Perlindungan Anak Kian Abai, di Mana Peran Negara?
Oleh. Lia Purwati
(Penggiat Literasi Islam)
SSCQMedia.com — Maraknya penjualan bayi yang terjadi saat ini sangat meresahkan. Terlebih lagi, pelaku kejahatan tersebut adalah orang tua dari bayi itu sendiri. Sungguh miris dan sangat tragis. Orang tua yang seharusnya melindungi, menyayangi, dan mengasihi, kini tega menjual darah dagingnya sendiri. Bahkan, sejak dalam kandungan, bayi-bayi tersebut sudah dijual, sehingga setelah lahir, langsung dikirim kepada pembeli.
Dilansir dari beritasatu.com, Direktorat Reserse Kriminal Umum menyatakan bahwa sebanyak 24 bayi di Jawa Barat telah diperjualbelikan ke Singapura (15-07-2025).
Data di atas menggambarkan betapa murahnya nyawa manusia. Seorang anak yang tak berdosa dijual dengan harga hanya 16 juta rupiah. Saat ini, tampaknya harga mobil lebih mahal daripada nyawa manusia itu sendiri. Di sisi lain, banyak pasangan suami istri yang hingga kini belum juga dikaruniai anak. Padahal, anak merupakan amanah yang harus dilindungi nyawanya, dipenuhi kebutuhannya, dan dididik menjadi penerus bangsa.
Mengapa Bisa Terjadi?
Keadaan ekonomi saat ini menyebabkan meningkatnya angka kejahatan. Asalkan cuan masuk, segala cara pasti dilakukan. Tidak lagi peduli apakah pekerjaan tersebut halal atau haram. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan akhirnya memilih jalan pintas demi mendapatkan uang, seperti yang baru-baru ini terjadi.
Ekonomi kapitalisme tidak menjamin kesejahteraan bagi rakyatnya. Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan menyebabkan semakin banyaknya tindak kejahatan. Sistem ekonomi sekuler kapitalisme yang diterapkan membuat rakyat semakin menderita. Di tengah sulitnya mendapatkan pekerjaan, harga bahan pokok pun kian tidak masuk akal, menjadikan kehidupan makin tidak menentu.
Sistem sekuler kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan menjadikan masyarakat buta dan tuli terhadap agamanya sendiri. Tolak ukurnya hanyalah sebatas keuntungan semata, sedangkan belas kasih menghilang entah ke mana.
Kekacauan akan terus terjadi selama sistem sekuler kapitalisme diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Negara yang seharusnya berperan penting dalam mengurusi permasalahan rakyat, nyatanya belum serius dan kerap kali kecolongan.
Bagaimana Solusinya?
Islam adalah agama sekaligus ideologi yang paling benar. Dalam sistem Islam, segala perbuatan manusia harus sesuai dengan hukum syarak. Tidak boleh hanya mengikuti hawa nafsu semata. Sedangkan sistem sekuler kapitalisme hanya mengutamakan keuntungan segelintir orang tanpa rasa bersalah. Yang kaya makin sejahtera, yang miskin makin sengsara.
Berbeda halnya dengan kehidupan dalam ideologi Islam. Semua kebutuhan rakyat terpenuhi, dan lapangan pekerjaan dibuka untuk semua kalangan. Tidak ada diskriminasi antara si kaya dan si miskin. Begitu juga dengan penerapan hukum; tidak pernah dibedakan, apalagi memberikan fasilitas mewah kepada yang lebih kaya.
Siapa pun yang melakukan kejahatan akan dihukum sesuai tingkat pelanggarannya. Dalam sistem Islam, sanksi yang diberikan mampu membuat jera pelaku dan menjadi pencegah agar kesalahan serupa tidak terjadi lagi.
Pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz, kesejahteraan rakyat sangat terjamin. Pendidikan dan kesehatan diberikan secara gratis. Tidak ada satu pun rakyat yang berhak menerima zakat, karena tidak ada lagi yang miskin, apalagi kelaparan. Begitulah indahnya kehidupan dalam naungan daulah Islam.
Wallāhu a‘lam bish-shawāb. [MA]
Baca juga:

0 Comments: