Oleh: Ani Ummu Zaza
(Pengajar Al-Qur’an)
SSCQMedia.Com — Kondisi Gaza masih memprihatinkan. Korban jiwa terus berjatuhan. Lebih dari 61.400 orang tewas dan 153.000 lebih mengalami luka-luka. Akibat blokade Zionis Yahudi, akses bantuan kemanusiaan dibatasi. Lebih dari 200 saudara kita meninggal karena kelaparan. Mirisnya, para penguasa Muslim di sekitar Gaza tidak juga tergerak hatinya untuk membuka pintu perbatasan. Sedikit bantuan kemanusiaan yang ada justru menjadi titik strategis bagi Zionis Yahudi untuk membunuh warga saat mereka berebut makanan.
Saat saudara kita terluka, mereka hanya mendapatkan perawatan seadanya. Infrastruktur kesehatan nyaris runtuh total; 94% rumah sakit rusak dan banyak yang tutup. Rumah ibadah hancur, rumah warga pun tinggal puing berserakan di tanah. Ini bukan sekadar perang, melainkan ethnic cleansing atau genosida. Bahkan, untuk membungkam informasi kekejian mereka, Zionis Yahudi sengaja membunuh para jurnalis. Sejak 7 Oktober 2023 hingga kini, sebanyak 269 jurnalis telah terbunuh.
Sejak Zionis Yahudi bercokol di Palestina, tidak ada kedamaian di sana. Mereka berharap dan bertekad untuk menguasai Gaza sepenuhnya. Tidak ada istilah damai bagi entitas Yahudi. Hal ini terbukti dari sepak terjang mereka selama ini: bengis dan tidak memperdulikan tekanan internasional.
Terbaru, adanya Deklarasi New York yang ditandatangani 17 negara dalam konferensi tingkat tinggi PBB di New York pada 28–30 Juli 2025. Deklarasi ini mendesak penghentian segera perang di Gaza dan blokade kemanusiaan, serta mendukung solusi dua negara dengan berdirinya negara Palestina berdaulat.
Namun, deklarasi tersebut justru membuat entitas Yahudi semakin eksis. Sebagaimana diberitakan BBC Online (8/8), Menteri Pertahanan Israel, Katz, mengatakan: negara-negara yang mengutuk Israel dan mengancam akan memberlakukan sanksi “tidak akan melemahkan tekad kami.”
Hal ini membuktikan bahwa penguasa negeri-negeri Muslim dan para pemimpin dunia saat ini tidak sungguh-sungguh membela Gaza, melainkan justru mengokohkan entitas Yahudi. Terbukti pula bahwa PBB hanya menjadi alat politik Amerika Serikat untuk mencapai tujuannya. Donald Trump bahkan bertekad menjadikan Gaza sebagai neraka, merelokasi seluruh penduduknya, lalu mengubah Gaza menjadi kawasan wisata internasional—riviera di Timur Tengah.
Gaza adalah bagian dari umat Islam sejak masa Khalifah Umar bin Khattab. Status tanah Gaza adalah tanah kharajiyah, yakni tanah milik kaum Muslimin hingga hari kiamat. Namun, sejak runtuhnya Khilafah Utsmaniyah tahun 1924, Gaza terus berada dalam suasana duka. Menolong mereka adalah kewajiban bagi setiap Muslim, karena mereka adalah saudara seiman.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling tanajusy (menyakiti dalam jual beli), janganlah saling membenci, janganlah saling membelakangi (mendiamkan), dan janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina. Takwa itu di sini.” —beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali—. “Cukuplah seseorang berdosa jika menghina saudaranya yang Muslim. Setiap Muslim atas Muslim lainnya itu haram: darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim)
Hadis di atas mendorong setiap muslim untuk peduli terhadap saudaranya. Dengan dorongan keimanan, kaum muslimin di seluruh dunia harus menolong muslim Gaza. Pertolongan pertama adalah dengan menyuarakan kepada penguasa negeri-negeri muslim agar segera mengerahkan tentaranya mengusir Zionis Yahudi serta membuka pintu perbatasan agar bantuan kemanusiaan bisa masuk. Selanjutnya, terus menyampaikan kepada umat bahwa masalah Gaza tidak akan selesai dengan bergantung pada Amerika atau negeri-negeri Barat, karena merekalah yang menjadi penyebab Zionis Yahudi bercokol dan membantai saudara-saudara kita di Gaza.
Solusi paripurna untuk membebaskan muslim Gaza adalah dengan tegaknya Khilafah yang akan mengerahkan tentara terbaiknya dan menerapkan aturan Islam secara kâffah. Tidak ada solusi selain jihad dan khilafah. Sudah terlalu lama saudara-saudara kita di Gaza menderita akibat penjajahan ini. Apakah tidak ada rasa takut jika kelak di akhirat mereka menuntut kita karena tidak menolongnya? Cukuplah Allah Ta’ala sebagai saksi atas setiap amal perbuatan kita.
Wallahualam bissawab. [Hz]
Baca juga:
0 Comments: