Headlines
Loading...

Oleh: Annisa Yuliasih
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan: ‘Kami beriman’, sedangkan mereka tidak diuji?” (QS Al-Ankabut: 2).

Kadang manusia ingin hidup tenang tanpa gelombang, tetapi Allah justru mengirimkan ombak agar kita belajar berenang menuju-Nya. Ayat ini mengajarkan bahwa iman bukan sekadar kalimat di bibir, melainkan perjalanan hati yang ditempa oleh ujian.

Dalam hidup, kita pasti akan menjumpai berbagai persoalan. Tidak ada hidup tanpa permasalahan. Mulai dari hal sepele seperti memilih baju yang akan dipakai hari ini hingga perkara besar seperti menentukan jodoh, mendidik anak, dan persoalan penting lainnya. Semua itu adalah ujian yang perlu dicari solusinya serta dipahami apa yang harus kita lakukan.

Allah tidak memberi ujian untuk mengetahui kekuatan kita, karena Dia sudah tahu. Ujian diturunkan agar kita mengetahui seberapa dekat kita kepada-Nya, seberapa dalam tawakal kita, dan seberapa tulus kita bergantung hanya kepada-Nya.

Mengaku beriman itu mudah, tetapi membuktikannya membutuhkan ujian. Ujian adalah cara Allah mengeluarkan cahaya sabar, tawakal, dan keteguhan dari dalam diri seorang hamba. Tanpa ujian, keimanan hanya menjadi ungkapan kata. Dengan ujian, kata iman berubah menjadi kenyataan dan kesungguhan.

Kadang kita merasa lelah menghadapi ujian hidup. Namun ayat ini mengingatkan bahwa iman bukan hanya kata-kata yang mudah terucap. Allah ingin melihat bagaimana kita bertahan, bukan hanya bagaimana kita berbicara saat menasihati orang lain. Setiap ujian yang datang bukan untuk menjatuhkan, melainkan untuk membentuk kekokohan iman kita. Bagaikan karang di lautan yang tetap kokoh meski terus diterjang ombak.

Allah sedang mengajari agar hati kita lebih sabar, lebih kuat, dan lebih jujur kepada-Nya. Benarkah hanya Dia yang menjadi harapan dan tumpuan kita. Tanpa ujian, mungkin kita tidak akan pernah mengetahui seberapa rapuh atau seberapa kuat diri kita sebenarnya.

Ujian datang bukan karena Allah ingin menyulitkan, tetapi karena Dia ingin meninggikan derajat kita. Seperti murid yang harus melalui ujian untuk naik kelas. Karena itu, ketika ujian datang, bisikkanlah pada hati kita, “Apa yang Allah ingin ajarkan kepadaku? Kualitas diri apa yang ingin Allah tingkatkan dalam diriku?” Allah berjanji bahwa di balik setiap kesulitan selalu ada kemudahan. Terbuka kesempatan untuk menjadi hamba yang lebih dekat kepada-Nya dan lebih layak berada dalam kasih sayang-Nya.

Sering kali kita lupa bahwa ujian adalah bahasa cinta Allah. Terkadang terkabulnya doa bukan dalam bentuk hadiah yang manis, tetapi berupa dorongan keras agar kita bangkit dan tidak tenggelam dalam kelalaian.

Saat ujian datang, itu bukan tanda bahwa Allah menjauh atau murka. Justru Allah sedang mengarahkan langkah kita untuk mendekat, agar kita hanya bersandar kepada-Nya dan tidak menggantungkan harapan kepada makhluk.

Ketika beban terasa berat, cobalah percaya bahwa Allah tidak salah memilih kepada siapa ujian itu diberikan. Tidak ada ujian yang datang kecuali Allah tahu bahwa kita mampu melewatinya. Kita mungkin tidak selalu kuat. Kita bisa jatuh berkali-kali, hati terasa sesak. Namun ayat ini memberi pemahaman bahwa jatuh bukan berarti gagal, sakit bukan berarti tidak sembuh, dan luka bukan berarti tidak akan pulih. Asalkan kita terus bangkit kembali menuju-Nya, semua ujian akan menjadi bukti keimanan kita kepada Allah Swt.

Setiap ujian adalah panggilan lembut dari Allah: “Kembalilah kepada-Ku, bergantunglah kepada-Ku, dan temukan Aku dalam setiap keadaanmu.” Karena itu, ketika cobaan datang, jangan bertanya, “Mengapa aku diuji seperti ini?” Tetapi katakanlah, “Ini tanda bahwa Allah sedang memproses imanku.” Saat menerima ujian dengan sabar dan rida, kita akan mendapati bahwa ujian yang berat pun berubah menjadi jembatan yang mendekatkan kita kepada Allah.

Sidoarjo, 14 November 2025
[An]


Baca juga:

0 Comments: