Oleh. Maya Rohmah
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Ini adalah kisah nyata. Kukenang kisah ini sebagai penguat langkah di masa dewasaku yang penuh kejutan.
Senja itu, matahari mulai menunduk, langitnya merah keemasan. Aku masih ingat betapa lelahnya kaki kecilku. Di sisiku ada Ayah dan kakak lelakiku yang baru menginjak usia sekolah dasar awal. Kami berjalan kaki menempuh puluhan kilometer karena tak ada uang sepeser pun di saku.
Langkah kami gontai. Ayah menyeka keringat di dahinya, lalu memandang kami, "Sudah, kita istirahat di sini dulu."
Kami berhenti di sebuah gubuk kecil di tepi sawah. Ayah memapahku hati-hati menyusuri pematang sawah. Setibanya di gubuk, kakakku langsung jatuh tertidur, kelelahan. Ayah mengajakku, "Nak, ayo, kita berzikir dan berdoa. Ingat, Allah itu Maha Kaya, Maha Pengasih. Jangan pernah lelah meminta. Rezeki dari-Nya tidak pernah habis."
"Laa ilaha illallah," bisik Ayah, lalu kuikuti.
"Ya Rahman, Ya Rahim... Ya Razzaq, Ya Fattah…"
Aku mengikuti lantunan zikir dan doa Ayah dengan suara lirih. Di tengah ketenangan itu, tiba-tiba seorang pemuda muncul dari arah gubuk. Senyumnya ramah sekali. Dia adalah anak pemilik sawah sekaligus gubuk tempat kami beristirahat.
"Pak, kenapa istirahat di sini? Ayah dan bapak-bapak yang lain sudah pulang," ucapnya.
Ayah tersenyum, "Iya, Nak. Kami numpang istirahat sebentar. Kami mau melanjutkan perjalanan."
"Oh, jangan. Ayo, mampir ke rumah saya. Kebetulan Ibu masak banyak," ajak pemuda itu.
Kami terkejut. Aku dan ayahku saling berpandangan. Ayahku menghela napas, bersyukur. Kakak kubangunkan. Kami pun berjalan mengikuti pemuda itu ke rumahnya. Di sana, kami dijamu dengan hidangan yang sederhana, tetapi rasanya tak akan kulupa. Ada ikan goreng besar-besar yang baru saja ditangkap di kolam pinggir rumah. Lezatnya ikan itu terasa hingga kini. Perut kami kenyang, hati kami damai.
Setelah makan, kami mohon pamit. Sebelum pergi, Ayah mengucapkan terima kasih berkali-kali. Pemuda itu hanya tersenyum.
"Pak, jangan sungkan. Ini semua dari Allah. Saya hanya perantara saja," ucapnya.
Di perjalanan, aku terus teringat pemuda itu. Aku berdoa dalam hati dengan sebuah doa kanak-kanak yang sangat sederhana, "Ya Allah, semoga kebaikan Mas-mas tadi dibalas sama Allah."
Di masa remajaku, aku masih sesekali teringat pemuda itu. Aku sampaikan kepada ayahku, "Ayah, kayaknya orang yang dulu menolong kita, sekarang sudah bapak-bapak, ya?"
Ayah mengusap kepalaku, "Iya, semoga doa panjang umur, berkah rezekinya. Zikir dan doa yang waktu itu kita ucapkan, Allah jawab melalui kebaikan pemuda itu. Allah adalah Ar-Razzaq, Maha Pemberi Rezeki. Rezeki bukan cuma uang, tetapi juga kebaikan, pertolongan, dan keberkahan yang datang tanpa diduga."
Ayahku lalu membisikkan sebuah dalil, "Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat At-Talaq ayat 2-3, 'Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.'" Ayah mengajariku bahwa zikir dan doa adalah wasilah rezeki yang paling ampuh.
Kisah ini bukan sekadar cerita tentang rezeki yang datang tak terduga, melainkan juga tentang bagaimana Allah memuliakan hamba-Nya yang berserah diri. Zikir dan doa bukanlah sekadar ucapan, melainkan pengakuan tulus akan kemahakuasaan-Nya.
Ketika kita berzikir, kita sejatinya sedang mengumpulkan "tabungan" kebaikan di sisi Allah. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman:
"Aku adalah sesuai persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya apabila ia mengingat-Ku. Apabila ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila ia mengingat-Ku dalam keramaian, maka Aku mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik dari itu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain menjadi wasilah rezeki, zikir dan doa juga menjadi jalan menuju surga. Bukankah salah satu syarat masuk surga adalah ketaatan dan keikhlasan? Kebaikan hati pemuda itu yang ikhlas membantu kami, adalah cerminan dari hati yang dekat dengan Allah. Boleh jadi, ia telah melakukan amal yang membuatnya lebih dekat dengan pintu surga.
Sering kali, hatiku bertanya-tanya, bagaimana kabar pemuda itu sekarang? Apakah dia menjadi pejuang Islam yang tangguh? Atau apakah dia menjadi dai yang menyeru kebaikan? Aku tidak tahu. Namun, aku yakin, Allah pasti membalas kebaikannya dengan balasan yang jauh lebih baik. Karena zikir dan doa bukan hanya membuka pintu rezeki, melainkan juga membimbing kita ke jalan surga. Bukankah demikian? []
Baca juga:

0 Comments: