Headlines
Loading...
Persatuan Bukan Lagi Pilihan, Melainkan Kewajiban!

Persatuan Bukan Lagi Pilihan, Melainkan Kewajiban!

Oleh. Ummu Irul
(Kontributor SSCQMedia.Com)


‎مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuhnya ikut merasakan tidak bisa tidur dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Muslim, No. 4685)

Tatkala menyimak kembali hadis ini, hati terasa remuk dan batin teriris. Hingga hari ini, bagian tubuh kita yang lain masih terus terluka. Saudara kita di Palestina dilecehkan, dilaparkan, diteror, bahkan dibunuh dengan kejam. Korban syahid tak terhitung, baik anak-anak maupun wanita. Demikian pula yang terluka hingga cacat seumur hidup. Sungguh keadaan yang mengoyak hati, sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Ironisnya, hadis ini seolah tak lagi dihiraukan sebagian kaum muslim, baik rakyat jelata maupun para penguasa. Akibatnya, hilang rasa persaudaraan. Bagian tubuh lain yang tersiksa tidak terasa, bahkan sebagian masih bisa bergembira, berhura-hura, hingga bermaksiat. Naudzubillah.

Hal itu terlihat di beberapa negara berpenduduk mayoritas muslim atau yang dipimpin oleh seorang muslim. Misalnya saja di negeri konoha. Ketika Palestina dilanda kelaparan dan penindasan, para pemimpin bukannya mengulurkan bantuan. Mereka justru sibuk memeras rakyatnya untuk memperkaya diri, keluarga, dan kolega. Sungguh sikap yang jauh dari predikat seorang muslim dan sangat jauh dari ajaran Rasulullah saw.

Belum lagi sikap negara-negara yang bertetangga dengan Palestina. Para pemimpinnya angkuh dan pura-pura tidak tahu penderitaan saudaranya. Bahkan ada yang justru memblokade akses pertolongan. Jangankan memberi bantuan, memberi jalan saja tidak. Sungguh memilukan!

Jika kita kembali pada ajaran Rasulullah saw., Palestina adalah bagian tubuh kita yang lain. Seharusnya kita peduli, bukan malah memusuhi atau menyalahkan. Namun, banyak yang beranggapan Palestina bukan urusan kita. “Ngapain mengurusi yang jauh di sana, di sini saja masih banyak masalah,” begitu kata mereka.

Mengapa banyak kaum muslim berpikir demikian? Itu disebabkan paham nation state (nasionalisme) yang digagas oleh antek Inggris, Mustofa Kemal Attaturk. Paham ini berhasil menghilangkan rasa kasih sayang antar sesama muslim. Ia menyusupkan ide bahwa saudara hanyalah yang satu negara dengan kita. Akibatnya, hilang rasa persatuan. Umat Islam tak lagi merasa satu tubuh. Inilah keberhasilan kapitalisme memporak-porandakan persaudaraan umat.

Kaum Muslim Pernah Bersatu

Meski hari ini kita menyaksikan perpecahan dan ketidakpedulian, sejarah mencatat kaum muslim pernah bersatu. Selama hampir 1.300 tahun umat Islam berada dalam satu pemikiran, perasaan, aturan, dan kepemimpinan. Itu terjadi sejak masa Rasulullah saw., dilanjutkan Khulafaur Rasyidin hingga para khalifah sesudahnya.

Dalam masa itu, umat Islam di seluruh dunia merasa senasib sepenanggungan. Tak ada yang menuruti ego masing-masing. Tak ada pembiaran terhadap bagian tubuh yang lain. Sebab, selalu ada yang mengingatkan bahwa umat Islam adalah saudara, saling menolong, menyayangi, dan meringankan beban. Dialah Rasulullah saw., pemimpin pertama Daulah Islam, diteruskan oleh Khulafaur Rasyidin dan khalifah-khalifah sesudahnya hingga berakhir pada 3 Maret 1924.

Sejak tanggal itu, penderitaan kaum muslim di seluruh dunia dimulai dan berlangsung hingga kini. Maka, langkah apa yang harus ditempuh agar umat bisa bersatu kembali?

Persatuan Kaum Muslim, Wajib

Allah Ta’ala berfirman:

‎وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai. Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan nikmat-Nya kamu menjadi orang-orang yang bersaudara.” (QS. Ali Imran: 103)

Ayat ini menegaskan bahwa persatuan kaum muslim hukumnya wajib. Untuk mewujudkannya, dibutuhkan pemimpin yang menerapkan Al-Qur’an dan Sunnah. Hanya seorang khalifah yang mampu menjalankan itu. Bentuk negara yang menyatukan seluruh umat Islam hanyalah Khilafah, satu-satunya sistem pemerintahan yang menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar hukum.

Inilah yang semestinya kita dakwahkan dan perjuangkan, yakni tegaknya sistem Islam dalam bingkai Khilafah. Semoga Allah segera mengabulkan doa kita semua sehingga Palestina segera tertolong.

Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

‎Wallahualam bissawab. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: