Headlines
Loading...


Oleh: Emniswati
(Kontributor SSCQMedia.Com)

Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji hanya bagi Allah Swt., Rabb semesta alam. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan tercinta, Nabi Muhammad saw., hamba pilihan yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Cinta yang Tak Pernah Padam

Pada setiap denyut rindu yang bergetar di dada umatmu, terdapat cinta yang tak pernah sirna untukmu, wahai Rasulullah. Kami memang tak sempat menatap wajahmu, namun setiap sujud dan salawat yang mengalun adalah tanda kasih yang berusaha menapak di jejak langkah sucimu.

Wahai Rasulullah, betapa agung rasa cinta dan bahagia menjadi bagian dari umatmu. Engkau bukan sekadar nabi, melainkan suri teladan yang sempurna, pribadi mulia yang dipuji langsung oleh Allah Swt. Engkau tak hanya membimbing umat di zamamu, tetapi juga memikirkan dan merindukan umat yang akan lahir berabad-abad setelah engkau wafat.

Ketika ajal menjemput, yang terucap dari bibirmu bukan tentang dunia, bukan tentang keluarga, melainkan tentang umatmu: “Ummati... ummati...”

Engkau mencintai kami jauh sebelum kami ada, mengingat kami sebelum kami mengenalmu. Sungguh, tiada insan yang lebih mulia daripada dirimu.

Allah Swt. mengabadikan keteladananmu dalam firman-Nya:

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.”
(QS. Al-Ahzab: 21)

Ayat ini menjadi pengingat abadi bahwa bila cinta kepada Rasulullah benar-benar tulus, maka jalan terbaik untuk membuktikannya ialah dengan meneladani beliau. Sebab Allah sendiri telah menegaskan kesempurnaan akhlaknya.

Rindu yang Terpatri di Relung Hati

Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin hati ini tak merindukanmu? Engkau sosok yang lembut, penuh kasih sayang, dan tak pernah lelah mendoakan kebaikan bagi umatmu. Namamu terukir dalam lubuk hati terdalam. Walau kami belum pernah melihat wajahmu atau menggenggam tanganmu, cinta ini nyata, rindu ini tulus.

Kami yakin, pertemuan sejati akan Allah anugerahkan kelak di Telaga Kautsar — tempat engkau menanti dengan penuh kasih.

Kisahmu di Thaif menjadi saksi luasnya hatimu. Saat engkau dilempari batu hingga berdarah, dicaci, dan diusir, bahkan ketika malaikat menawarkan untuk menimpakan gunung kepada penduduk Thaif, engkau justru berkata lembut:

“Aku berharap akan lahir dari keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allah.”

Adakah hati yang lebih lapang dari hatimu? Engkau tak pernah membalas keburukan dengan keburukan, bahkan terhadap mereka yang memusuhimu.

Engkau adalah teladan anak yang berbakti, suami yang penuh cinta, ayah yang penyayang, sahabat yang setia, dan pemimpin yang adil. Rindu ini berpadu dengan rasa malu dan syukur, karena kami belum mampu meneladanimu dengan sempurna. Namun keyakinan itu tetap terpatri: betapa mulia menjadi bagian dari umatmu.

Semoga Allah meneguhkan langkah kami di jalanmu, menyatukan keluarga dan orang-orang yang kami cintai bersamamu di surga-Nya. Semoga setiap detik kehidupan menjadi bukti nyata cinta kami kepadamu, wahai Rasulullah.

Namun, wahai Rasulullah, di balik kebanggaan itu terselip rasa malu yang amat dalam. Bagaimana kami mengaku mencintaimu, sementara masih banyak di antara kami yang lalai menunaikan salat? Ada yang salat hanya sesekali, ada pula yang menunda hingga waktu hampir habis.

Bagaimana kami mengaku bangga menjadi umatmu, sementara lidah masih kotor, tangan masih menyakiti, dan hati masih menyimpan iri? Engkau telah memberi teladan dalam kejujuran berdagang, kelembutan mendidik, dan kesantunan bergaul, namun kami sering abai.

Engkau pembawa risalah Al-Qur’an, pemegang wahyu Ilahi yang dititipkan untuk membimbing kami. Namun, berapa banyak di antara kami yang benar-benar membaca dan memahami maknanya?

Andai engkau hadir hari ini, mungkin engkau akan menangis melihat keadaan umatmu, melihat saudara-saudara di Palestina yang berjuang antara hidup dan mati, kehilangan rumah, pakaian, makanan, bahkan air untuk bertahan hidup.

Sedangkan kami yang hidup dalam kenyamanan kerap terjebak dalam urusan dunia dan ambisi yang fana. Lebih menyedihkan lagi, banyak yang melanggar syariat Islam: riba merajalela, aurat disepelekan, kehormatan tak dijaga, bahkan nyawa tak lagi dianggap berharga. Umatmu terpecah-belah, saling menjatuhkan, padahal engkau mengajarkan kasih sayang dan persaudaraan.

Dalam rindu yang membuncah, kami berusaha meneladanimu melalui langkah-langkah kecil dalam kehidupan sehari-hari. Wahai Rasulullah, inilah persembahan cinta kami kepadamu. Kami bernaung dalam komunitas dakwah dan ibadah bernama SSCQ (Sahabat Surga Cinta Qur’an) serta Keluarga Surgaku, tempat kami menapaki jalan ilmu dan amal.

Di sana kami saling menasihati dalam kebaikan, berbagi ilmu, dan berlomba-lomba dalam amal saleh sesuai ajaranmu. Kami belajar memantulkan akhlakmu dalam kesabaran, kasih sayang, dan keikhlasan.

Melalui majelis ilmu, tilawah, tadabbur, dan kegiatan dakwah, kami berusaha menjaga cahaya sunnah agar tetap menyala di hati. Kami saling menyemangati untuk istiqamah dalam salat, memperbanyak salawat, menolong sesama, dan menebar kasih dalam kehidupan sehari-hari.

Kami pun berusaha menjaga tilawah Al-Qur’an setengah juz setiap hari, karena Al-Qur’an adalah petunjuk hidup yang engkau wariskan bagi umatmu. Kami juga berusaha menjaga salat tepat waktu, karena perintah salat adalah amanah agung yang engkau terima langsung dari Allah Swt.

Inilah wujud cinta kami, wahai Rasulullah, cinta yang mungkin sederhana, namun tulus. Cinta yang kami harap diterima sebagai amal yang engkau ridai.

Doa dan Harapan Umatmu

Wahai Rasulullah, semoga kelak engkau tersenyum di Telaga Kautsar dan berkata:

“Inilah umatku yang senantiasa berjuang meneladani ajaranku.”

Ya Allah, sampaikanlah salam rindu kami kepada kekasih-Mu, Nabi Muhammad saw. Jadikanlah kami hamba-hamba yang setia meneladani beliau, dan kokohkan hati kami untuk istiqamah dalam iman, amal, dan akhlak mulia.

Wahai Rasulullah, bimbinglah kami dengan doa-doamu, agar kelak engkau menjemput kami dengan syafaatmu yang mulia.

Kami bangga menjadi umatmu, wahai Rasulullah. Kami bersyukur karena Allah menempatkan kami dalam barisanmu. Semoga kebanggaan ini bukan hanya ucapan, melainkan nyata dalam amal, akhlak, dan perjuangan hidup kami.

Ya Allah, izinkan cinta ini berbuah amal dan rindu ini berujung perjumpaan di Telaga Kautsar. Jadikan langkah kami ringan menapak sunnah kekasih-Mu, dan hati kami teguh menjaga cahaya imannya.

Wahai Rasulullah, bila langkah kami goyah, tuntunlah dengan doa-doamu. Bila hati kami lalai, bangunkan dengan teladanmu. Kami rindu bertemu — bukan sekadar dalam mimpi, tetapi di taman surga, di bawah naungan kasih Ilahi.

Pelalawan, 9 Oktober 2025


Baca juga:

0 Comments: