Ibu, Pahlawan Tak Terlihat, Pencetak Peradaban
Oleh: Ummu Fahhala
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Ketika pedang-pedang beradu di medan Uhud dan debu menutup pandangan, berdirilah seorang perempuan gagah berani: Nusaibah binti Ka‘ab, Ummu Imarah. Namanya terukir di langit sejarah sebagai Perisai Rasulullah Saw.
Dalam buku Setitik Cahaya di Samudra Kehidupan karya Nurdin Hidayat dikisahkan keberanian Nusaibah binti Ka‘ab dalam Perang Uhud yang luar biasa. Ia berjuang melindungi Rasulullah Saw. tanpa memedulikan dirinya sendiri, meski tubuhnya dipenuhi luka, termasuk luka parah di leher. Dengan ikat pinggang di perutnya, ia terus berperang tanpa keluh dan tanpa gentar. Melihat keteguhannya, Rasulullah saw. bersabda kepada putranya, “Wahai Abdullah, balutlah luka ibumu! Ya Allah, jadikanlah Nusaibah dan anaknya sahabatku di surga.” Doa itu menjadi penguat hatinya untuk terus berjuang hingga akhir.
(detik.com, 26 Juni 2023)
Dan Nusaibah bukan satu-satunya.
Ada Khaulah binti Azur, Sang Singa Syam, yang menebas barisan Romawi dengan keberanian yang membuat prajurit lelaki menunduk hormat. Ada Ummu Haram binti Milhan, yang berlayar hingga ke tengah laut dan syahid di antara ombak demi tersebarnya cahaya Islam ke Pulau Siprus.
Di timur bumi, kita mengenal Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Nyi Ageng Serang, dan Laksamana Malahayati. Mereka memimpin pasukan dengan tekad membara, bukan demi mahkota dunia, melainkan demi kemerdekaan dan kehormatan Islam.
Namun, wahai saudariku,
apakah gelar pahlawan hanya untuk mereka yang memegang senjata?
Tidak.
Setiap muslimah yang menegakkan kebenaran, yang menjaga cahaya iman di tengah gelapnya zaman, juga pahlawan. Mereka adalah penjaga peradaban. Mereka adalah nadi kebangkitan umat.
Sejarah mencatat nama-nama mulia perempuan yang mencerdaskan dunia.
Aisyah r.a., guru para sahabat, gudang ilmu hadis dan fikih. Syifa binti Abdullah, perempuan cerdas dan amanah, dipercaya Umar bin Khaththab sebagai kadi hisbah di pasar Madinah.
Ada pula Sayyidah Nafisah, guru Imam Syafii, tempat para ulama menimba ilmu dan kebijaksanaan.
Di dunia sains, ada Mariam al-Astralabiya, perancang astrolab—alat yang menjadi cikal bakal sistem GPS masa kini.
Mereka bukan hanya nama dalam kitab sejarah. Mereka adalah bukti bahwa Islam menempatkan perempuan sebagai mercusuar ilmu dan amal.
Ketika Pena Menjadi Pedang
Zaman telah berubah.
Hari ini, medan jihad tidak selalu berupa perang di padang pasir, tetapi perang pemikiran, perang opini, serta perang melawan kebodohan dan kezaliman.
Pedang telah berganti menjadi pena.
Dan pena—lebih tajam daripada pedang—mampu menembus hati manusia, menggugah kesadaran, dan menggerakkan umat.
Menulis kebenaran, mengajarkan ilmu, menegakkan amar makruf nahi mungkar di tengah badai opini sesat, semuanya bernilai pahala jariah. Sungguh, siapa pun yang menulis demi Islam, tulisannya akan hidup lebih lama daripada usianya.
Di balik setiap pahlawan besar, selalu ada seorang ibu berjiwa raksasa.
Ibu Imam Syafii yang menuntun anaknya menuju ilmu.
Ibu Imam Abu Hanifah yang menggendong anaknya menuju masjid.
Ibu Shalahuddin al-Ayyubi yang menanam tekad pembebasan Al-Quds di dada kecil putranya.
Ibu Muhammad al-Fatih yang tiap pagi menyalakan tekad penaklukan Konstantinopel dalam hati anaknya.
Mereka bukan sekadar melahirkan anak, mereka melahirkan peradaban.
Lihatlah para ibu di Palestina.
Mereka melahirkan anak-anak di bawah gemuruh bom, membesarkan generasi pejuang di tengah puing dan luka. Mereka tidak bersenjata, tetapi rahim dan doa mereka melahirkan pasukan yang mengguncang dunia.
Merekalah pahlawan tanpa tanda jasa yang jasanya melangit.
Wahai muslimah,
sadarilah bahwa engkau adalah tiang peradaban, penyangga kebangkitan, pembentuk generasi penerus umat.
Tugasmu tidak kecil.
Engkau bukan hanya istri yang mendampingi, tetapi juga pendidik yang menanamkan tauhid dalam jiwa-jiwa muda.
Engkau bukan hanya pelengkap kisah hidup seorang lelaki, tetapi penulis bab pertama dalam sejarah kebangkitan Islam.
Bangkitlah, muslimah!
Gunakan waktumu untuk menyiapkan generasi khairu ummah, yakni generasi yang menegakkan kebenaran dan menolak kezaliman.
Jadikan ilmu sebagai senjata, iman sebagai perisai, dan dakwah sebagai napas perjuangan.
Penutup
Peradaban Islam tidak akan tegak tanpa perempuan salehah yang berani berpikir, berjuang, dan mencintai Allah di atas segalanya.
Engkaulah, wahai muslimah, penjaga cahaya di tengah gelapnya dunia.
Jika engkau mendidik satu anak dengan iman, sesungguhnya engkau telah mengguncang dunia dengan kebaikan.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.,
“Perempuan itu tiang negara. Apabila ia baik, maka baiklah negara dan umat seluruhnya.”
(HR. Ahmad)
Maka, jadilah muslimah yang menyalakan obor peradaban.
Bukan hanya dengan kata, tetapi dengan amal dan keteguhan iman.
Karena kebangkitan Islam akan lahir dari rahim perempuan yang mencintai Tuhannya lebih dari dunia dan segala isinya. []
Baca juga:
0 Comments: