Oleh. Fadilla Humairah
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Di tengah krisis kemanusiaan yang buruk. Israel kembali meluncurkan serangan udara tanpa ampun pada warga palestina yang sedang berjuang untuk hidup. Setidaknya 68 jiwa yang tewas, sebanyak 47 korban jiwa tercatat di Gaza City dan wilayah Utara. Lima di antaranya tewas saat tengah mengantre makanan di pusat distribusi bantuan makanan yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GFH) di Utara Rafah. Padahal GFH adalah lembaga yang telah disetujui oleh Israel dan AS.
Laporan resmi Kementrian Gaza mengungkap sekitar 57.000 penduduk Gaza telah terbunuh akibat serangan udara Israel. Angka ini bukan hanya statistik kosong, melainkan isyarat dari kehancuran sistematis bagi kaum yang dikurung dalam tanahnya sendiri. Berdasarkan analisis pada Mei lalu 93 persen populasi yang tersisa mengalami kerawanan pangan akut. Hal ini diperkuat dengan berbagai laporan kekerasan, luka-luka hingga kematian yang kerap terjadi di sekitar distribusi bantuan makanan.
Diamnya Pemimpin Negeri Muslim
Sudah hampir dua tahun Palestina mengalami genosida dahsyat terus-menerus sejak Oktober 2023 lalu. Para penguasa internasional hanya menonton dengan mata terbuka dan hati yang tertutup. Para Zionis pun layaknya pecandu narkotika yang harus merenggut nyawa untuk menentramkan hati dan pikirannya. Ratusan nyawa yang berjatuhan tiap harinya ibarat barang yang tak bernilai. Bahkan dalam keadaan mengantre makanan sekalipun Zionis masih memburu warga Palestina bagai binatang buruan.
Meski jutaan masyarakat telah menguak kebiadaban Zionis dan menunjuk-tunjuk pembelaan pada Palestina, pemerintah dunia hanya sibuk berdiplomasi kosong bahkan sedikit dari mereka memasok senjata untuk penjajah. Ironisnya, pemimpin negeri Muslim yang merupakan sudara seiman sekaligus tetangga pun menjadi antek dari pelaku kebiadaban. Mereka membangun tembok-tembok dan memblokade jalan masuknya bantuan masyarakat dari berbagai negara.
Padahal Rasulullah telah mengingatkan kepada kita untuk selalu mempedulikan dan menolong saudara sesama muslim. Rasulullah Shalallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Perumpamaan Kaum Mukmin dalam cinta mencintai, sayang-menyayangi, dan bahu-membahu seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam”. (HR al-Bukhari dan Muslim). Namun, alih-alih mempedulikan saudaranya, para penguasa muslim justru memalingkan wajah dan mengkhianati saudaranya.
Akar masalah dari penjajahan yang terus berulang ini diakibatkan oleh tunduknya dunia pada sistem warisan kolonial nation state yang memisahkan umat muslim dari ideologinya dan membuat seluruh negeri muslim tercerai-berai oleh batas-batas yang loyal pada musuh Islam. Sehingga para pemimpin negeri muslim makin lalai akan hubungannya yang berasaskan iman. Belum lagi kuatnya cinta kekuasaan dan kedudukan membuat para pemimpin negeri muslim ciut bahkan hanya sekadar untuk mengeluarkan pembelaan atas asas kemanusiaan.
Membangun Kesadaran Umat
Perlu dicatat bahwa apa yang terjadi di Palestina saat ini bukan baru saja terjadi, tetapi sudah berlangsung sejak 1948 saat para zionis menduduki tanah Palestina secara ilegal. Puluhan tahun berlalu namun tak ada satu pun solusi dari negara adidaya yang mampu memberikan solusi tuntas. Atas dasar ini, tak bisa dimungkiri bahwa hadirnya Khil4fah sebagai perisai umat menjadi kebutuhan yang mendesak. Hal ini harus terus digaungkan terutama bagi para pengemban dakwah yang benar-benar sadar dan telah memahami akar permasalahan Palestina.
Para pengemban dakwah harus mengembalikan predikat umat terbaik pada kaum Muslim yang telah dipukul mundur oleh peradaban barat. Sebab, salah satu faktor terpecahnya umat Muslim saat ini adalah membiarkan pemahaman barat tertanam pada benak kaum Muslim. Sehingga qiyadah fikriyah (kepemimpinan berfikir) Islam ditinggalkan. Sedangkan, kebangkitan hakiki baru bisa terlaksana hanya dengan Islam.
Dengan demikian, para pengemban dakwah harus dengan penuh keberanian menyampaikan kebenaran. Hal ini adalah sebagai bentuk upaya dalam membangun kesadaran umat menuju kebangkitan yang sebenarnya.
Optimalisasinya bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan terus membongkar propaganda barat dan anteknya agar kaum Muslim tidak mudah teperdaya. Ber-amar makruf nahi mungkar melalui opini berupa tulisan atau konten dakwah di sosial media tanpa kekerasan dan membentuk kesadaran pada kaum Muslim. Serta melakukan pembinaan umum dan intensif dengan mengkaji pemikiran Islam.
Tentu, hal ini tak bisa dilakukan pengemban dakwah secara mendiri, maka perlu jemaah ideologis yang kukuh sebagaimana metode dakwah yang dicontohkan oleh Rasulullah. Jemaah ideologis yang mampu memahamkan akan pentingnya kesadaran dan persatuan umat dalam melawan penjajah. Serta pentingnya menerapkan sistem Islam dalam naungan Khil4fah.
Terakhir, paling penting para pengemban dakwah menjaga keistikamahan dalam menyebarluaskan dakwah yang sesuai dengan metode Rasulullah untuk membangun kesadaran umat. Serta memperkuat hubungan dengan Allah dan memohon pertolongan agar saudara-saudara kita terlepas dari penjajah secara menyeluruh. Wallahu’alam bisshawab. [MA]
Baca juga:

0 Comments: