Atap Bentuk Kopiah Raja di Masjid Al-Mubarok Nganjuk, Lambang Islam Kaffah

Oleh: Dhevi Firdausi, ST.
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Masjid merupakan tempat ibadah umat Nabi Muhammad saw. Pedoman bangunan masjid mengikuti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. di Masjid Madinah. Tak terkecuali, masjid yang ada di wilayah Nusantara.

Seperti yang digambarkan dalam film Jejak Khilafah di Nusantara, kesultanan-kesultanan di Nusantara telah menjadi bagian dari kekhilafahan Turki Utsmani. Cahaya Islam menyinari kehidupan masyarakat Jawa, termasuk yang tinggal di Kabupaten Nganjuk. Sultan Nganjuk memerintah sesuai tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw. sehingga rakyatnya hidup makmur dan sejahtera.

Masjid Agung Al-Mubarok Nganjuk menjadi lambang bahwa Islam diterapkan dalam wilayah kabupaten pada masa itu. Masjid ini dibangun oleh Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Sosro Koesoemo pada tahun 1745. Keunikan masjid tersebut terdapat pada bentuk atapnya yang menyerupai kopiah sultan.

Penyatuan antara bangunan masjid dengan atap berbentuk kopiah memiliki makna bahwa agama tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan. Konsep Islam ini berlawanan dengan sekularisme Barat. Sekularisme merupakan paham yang memisahkan agama dari kehidupan dunia dan menganggap bahwa agama harus jauh dari urusan politik yang dianggap kotor.

Ketika manusia diberi ruang untuk membuat aturan kehidupan sendiri, kerusakan yang akan terjadi. Hal ini karena akal manusia bersifat terbatas. Kerusakan dalam berbagai bidang telah nyata kita rasakan hari ini, mulai dari korupsi, pergaulan bebas, hingga mahalnya kebutuhan pokok masyarakat.

Hanya penerapan sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan yang dapat mewujudkan rahmatan lil 'alamin bagi seluruh manusia. Penerapan tersebut tidak mungkin terwujud kecuali dengan tegaknya daulah khilafah sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat. Demikianlah, Islam merupakan sistem kehidupan yang terbaik di antara sistem lainnya. [Hz]