Headlines
Loading...

Oleh. Emniswati
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.ComAssalamu’alaika, ya Rasulullah.

Hati yang penuh getar kerinduan ini ingin menuliskan banyak kata yang menggambarkan rasa cinta kepadamu. Meski zaman memisahkan, meski raga tak pernah bersua, cinta ini tak lekang oleh waktu.

Ya Rasulullah, setiap kali kuucapkan selawat, seakan ada cahaya menembus gelap di dada. Cahaya itu membawa rindu yang begitu dalam, rindu ingin bertemu, berada di sisimu, dan mendengar suaramu melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan kelembutan tiada banding.

Ya Rasulullah, di hari-hari ini dunia sedang berguncang. Negeri-negeri kaum Muslimin bergetar. Palestina yang engkau cintai bersimbah darah. Anak-anak kecil berlarian tanpa alas kaki, bukan untuk bermain seperti cucumu Hasan dan Husain, melainkan untuk mencari perlindungan dari dentuman bom.

Tangan mungil mereka menggenggam debu dan batu, seakan itulah senjata terakhir yang dimiliki. Air mata para ibu tumpah, bukan karena kehilangan rumah atau harta, melainkan karena kehilangan buah hati yang lebih berharga daripada dunia dan seisinya.

Ya Rasulullah, Palestina bertanya lirih: “Di mana umat Muhammad?” Pertanyaan itu menusuk hati, menghantam jiwa, membuat setiap Muslim tertunduk malu. Bagaimana mungkin kami mengaku sebagai umatmu, sementara saudara-saudara kami di Gaza menjerit tanpa daya? Bagaimana mungkin kami bangga menyebut namamu, sedangkan kami belum mampu menjaga warisan sucimu: Masjidil Aqsa, kiblat pertama umat Islam, saksi peristiwa Isra’ Mikraj-mu?

Ya Rasulullah, engkau telah mengajarkan arti persaudaraan. Engkau satukan Muhajirin dan Anshar dalam ukhuwah yang indah. Engkau perintahkan kami agar menjadi satu tubuh: bila satu bagian sakit, seluruh tubuh ikut merasakan perihnya.

Namun lihatlah kami kini, ya Rasulullah. Umatmu tercerai-berai, sibuk dengan batas negara, sibuk dengan urusan dunia, sibuk dengan perselisihan kecil, hingga lupa bahwa ada darah yang menetes di bumi para anbiya.

Wahai Rasulullah, jika engkau masih bersama kami, tentu engkau akan berdiri di barisan terdepan membela Palestina. Engkau tidak akan membiarkan seorang anak pun meneteskan air mata tanpa pelukan. Engkau pasti mengangkat tanganmu ke langit, memohon kemenangan bagi mereka. Namun kami, umatmu di abad ini, sering kali hanya berhenti pada doa lirih tanpa langkah nyata.

Ya Rasulullah, maafkan kami. Kami terlalu sering mengecewakanmu. Lidah kami fasih berselawat, tetapi tangan kami lemah untuk menolong. Hati kami penuh cinta padamu, tetapi kaki kami berat melangkah di jalanmu. Kami ingin menjadi umat yang engkau banggakan di hadapan Allah, namun kenyataan sering berkata sebaliknya.

Ya Rasulullah, sampaikan rindu kami kepada Allah. Katakan bahwa umatmu sedang berjuang, meski dengan langkah kecil. Ada yang mengorbankan harta, ada yang mengangkat doa setiap malam, ada yang menulis risalah dengan linangan air mata. Semua itu mungkin tampak kecil, tetapi kami yakin Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, dan tiada yang sia-sia di sisi-Nya.

Palestina adalah luka umat, tetapi juga cermin bagi kami. Ia bertanya kepada dunia: “Apakah kalian benar-benar mencintai Nabi kalian? Jika iya, di mana bukti cinta itu?” Pertanyaan itu membakar semangat, menuntut jawaban, dan memaksa kami untuk tidak lagi hanya diam.

Ya Rasulullah, di bulan ini kami memperingati kelahiranmu, Maulid Nabi yang penuh cahaya. Betapa hatiku bergetar membayangkan detik-detik engkau hadir ke dunia sebagai rahmat bagi seluruh alam. Betapa aku merasa kecil, penuh dosa, namun tetap berharap agar kelahiranmu menjadi cahaya penuntun di jalan kebenaran. Setiap lantunan salawat di majelis-majelis maulid membuat air mata jatuh tanpa diminta, seakan engkau hadir di tengah kami, menyapa dengan senyum lembutmu.

Ya Rasulullah, betapa aku ingin merayakan maulid ini bukan hanya dengan ucapan, melainkan dengan amal nyata—cinta yang tumbuh dalam hati dan mekar dalam perbuatan.

Ya Rasulullah, kami ingin menjadi umat yang engkau banggakan. Kami ingin kelak di telaga Al-Kautsar membawa kabar gembira: bahwa umatmu akhirnya bersatu, peduli, dan menjawab panggilan Palestina dengan iman, cinta, dan perjuangan.

Kami tahu jalan menuju kemenangan tidak mudah. Ada air mata, darah, dan pengorbanan. Namun engkau telah mencontohkan bahwa setiap tetes keringat di jalan Allah akan dibalas dengan surga. Setiap luka yang ditanggung demi kebenaran akan berubah menjadi cahaya. Dan setiap jiwa yang gugur akan hidup abadi dalam kemuliaan.

Ya Rasulullah, doakan kami agar tetap tegar. Doakan agar hati kami tidak pernah lelah mencintaimu dan mencintai semua yang engkau cintai. Doakan agar langkah kecil kami Allah berkahi, hingga kelak kami bisa berkata dengan bangga: “Ya Rasulullah, inilah bukti cinta kami padamu. Kami berusaha menjaga amanahmu, meski dengan segala kekurangan kami.”

Wahai junjungan kami, betapa besar keinginan untuk berjumpa denganmu, menatap wajahmu yang bercahaya, mendengar nasihatmu yang menyejukkan. Namun kami tahu, perjumpaan itu hanya akan terjadi kelak di akhirat. Maka biarlah kerinduan ini kami jadikan bahan bakar untuk beramal. Biarlah air mata rindu ini menjadi saksi bahwa kami ingin menempuh jalanmu meski langkah sering tertatih.

Kami ingin hidup seperti engkau: sederhana, penuh kasih, sabar menghadapi ujian, dan selalu dekat dengan Allah. Kami ingin mati sebagaimana engkau ajarkan: syahid di jalan-Nya atau wafat dengan iman yang teguh. Kami ingin dibangkitkan kelak di bawah naungan syafaatmu, bersama orang-orang yang engkau cintai.

Ya Rasulullah, bimbinglah hati kami agar tidak goyah. Jadikan cinta kepadamu bukan hanya di lisan, tetapi nyata dalam amal. Ajarkan kami arti sabar dalam musibah, arti syukur dalam nikmat, arti istiqamah dalam ibadah. Tuntun kami agar Al-Qur’an dan sunahmu menjadi cahaya di setiap langkah.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, aku titipkan munajat rindu ini pada hembusan doa. Semoga Allah izinkan sampai kepadamu, agar engkau tahu bahwa umatmu masih mencintaimu, merindukanmu, dan berjuang sekuat tenaga untuk tidak mengecewakanmu lagi.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, ya Rasulullah.


Dengan cinta yang tak bertepi,
Umatmu yang penuh rindu 


Baca juga:

0 Comments: