Chemistry di antara kami sudah luar biasa. Kami saling mencintai karena Allah, dan berpisah pun akhirnya karena Allah. Ya, Allah menghendaki aku kembali ke kampung halaman, menemani kedua orang tua yang kini sudah lanjut usia. Meski begitu, aku harus tetap melanjutkan perjuangan. Sebagaimana aku dibina sejak awal bersama teman-teman di Payakumbuh, di sini aku pun harus melanjutkan perjuangan, tentunya bersama sahabat-sahabat taat lainnya yang berada di Kota Tasikmalaya.
Allah memerintahkan kita untuk senantiasa taat (terikat dengan syariat). Kita harus senantiasa mengingat kembali apa tujuan kita diciptakan. Di dalam surah Az-Zariyat ayat 56, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
(QS. Az-Zariyat [51]: 56)
Demikianlah sejatinya tujuan jin dan manusia diciptakan, yaitu untuk mengabdi atau menghamba kepada Zat Pemilik Kehidupan. Dulu, sebelum aku mengkaji Islam secara kaffah, aku sama sekali tidak tahu tujuan penciptaan. Aku menjalani hidup berdasarkan perasaan dan pemikiran yang dangkal. Hasilnya, hidupku terasa berantakan dan tak terarah.
Aku sering kali marah dengan keadaan, tidak pernah bersyukur atas apa pun yang hadir dalam kehidupanku. Aku menjalani hidup sesuai kemauan sendiri dan berperilaku bebas, tidak terikat hukum syarak. Semua hal aku nilai dengan materi. Ah, semuanya serba kapitalis. Meski begitu, aku tetap menunaikan salat lima waktu dan mengenakan kerudung, meski masih minimalis.
Waktu itu, pemahamanku tentang surga dan neraka pun sudah ada. Aku meyakini keduanya, dan berharap bisa kembali ke surga, bukan ke neraka. Padahal, dari segi amalan, sekali lagi, sangatlah minim.
Setelah aku mulai berhijrah dan mempelajari Islam secara menyeluruh, barulah aku sadar bahwa apa yang kulakukan sebelum hijrah adalah kesalahan. Bahkan, bisa jadi, ada amalan-amalan yang kulakukan yang tidak sesuai atau tidak dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. Sedangkal itulah pemahaman kita jika tidak memiliki ilmu. Itulah sebabnya, Nabi ﷺ melalui salah satu hadisnya mewajibkan kita menuntut ilmu, terutama ilmu agama.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim."
(HR. Ibnu Majah. Dinilai sahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)
Bahkan, dengan berusaha menuntut ilmu, kita dimudahkan jalan menuju surga. Masyaallah, Maha Baik Allah kepada kita, hamba-Nya.
"Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga."
(HR. Muslim)
Atas dasar itu, sudah sepatutnya kita senantiasa semangat dalam menuntut ilmu. Rintangan seperti apa pun seharusnya tidak menyurutkan langkah. Sebab, balasannya adalah kemudahan dari Allah dalam meraih surga—tempat yang kenikmatannya tidak bisa dibandingkan dengan apa pun yang ada di dunia.
Jika dibandingkan dengan pengorbanan para sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in dahulu dalam menuntut ilmu, sungguh apa yang kita lakukan hari ini belum ada apa-apanya. Mereka dahulu, demi mendapatkan satu hadis saja, rela menempuh perjalanan panjang selama berhari-hari.
Seperti yang dilakukan oleh Imam Syafi'i. Beliau rela menempuh perjalanan panjang dalam menuntut ilmu. Mulai dari Mekah, kemudian ke Madinah, Irak, dan kembali ke Mekah. Beliau berguru kepada banyak ulama hebat pada masanya, termasuk Imam Malik di Madinah, serta para ulama di Irak. Bahkan, perjalanannya dalam menuntut ilmu membawanya hingga ke negeri Yaman dan Mesir. Di sanalah beliau mengembangkan pemikiran dan mazhabnya.
Imam Syafi’i dikenal sangat haus akan ilmu dan begitu menghormati guru-gurunya. Ia juga sangat gigih dalam memperdalam ilmunya hingga akhir hayat. Betapa luar biasa kegigihan beliau dalam menuntut ilmu! Ia adalah contoh terbaik bagi kita agar terus bersemangat dalam menuntut ilmu. Apalagi, balasan dari Allah pun sangat luar biasa, yakni dimudahkan jalan menuju surga.
Masihkah kita ragu untuk mengorbankan waktu dan harta demi mendapatkan ilmu?
Padahal, harta yang kita miliki tidak akan dibawa mati, kecuali jika harta itu kita pergunakan di jalan Allah dan untuk meraih rida-Nya—salah satunya adalah dengan menuntut ilmu. Biarlah kita berlelah-lelah sekarang di dunia, yang penting Allah rida. Daripada kita hidup senang sesuka hati, tetapi Allah murka. Karena, kemurkaan Allah akan membawa kita ke neraka.
Tasikmalaya, 20 Juli 2025 [Hz]
Baca juga:

0 Comments: