencekik, rakyat kesulitan mencari pekerjaan, sementara negara tidak menyediakan lapangan kerja. Jika lowongan dibuka, pelamar membludak hingga ribuan orang, padahal yang diterima hanya segelintir.

Program pemerintah membuka sekolah dan jurusan vokasi pun hanya sebatas harapan. Banyak lulusan jurusan vokasi justru tetap menganggur karena sempitnya lapangan kerja. Semua ini berpangkal pada dominasi sistem kapitalisme.

Solusi Islam atas Sulitnya Lapangan Pekerjaan

Islam menjadikan kepemimpinan sebagai tanggung jawab untuk mengatur semua urusan umat. Sistem pemerintahan Islam menegaskan bahwa khalifah bertanggung jawab atas rakyatnya. Rasulullah saw. bersabda:

“Imam atau khalifah adalah pemelihara urusan rakyat, ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap urusan rakyatnya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Seorang pemimpin berperan sebagai raa’in yang menjaga kesejahteraan rakyat, terutama dalam bidang ekonomi. Negara memberi kemudahan rakyat bekerja, baik melalui bantuan modal maupun pembukaan lapangan kerja seluas-luasnya.

Sistem ekonomi Islam menempatkan kekayaan negara untuk kepentingan rakyat. Sumber daya alam dikelola negara dan hasilnya dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk umat. Negara mengendalikan industri, sehingga rakyat mendapat kesempatan luas untuk bekerja.

Negara juga menyiapkan SDM berkualitas melalui sistem pendidikan Islam. Generasi dibentuk menjadi pribadi yang tangguh, bertakwa, cakap, dan terampil.

Dalam sejarah, khilafah terbukti mampu menciptakan banyak lapangan pekerjaan di berbagai bidang. Negara fokus memberikan kesempatan bagi ASN maupun non-ASN, sehingga tenaga kerja terserap secara maksimal.

Dengan kondisi seperti ini, rakyat tidak perlu khawatir kekurangan pekerjaan. Masalah pengangguran yang menghantui akan terpecahkan. Semua itu hanya bisa terwujud jika sistem kapitalisme diganti dengan sistem Islam.

Wallahualam bissawab. [ry]

Baca juga:

0 Comments: