Headlines
Loading...
Hidayah Taufik: Buah dari Perjuangan Mencari Petunjuk dan Keistikamahan

Hidayah Taufik: Buah dari Perjuangan Mencari Petunjuk dan Keistikamahan

Oleh: Hanif Eka Meiana
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com – Banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang mampu memberikan inspirasi, menggetarkan jiwa, serta menjadi hidayah dan peringatan bagi siapa pun. Bila kita pelajari dan tadabburi lebih dalam, niscaya kita akan menemukan hikmah dan kandungan yang bermakna di dalamnya. Tidak hanya itu, Al-Qur’an juga menjadi sumber dan pedoman atas setiap problematika kehidupan.

Bersyukur Allah Swt. memberi kesempatan kepada kita untuk dapat mentadabburi ayat-ayat-Nya. Sering kali beberapa ayat menyadarkan kita betapa banyak dosa yang telah dilakukan dan betapa sedikit amal salih yang dibawa. Salah satu ayat yang memberikan inspirasi dan dorongan bagi saya untuk menjadi lebih baik ialah QS. Maryam ayat 76.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ÙˆَÙŠَزِÙŠْدُ اللّٰÙ‡ُ الَّذِÙŠْÙ†َ اهْتَدَÙˆْا Ù‡ُدًÙ‰ ۗ ÙˆَالْبٰÙ‚ِÙŠٰتُ الصّٰÙ„ِØ­ٰتُ Ø®َÙŠْرٌ عِÙ†ْدَ رَبِّÙƒَ Ø«َÙˆَابًا ÙˆَØ®َÙŠْرٌ Ù…َرَدًّا

“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal kebajikan yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.”

Ayat ini mengajarkan bahwa Allah Swt. akan memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya petunjuk telah diberikan kepada manusia, yakni melalui akal, Al-Qur’an, dan sunah. Adapun hidayah taufik hanya diberikan kepada hamba yang terpilih. Belum tentu yang sudah mendapat dua petunjuk di awal langsung memperoleh hidayah taufik. Dibutuhkan perjuangan untuk meraihnya.

Kini saya memahami kandungan ayat tersebut dan berupaya terus memperbaiki diri. Saat kita sadar bahwa aturan Allah Swt. mendatangkan kebaikan bagi manusia, ketika itu pula kesadaran akan tumbuh. Perlahan kita belajar mendalami ayat-ayat-Nya, memahami asal mula kita, tujuan hidup di dunia, dan kemana kita akan kembali. Beruntung bila kita dapat bergabung dalam jamaah yang memandu untuk senantiasa taat pada syariat.

Itulah yang saya alami. Saat pertama hijrah, pemahaman saya tentang Islam belum utuh. Yang saya pahami baru sebatas ibadah mahdah. Namun setelah mengikuti kajian, saya menyadari bahwa Islam tidak hanya mengurusi ibadah mahdah. Rasa ingin tahu mendorong saya menyelami lebih jauh. Walau sering tertinggal dari teman-teman, Allah Swt. menjaga saya agar tetap istikamah.

Berbagai halangan datang untuk menghentikan pencarian ini. Saya membulatkan tekad untuk menjadi apa yang Allah kehendaki. Saya jalani setiap prosesnya. Kadang saya lelah, berjalan kaki demi menuntut ilmu dan berdakwah, berupaya taat pada syariat-Nya, serta menepis hal-hal yang merugikan diri. Saya merasa dituntun oleh petunjuk-Nya. Saat sebagian teman tidak lagi istikamah berjamaah, saya yakin jalan yang saya pilih sudah benar.

Allah Swt. senantiasa memberikan yang terbaik. Kesabaran berbuah kebaikan. Alhamdulillah saya menikah dengan keluarga pengemban dakwah, belajar menyampaikan ilmu, dan sesekali tampil di depan. Di sisi lain saya mengembangkan kemampuan menulis dan desain hingga hari ini. Tidak terbayang bila saya tidak memilih jalan kebenaran. Mungkin saya akan sibuk dengan urusan dunia hingga melupakan akhirat.

Benarlah, bila kita mencari petunjuk dengan niat yang tulus dan ikhlas, insyaallah kemudahan akan datang. Termasuk kemudahan untuk berada di jalan kebaikan. Dari sana saya belajar untuk terus memperbaiki diri, belajar rida terhadap setiap ketetapan Allah Swt., hingga rasanya berbagai urusan dipermudah oleh-Nya. Pertanyaannya, bagaimana dengan hidayah taufik itu?

Jawabannya hadir ketika kita membenarkan firman-Nya serta meyakini bahwa ketetapan Allah adalah kebaikan bagi manusia. Setelah akal menerima dan kita mencari, memahami, serta membenarkan petunjuk-Nya melalui Al-Qur’an dan sunah, selanjutnya hati akan diuji. Apakah hati tergerak untuk mengamalkannya atau tidak. Ketika hati tergerak untuk mengamalkannya demi kebaikan hidup, Allah Swt. perlahan memberikan hidayah taufik.

Tanda-tandanya terlihat dari keistikamahan seseorang dalam mempelajari Islam, bertambahnya amal salih, pertemanan yang baik, semangat dalam thalabul ilmi, serta keberlangsungan amal di mana pun dan kapan pun berada. Hal itu pula yang saya rasakan. Terasa nikmat dan bahagia saat dekat dengan-Nya, saat beramal salih, dan saat berkumpul dengan sahabat-sahabat salihah.

Hidayah taufik bukan untuk sembarang orang. Tidak semua diberi anugerah ini, karena hanya orang-orang pilihan yang mampu berjuang dan istikamah menjalaninya. Begitu pula para pengemban dakwah. Allah Swt. memuliakan mereka dengan peran besar di tengah umat. Mereka bak cahaya dalam kegelapan, secercah kebahagiaan di tengah kegundahan, pelita di malam hari, dan penggerak di pagi hari.

Dari ayat tersebut saya terinspirasi untuk terus bertahan dalam irama kebaikan ini. Kebaikan saya pupuk dan tumbuhkan. Amal salih saya tambah dan perbaiki meski belum sempurna. Saya bersyukur dapat berkumpul dengan orang-orang yang sepemikiran, sefrekuensi, dan sejalan. Mereka hadir mengingatkan saat saya futur. Postingan sahabat salihah di media sosial membuat saya bermuhasabah. Kadang saya merasa tertampar melihat dosa-dosa yang telah dilakukan.

Harapan saya adalah dapat terus berada di jalan kebaikan, beramal salih, dan meningkatkannya hingga berakhir dengan husnul khatimah. Saya berharap Allah Swt. rida atas setiap langkah dan memaafkan khilaf. Saya juga berharap dapat berkumpul kembali dengan sahabat-sahabat salihah di Jannah-Nya bersama orang-orang beriman. Doakan saya, salihah, semoga saya, kamu, dan kita semua menjadi hamba yang pantas di hadapan-Nya. Aamiin Allahumma aamiin. Wallahu a’lam bisawab. [ry]

Yogyakarta, 15 November 2025

Baca juga:

0 Comments: