Oleh: Rina Herlina
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Dalam Islam terdapat sebuah ungkapan, “Sebaik-baik perempuan adalah yang memiliki rasa malu.” Ungkapan tersebut menekankan pentingnya sifat malu (hayâ’) bagi seorang perempuan. Sifat malu ini bukan hanya sekadar perasaan enggan atau takut, tetapi merupakan akhlak mulia yang menjaga kehormatan dan kemuliaan seorang wanita.
Rasa malu penting untuk dimiliki karena dianggap sebagai mahkota kemuliaan bagi seorang wanita. Dengan rasa malu, seorang wanita dapat menjaga kehormatan diri dan perilakunya.
Rasa malu juga erat kaitannya dengan iman. Hadis Nabi Muhammad saw. menyatakan bahwa malu dan iman selalu bersama. Jika salah satunya dicabut, maka yang lain pun akan hilang.
Dengan sifat malu, seorang perempuan dapat terhindar dari perbuatan yang tidak pantas dan mampu menjaga dirinya dari hal-hal yang dapat merendahkan martabatnya. Mirisnya, saat ini banyak perempuan yang tidak lagi memiliki rasa malu. Bahkan, mereka seolah lupa kodratnya sebagai seorang perempuan.
Apalagi di era digital seperti sekarang, interaksi dengan banyak orang dapat dilakukan hanya melalui media sosial. Banyak perempuan yang memanfaatkan media sosial untuk berbagai kepentingan—ada yang berjualan, mengunggah foto swafoto, menjadi content creator, atau mencari teman lama untuk reuni, dan sebagainya.
Kini semakin banyak perempuan yang mencoba peruntungan di dunia digital dengan menjadi content creator. Sayangnya, konten yang dibuat sering kali bukan yang mendidik, melainkan yang tidak bermanfaat, bahkan cenderung mengumbar aib, baik dirinya, keluarganya, maupun tetangganya.
Demi uang, mereka rela melakukan segalanya, bahkan merendahkan martabatnya sebagai perempuan. Rasa malu terkikis habis sehingga perilakunya semakin memprihatinkan. Parahnya, jumlah perempuan yang kehilangan rasa malu justru semakin banyak. Mereka terus eksis dengan berbagai alasan. Yang membuat hati saya miris, banyak di antara mereka rela melakukan apa saja demi memenuhi gaya hidup, termasuk menjajakan diri di berbagai platform dunia maya.
Ada juga yang rela menjadi simpanan pria beristri atau pejabat nakal. Bahkan, ada yang tanpa malu merusak rumah tangga perempuan lain. Kasus seperti ini baru-baru ini saya temui.
Sungguh saya tidak habis pikir. Ada perempuan yang terus berusaha menggoda suami orang lain, padahal ia sendiri memiliki anak perempuan. Entah di mana nuraninya. Ia tidak memikirkan dampak psikologis bagi anak-anak yang ayahnya sedang ia goda. Benar-benar seperti tidak memiliki urat malu, ia nekat melakukan berbagai cara untuk menggoda suami orang lain.
Perilakunya bak seorang psikopat yang terus-menerus meneror rumah tangga orang lain. Ia tidak memikirkan bagaimana nasibnya kelak saat berjumpa dengan Rabb-nya. Bukankah setiap manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya? Kecil atau besar, semuanya sudah tercatat rapi dan akan diperlihatkan kelak saat penghisaban.
Perempuan tersebut seolah tidak memiliki perasaan. Ia tidak peduli dengan perasaan perempuan yang suaminya sedang ia goda. Jujur, saya baru bertemu dengan perempuan seperti ini. Saya teringat kata-kata seorang artis yang rumah tangganya kandas akibat kehadiran pelakor. Dalam sebuah podcast, ia berkata bahwa untuk menjadi pelakor tidak perlu cantik, hanya perlu tidak tahu malu. Saya merasa ada benarnya. Saat ini banyak perempuan yang rela kehilangan rasa malunya demi popularitas atau demi menggaet lawan jenis, meskipun yang digoda sudah memiliki istri dan anak.
Dari kasus tersebut, saya semakin yakin bahwa rasa malu sangat penting dimiliki oleh siapa pun, terutama perempuan. Perempuan adalah calon ibu pencetak generasi. Pencetak generasi haruslah memiliki pribadi mulia dan memahami kodratnya sebagai perempuan, sebab dari rahimnyalah lahir generasi penerus peradaban. Jika ibunya saja berperilaku tidak tahu malu dan tidak menjaga marwahnya, bagaimana nasib generasi yang dilahirkannya?
Oleh karena itu, rasa malu penting untuk dimiliki. Selain sebagai ajaran Islam, rasa malu juga berperan penting dalam menjaga diri seorang perempuan dari situasi yang merugikan atau membahayakan. Memiliki rasa malu merupakan bagian dari akhlak mulia yang dianjurkan dalam Islam dan dapat menjadi teladan bagi orang lain. Dengan rasa malu, seseorang terdorong untuk selalu berbuat baik dan menjauhi dosa karena ia merasa malu melakukan hal-hal yang tidak diridai Allah Swt.
Dengan demikian, ungkapan “Sebaik-baik perempuan adalah yang memiliki rasa malu” bukan hanya pepatah, tetapi anjuran untuk menjaga akhlak dan kemuliaan diri sebagai perempuan, sekaligus bagian dari keimanan yang hakiki.
Wallahu a‘lam.
Tasikmalaya, 24 Juli 2025
Baca juga:
0 Comments: