Headlines
Loading...
Gerbang Babus Salam, Tonggak Para Mubaligah Mengokohkan Perjuangan Islam

Gerbang Babus Salam, Tonggak Para Mubaligah Mengokohkan Perjuangan Islam

Oleh: Naila Dhofarina Noor
(Pegiat Literasi)

SSCQMedia.Com — Ahad terakhir di bulan Juli, di Kota Pamekasan, acara Liqo Muharam dan Konsolidasi Mubaligah 1447 H alhamdulillah telah terlaksana dengan lancar atas izin Allah. Acara ini diselenggarakan oleh Suara Mubalighah secara serentak di berbagai titik di Indonesia, seperti Surabaya, Makassar, Jember, dan lainnya.

Acara dimulai dengan pembukaan, dilanjutkan dengan tilawah surat Ali Imran ayat 104 serta ayat 111 hingga 114. Selanjutnya adalah penyampaian prakata dari ketua panitia, Ustazah Rahmi. Beliau menyampaikan empat tujuan dari Liqo Muharam ini, di antaranya: menyatukan langkah para mubaligah dalam mendakwahkan Islam kafah, menyebarkan pemahaman yang benar kepada umat tentang sistem kehidupan, konsolidasi antarmubaligah, serta mempererat silaturahmi di antara para mubaligah, pemangku pesantren, dan ustazah.

Sambutan disampaikan oleh pembina Suara Mubaligah, yakni Ustazah Iffah Ainur Rohmah. Beliau mengawali sambutan dengan mengingatkan sebuah hadis riwayat Abu Daud tentang simpul umat: yang pertama kali lepas adalah hukum atau pemerintahan Islam, dan simpul terakhir adalah salat. Saat ini, jelas bahwa khilafah sebagai sistem pemerintahan Islam tidak ada di tengah-tengah kita. Ulama—termasuk mubaligah—yang menyampaikan ayat dan hadis tentang politik dan pemerintahan, sering kali dilabeli radikal. Umat pun ditakut-takuti dengan istilah radikalisme. Padahal sejatinya para mubaligah memiliki tanggung jawab besar untuk menyampaikan ayat-ayat tersebut. Oleh karena itu, jadikan momentum Muharam ini sebagai tonggak peningkatan posisi mubaligah dalam perjuangan menegakkan kembali pemerintahan Islam.

Sambutan pembina Suara Mubaligah tersebut kemudian dijabarkan oleh tiga pembicara dengan Ustazah Rofah sebagai pemandu acara. Ia memimpin yel-yel:

  • Man nahnu? Nahnul muballighoot!

  • Maa hadafunaa? Dakwah karena Allah untuk tegaknya Islam kafah.

Pemateri Pertama: Ustazah Fatheya dari Madura menjelaskan tentang deradikalisasi sebagai proyek Barat untuk menghadang Islam kafah. Beliau menceritakan sekilas sejarah berdirinya khilafah hingga runtuhnya yang menyebabkan umat Islam seperti buih, termasuk penderitaan yang menimpa Palestina. Di sisi lain, banyak negara termasuk Indonesia (83,46%) menginginkan penerapan Islam secara menyeluruh.

Beliau menyitir Surat Al-Baqarah ayat 120 tentang kebencian kaum kafir terhadap umat Islam. Sejak peristiwa pengeboman WTC pada 2001, nama Osama dikaitkan dengan terorisme, dan sejak saat itu siapa pun yang istiqamah memperjuangkan Islam dilabeli teroris. Tony Blair menyebut ideologi iblis adalah mereka yang mendukung khilafah dan anti-Israel, lalu umat Islam dipecah menjadi kelompok-kelompok. Kelompok moderat diposisikan sebagai satu-satunya yang boleh eksis, padahal sejatinya mereka sejalan dengan agenda Barat.

Salah satu rencana yang dijalankan adalah program deradikalisasi, di mana ayat-ayat tentang hakimiyah dan hadis sulthaniyah dituduh sebagai penyebab radikalisme. Majelis taklim dan pesantren menjadi sasaran. Data dari Kementerian Agama menyebutkan bahwa terdapat 41.000 pesantren, 3,4 juta santri, 370.000 ustaz/ustazah, dan 97.000 majelis taklim. Para mubaligah, bu nyai, dan ustazah seharusnya tidak terbawa arus deradikalisasi ini, melainkan semakin semangat mempelajari dan memperjuangkan ayat-ayat tersebut.

Di akhir pemaparannya, Ustazah Fatheya mengingatkan firman Allah dalam Surat Thaha ayat 1–7 bahwa Al-Qur'an diturunkan bukan untuk menyusahkan manusia, tetapi sebagai peringatan bagi orang bertakwa.

Pemateri Kedua: Ustazah Rif’ah dari Gresik, yang merupakan keturunan Sunan Giri, mengangkat tema kesempurnaan Islam (al-Islamu nizhamun syamilun). Ia mengajak para mubaligah untuk merenungi Surat Ar-Rum ayat 41 dengan penjelasan dari kitab Fathul Qadir karya Imam Asy-Syaukani. Ia juga menyampaikan bahwa kerusakan yang terjadi membutuhkan perubahan sistemik seperti dalam QS Ar-Ra’d:11 dan QS An-Nahl:89. Islam adalah solusi menyeluruh (tibyanan likulli syai’in), bukan sekadar simbol damai.

Ia juga menegaskan bahwa perubahan sejati adalah kembali kepada hukum Allah sebagaimana dalam QS Al-Baqarah:208 dan 85. Beliau menjelaskan pentingnya mengimani seluruh ajaran Islam, karena ayat yang berisi ancaman menunjukkan bahwa hukum tersebut bersifat wajib.

Ustazah Rif’ah menyinggung bagaimana negara saat ini hanya menjadi regulator, sedangkan yang mengelola kehidupan rakyat adalah pihak swasta. Akibatnya, rakyat terbebani, seperti dalam kasus pengoplosan beras 212 premium. Negara harus menjadi pelaksana hukum Allah, bukan penonton.

Pemateri Ketiga: Ustazah Imaroh dari Surabaya membahas peran penting mubaligah dalam menyampaikan Islam yang sempurna. Tiga peran besar yang diangkat:

  1. Membina umat dengan Islam kafah
    Sebagai marja’ ad-diin (mengajarkan Al-Qur’an, akidah, salat, puasa, akhlak) dan marja’ siyasi (mengajarkan syariat dalam pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan).

  2. Izalah al-munkarat
    Menyampaikan dakwah melalui ayat-ayat dan hadis seperti:

    • QS An-Nahl:125

    • HR Muslim tentang amar makruf nahi mungkar

    • HR Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah tentang jihad berupa berkata benar di depan penguasa zalim

  3. Dakwah isti’naafi fi al-hayati al-Islamiyah
    Yakni dakwah kolektif untuk memperjuangkan khilafah sebagaimana perintah dalam QS Ali Imran:104.

Beliau menegaskan bahwa memahami Islam secara parsial dapat menyesatkan. Umat perlu mendapatkan gambaran utuh tentang Islam.

Setelah sesi materi, peserta sangat antusias mengajukan pertanyaan:

  1. Mengapa kemaksiatan justru meningkat di tengah maraknya kajian?

  2. Bagaimana penerapan pendidikan Islam untuk anak usia dini?

Jawaban:

  1. Negara adalah pihak yang bertanggung jawab atas aturan. Karena negara tidak menerapkan Islam kaffah, maka arus maksiat tak bisa dibendung hanya oleh dakwah individu. Negara perlu menjadi pengemban dakwah utama. Sayangnya, ada ulama yang lebih berpihak kepada materi, bukan ideologi. Rakyat harus dididik agar mampu memilih pemimpin yang benar.

  2. Kurikulum pendidikan ditentukan negara, namun secara teknis kita bisa menerapkan pendidikan Islam, seperti pemisahan laki-laki dan perempuan sejak usia dini. Saat ini, moderasi beragama telah menyusup ke kurikulum, menjauhkan generasi dari Islam. Contohnya, ada mahasiswa dan dosen yang bunuh diri karena kehilangan arah.

Ustazah menyarankan agar mempelajari kitab Ususut Tarbiyah untuk memahami pendidikan Islam. Membaca Al-Qur’an bukan hanya untuk dilombakan, tetapi harus dipahami dan diterapkan. Fakta di lapangan, anak-anak yang dulunya disebut anak saleh kini dianggap radikal. Sementara itu, negara lebih fokus pada proyek besar seperti pembangunan taman Bhineka senilai Rp64 triliun dan monumen Reog sebesar Rp120 miliar, tetapi tempat ibadah minim pendanaan.

Acara dilanjutkan dengan istirahat, salat, dan makan. Host mengingatkan bahwa Allah mencintai amalan yang dilakukan secara tuntas. Harapannya, seluruh peserta mengikuti hingga akhir.

Selepas ishoma, para mubaligah menyampaikan komitmen mereka dalam memperjuangkan Islam kafah melalui peran individu, keluarga, masyarakat, lembaga, dan pesantren. Acara ditutup dengan doa dan sesi foto bersama menjelang pukul setengah tiga sore.

‘Alaa kulli haal, semoga Liqo Muharam dan Konsolidasi Mubaligah ini diberkahi Allah. Sebagaimana disampaikan oleh pemateri ketiga, dalam perjalanan menuju acara, beliau melihat tulisan "Gerbang Babus Salam" di awal kota Pamekasan. Beliau berharap kata “salam” di sini bermakna Islam—yang kini belum diterapkan. Semoga kesatuan para mubaligah menjadi tonggak perjuangan untuk menegakkan Islam secara kafah. Allahu akbar! [MA]

Baca juga:

0 Comments: