Kasus Bullying Meningkat, Butuh solusi Akurat
Oleh: Imas Sunengsih, S.E., M.E
(Aktivis Muslimah Intelektual)
SSCQMedia.Com—Kasus bullying kembali terjadi di negeri ini. Berbagai kasus perundungan bermunculan bahkan sampai merenggut nyawa, seperti yang terjadi di SMP Negeri 19 Ciater, Serpong.
Dilansir dari CNN, kasus terbaru bullying menimpa seorang siswa kelas 7, MH, yang menjadi korban perundungan oleh teman sekelasnya. Insiden terjadi ketika korban dipukul menggunakan bangku besi pada bagian kepala saat jam istirahat, 20 Oktober 2025. MH meninggal dunia saat menjalani perawatan di RS Fatmawati, Jakarta Selatan, pada Minggu, 16 November 2025, setelah dirawat selama sepekan (CNN, 18 November 2025).
Data menunjukkan bahwa kasus bullying terus meningkat setiap tahun. Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) menyebutkan adanya kenaikan kasus kekerasan terhadap anak lebih dari 100 persen pada tahun 2024 dibandingkan tahun 2023, dan 31 persen di antaranya adalah kasus perundungan. Sebelumnya, Komnas PA mencatat 16.720 kasus perundungan di sekolah pada tahun 2023.
Dari meningkatnya kasus bullying tersebut, tampak jelas ada yang salah dalam tatanan kehidupan hari ini. Tatanan hidup yang ada justru melahirkan manusia-manusia sadis. Pelaku sampai tega menganiaya temannya sendiri tanpa rasa iba dan kasih sayang.
Inilah akibat tatanan kehidupan sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama tidak dijadikan aturan dalam hidup. Mereka justru hidup dengan gaya liberal tanpa batas. Dendam dipelihara untuk melampiaskan emosi. Tidak ada rasa persaudaraan, yang ada hanya pembullyan.
Generasi yang seharusnya menjadi tonggak perjuangan kini berubah menjadi generasi rapuh. Kurikulum pendidikan gagal menciptakan generasi unggul yang memiliki kepribadian Islam. Selain itu, keluarga broken home juga menjadi pemicu terjadinya bullying. Peran negara dalam melindungi dan menciptakan generasi berkualitas pun dinilai masih abai.
Abainya negara tampak pada semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Paham sekulerisme, kapitalisme, dan liberalisme yang diadopsi negeri ini melahirkan potret generasi yang amburadul. Kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan. Sudah seharusnya diubah dengan perubahan yang revolusioner.
Dalam Islam, untuk menciptakan generasi unggul dibutuhkan peran seluruh pihak. Pertama, keluarga sebagai madrasatul ula, pendidik pertama yang harus memiliki visi untuk membentuk generasi unggul berbasis akidah Islam. Keimanan dan ketakwaan harus ditanamkan sejak dini serta dibentuk pola pikir dan pola sikap Islam.
Kedua, sekolah harus memiliki kurikulum berbasis akidah Islam sehingga generasi tidak hanya mendapatkan ilmu, tetapi terbentuk kepribadian Islam serta memiliki keahlian di bidangnya.
Ketiga, negara yang bertanggung jawab mengurusi rakyat termasuk pendidikan generasi. Negara harus memiliki visi besar untuk mempersiapkan generasi penerus kepemimpinan Islam.
Namun, ketiganya tidak akan terwujud dalam negara demokrasi saat ini karena tidak berlandaskan sistem Islam. Sinergi keluarga, sekolah, dan negara hanya akan terwujud dalam sistem Islam kaffah yang diterapkan secara menyeluruh.
Dalam sistem Islam, contoh generasi unggul dapat dilihat dari para sahabat Rasulullah saw., seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash, Said bin Zaid, dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Termasuk juga Bilal bin Rabah dan Khalid bin Walid.
Mereka adalah generasi terbaik yang berjuang menegakkan Islam hingga akhir hayat. Kecintaan mereka kepada Allah Swt. dan Rasulullah saw. dibuktikan dengan terus memperjuangkan Islam. Sudah seharusnya kita merindukan penerapan sistem Islam kaffah melalui negara khilafah ala minhaj nubuwwah.
Dengan demikian, inilah fokus perjuangan kaum muslim hari ini, yaitu mengembalikan kehidupan Islam ke tengah-tengah umat sebagai solusi akurat untuk menghentikan kasus bullying. Karena kewajiban seorang muslim adalah berislam secara kaffah, sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS Al-Baqarah ayat 208:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian.” (QS Al-Baqarah: 208)
Wallahualam bissawab. [Hz]
Baca juga:
0 Comments: