Headlines
Loading...
Pembunuhan Jurnalis Gaza, Bukti Keputusasaan Zionis

Pembunuhan Jurnalis Gaza, Bukti Keputusasaan Zionis

Oleh. Verawati, S.Pd.
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Malam itu, 10 Agustus 2025, serangan udara Israel kembali berdentum. Bukan lagi warga sipil atau para milisi jihadis yang menjadi sasarannya, melainkan para jurnalis. Serangan itu merenggut nyawa enam jurnalis: Anas Al-Sharif, Mohammed Qreiqeh, Ibrahim Zaher, Mohammed Noufal, Mohammed Al-Khaldi, serta seorang asisten. Mereka adalah pejuang pena dan kamera dengan keberanian luar biasa, menyuarakan kebenaran tragedi Gaza kepada dunia.

Dilansir Aljazeera.com (11 Agustus 2025), serangan ini disebut sebagai “upaya membungkam suara yang menyampaikan realitas perang Gaza kepada dunia.” Pernyataan ini tepat, tetapi tidak cukup. Lebih dalam lagi, serangan ini menunjukkan keputusasaan rezim Zionis menghadapi keteguhan warga Gaza. Ketika senjata tidak mampu menghancurkan semangat, mereka berusaha membungkam berita agar dunia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Dujarric, juru bicara Sekjen PBB, menyebut bahwa sebanyak 242 jurnalis Palestina telah tewas dalam perang di Gaza. Padahal, secara aturan, para jurnalis wajib dihormati dan dilindungi dalam menjalankan tugas meliput dan menyiarkan berita tanpa ancaman bahaya.

Dunia Bungkam, Gaza Berdarah

Tragedi ini mengungkap wajah dunia yang sesungguhnya. PBB hanya mengeluarkan kecaman lemah yang tidak berbuah tindakan nyata. Negara-negara besar memilih diam, seolah nyawa jurnalis dan rakyat sipil di Gaza tidak ada harganya. Lebih menyakitkan lagi, banyak pemimpin negeri-negeri muslim tidak menggerakkan kekuatan apa pun selain sekadar menyampaikan simpati. Mereka lebih cinta kehidupan dunia daripada berkorban di jalan Allah Swt.

Kecintaan pada dunia dan ketakutan terhadap kematian telah menjadikan umat Islam tak berdaya. Padahal, kematian di jalan Allah adalah kemuliaan, bukan kehinaan. Allah Swt berfirman:

“Janganlah kamu lemah dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman.”
(TQS. Ali ‘Imran: 139)

Pertolongan Allah Pasti Datang

Meski dunia bungkam, keyakinan warga Gaza tidak pernah padam. Mereka yakin pertolongan Allah akan turun. Namun, keyakinan saja tidak cukup jika umat Islam di seluruh dunia tidak bersatu dan kembali kepada agamanya secara kafah.

Hari ini banyak yang menyeru “solidaritas kemanusiaan”, tetapi sedikit yang menyeru solusi Islam. Bantuan makanan, obat-obatan, dan doa tentu penting, tetapi semua itu tidak akan menghentikan agresi Zionis. Solusi hakiki bagi Gaza adalah jihad fi sabilillah. Dan jihad tidak mungkin terlaksana tanpa adanya kepemimpinan tunggal umat Islam, seorang khalifah yang memimpin pasukan kaum muslimin untuk membebaskan Palestina.

Solusi Hakiki

Sejarah Islam membuktikan, penjajahan hanya berakhir ketika umat Islam bergerak dengan kekuatan politik dan militer, bukan sekadar diplomasi. Saat pasukan Islam dipimpin oleh khalifah, mereka melindungi kaum tertindas di seluruh penjuru dunia. Gaza hari ini adalah bukti pahit absennya kekuatan itu.

Serangan terhadap jurnalis hanyalah satu episode dari kejahatan panjang Israel. Ini bukan sekadar pelanggaran hukum humaniter internasional, melainkan bukti bahwa Zionis panik dan terdesak oleh keteguhan iman rakyat Gaza. Mereka tahu, kamera dan pena bisa lebih tajam daripada peluru karena mampu membangkitkan kesadaran umat Islam.

Namun, kesadaran ini tidak boleh berhenti pada simpati. Ia harus berbuah tuntutan politik: kembalinya umat Islam kepada syariat Islam dan tegaknya khilafah yang akan memimpin jihad membebaskan Palestina. Inilah jalan yang telah dicontohkan Rasulullah Saw. dan para khalifah setelah beliau.

Saatnya Umat Islam Sadar

Setiap serangan ke Gaza, setiap darah anak kecil yang tumpah, dan setiap jurnalis yang terbunuh adalah seruan Allah agar umat Islam bangkit. Bangkit bukan sekadar dengan bendera kemanusiaan, tetapi dengan panji Islam. Umat ini harus sadar bahwa keputusasaan Zionis adalah tanda mereka terdesak, tetapi juga tanda lemahnya respons umat Islam. Pertolongan Allah akan turun, tetapi syaratnya adalah kembali kepada Islam secara kafah.

Kita harus berhenti berharap pada kecaman PBB yang tak berarti atau janji-janji negara besar yang penuh kemunafikan. Kita juga harus berhenti berharap pada para pemimpin muslim yang lebih sibuk melindungi kursi kekuasaan daripada membela darah umatnya sendiri.

Pembunuhan Al-Sharif dan rekan-rekannya bukan sekadar kejahatan perang, melainkan sinyal keputusasaan rezim Zionis menghadapi kebenaran yang tidak bisa mereka padamkan. Namun, kebenaran tidak cukup hanya disuarakan, ia harus diperjuangkan.

Saatnya umat Islam menyadari bahwa pembebasan Gaza tidak bisa dicapai dengan doa saja, tidak bisa dengan kecaman saja, dan tidak bisa dengan diplomasi tanpa daya. Pembebasan Gaza hanya mungkin dengan jihad fi sabilillah di bawah komando khalifah, pemimpin tunggal umat Islam yang akan menggerakkan seluruh kekuatan kaum muslimin.

Selama itu belum terwujud, darah akan terus mengalir, dan dunia akan terus bungkam. Maka, mari kita dukung Gaza dengan dukungan sejati: menguatkan iman, membangkitkan kesadaran umat, dan menyeru tegaknya kembali kepemimpinan Islam di muka bumi.

Wallahu a‘lam bish-shawab. [ry]


Baca juga:

0 Comments: