Headlines
Loading...
Palestina Masih Belum Usai (Refleksi Dialog Muharram 1447 H)

Palestina Masih Belum Usai (Refleksi Dialog Muharram 1447 H)

Oleh: Nunik Soewarno
(Tim Media Magetan)

SSCQMedia — Akhir tahun 1446 H lalu, dunia disibukkan dengan pembahasan Iran–Israel. Serangan rudal Iran yang berhasil meluluhlantakkan Tel Aviv disambut perasaan bahagia umat Muslim yang tidak punya akses untuk menyatakan permusuhan kepada Zionis Israel yang telah lebih dari 600 hari mengisolasi dan membombardir Gaza, sehingga merusak seluruh infrastruktur. Sekolah, masjid, bahkan rumah sakit tidak luput dari serbuan rudal mereka. Rumah, apartemen, bahkan tenda pengungsian menjadi sasaran kegilaan Zionis Israel. Lebih dari 56.000 syahid, dengan mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan.

Sungguh di luar nurani manusia. Saat negerinya ditembaki rudal Iran pun, Zionis Israel tidak menghentikan serangan atas Gaza. Pasukan militer terus menyerang Gaza selama 12 hari perang dengan Iran. Dikutip dari Al Jazeera, otoritas kesehatan setempat melaporkan 870 jiwa syahid dalam periode tersebut (news.okezone.com, 25-06-2025). Sampai hari ini, serangan masih belum berhenti. Puluhan jiwa meregang nyawa di tenda, di sisa gedung-gedung, bahkan di jalanan.

Tak Tersentuh

Israel membabi buta di Gaza tanpa bisa dicegah. Negara-negara Muslim hanya mampu mengirim bantuan pangan maupun obat-obatan, itu pun terkendala blokade Zionis, baik oleh tentara maupun rakyat sipilnya. Sejak resmi diakui PBB, Israel selalu membuat kekacauan dan permusuhan, tetapi juga selalu mendapat perlindungan dari Amerika. Dengan privilege berupa hak veto, sudah puluhan veto dilayangkan Amerika demi keleluasaan gerak Israel.

Lima negara anggota PBB memiliki keistimewaan berupa hak veto yang bisa membatalkan resolusi yang sudah disepakati bahkan oleh ratusan negara lain. Profesor Suteki, dalam Dialog Muharram: Hijrah Merajut Ukhuwah Merangkai Peradaban Islam Kaffah, menyebut bahwa saat ini sudah sekitar 300 hak veto digunakan oleh kelima negara: Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Inggris, dan Prancis. Amerika telah menggunakan ±88 hak veto, dengan separuhnya dipakai untuk membela Zionis Israel. Alhasil, meski dunia sudah geram dengan aksi sadis negara teroris Zionis Israel, mereka hanya bisa berteriak karena PBB tidak bisa bergerak akibat dihadang veto Amerika.

Zionis Israel mungkin takut kiamat segera datang bila Palestina merdeka penuh. Mereka berusaha mengabaikan apa pun dan siapa pun demi syahwat kemenangan yang mereka junjung. Mereka mati-matian menyiapkan Bait Sulaiman, altar, bahkan sapi merah. Mereka pun tak malu mempermainkan nasib Gaza dengan blokade penuh hingga kelaparan melanda, bahkan saat negerinya mendapat serbuan tanpa henti dari Iran.

Ratusan warga Gaza syahid hampir setiap harinya, tetapi hal itu tak juga membuat para penguasa negeri muslim tergerak mengirim tentara yang jaraknya hanya selemparan batu dari Palestina. Militer yang bila dipersatukan pasti mampu menggentar­kan musuh-musuh Allah, baik dari segi persenjataan maupun semangat jihad para tentaranya.

Pada 7 Oktober 2023, milisi Izzuddin al-Qassam, faksi militer Hamas, mempermalukan Israel yang selama ini berkoar memiliki sistem canggih antirudal Iron Dome. Tembakan rudal Iran dan milisi Houthi Yaman menyusul membuktikan omong kosong negeri yang disebut tak terkalahkan itu. Tetapi Gaza tetap terisolasi, dilaparkan, dan harus berjibaku sendiri menjaga tanah yang dijanjikan menjadi pusat tegaknya kembali peradaban Islam akhir zaman. Ke mana dua miliar umat muslim dunia? Mengapa negeri-negeri muslim hanya “manut” titah Amerika dan anteknya?

Tak satu pun negeri muslim, bahkan yang dikenal memiliki militer hebat, terketuk hatinya untuk mengirim tentara mengusir Zionis dari Gaza. Iran menyerang tanpa henti hanya menjadi berita di tengah drama penjajahan yang tak juga berakhir. Zionis tetap membantai dan menjadikannya permainan, dengan jiwa-jiwa tak berdosa sebagai sasaran.

Hanya Islam Solusi Palestina

Syam adalah negeri yang kini dikotakkan menjadi Palestina, Suriah, Yordania, dan Lebanon akibat Perjanjian Sykes–Picot. Kemuliaan bumi Syam dan penghuninya sudah banyak dinas­kan, seperti diriwayatkan Bukhari:

"Sebagian umatku ada yang selalu melaksanakan perintah Allah, tak terpengaruh orang yang menggembosi dan tidak pula orang yang berseberangan hingga datang keputusan Allah dan mereka senantiasa dalam keadaan demikian."

Mu’adz berkata, “Dan mereka adalah penduduk Syam. Kelak di akhir zaman, Syam akan menjadi pusat kejayaan kembali Islam. Dalam salah satu hadis disebut, Syam adalah benteng terakhir perang dahsyat akhir zaman (HR Ahmad).

Bumi Gaza saat ini sungguh tidak kondusif bagi penghuninya. Tidak lagi ada fasilitas kesehatan, pendidikan, ibadah, bahkan ketersediaan makanan pun tergantung kiriman dari luar. Itu pun Zionis terus membuat drama dalam pembagiannya, bahkan pada kasus terakhir mereka meracuni bahan makanan bagi Gaza. Dunia melihat tidak ada hukuman bagi semua kedzaliman Zionis ini.

PBB yang diharapkan menjadi garda depan justru bungkam terjerat veto. Hanya solusi dua negara yang bisa dunia desakkan—solusi yang sebenarnya tidak memberikan solusi karena memaksakan Palestina menerima pembagian wilayah yang tidak adil. Sebagai pemilik sah yang direbut wilayahnya, dunia seakan membenarkan apa yang telah dilakukan Zionis Israel, menganeksasi wilayah Palestina dengan semena-mena.

Umat Islam sebagai pemilik sah bumi Syam, yang merupakan tanah kharajiyah, tidak boleh terus diam dan mencukupkan diri dengan solusi yang jelas-jelas membuat Gaza khususnya, dan Palestina pada umumnya, hanya menjadi pihak yang harus mengalah dan menerima apa pun yang diajukan Zionis dan anteknya.

Umat harus paham bahwa Islam punya solusi yang sahih bagi Gaza dan Palestina, yaitu jihad yang digerakkan oleh khilafah. Jihad untuk membebaskan, bukan untuk berkompromi dengan solusi yang tidak memberikan win-win solution seperti solusi dua negara. Umat harus terus diingatkan pentingnya kepemimpinan yang satu atas seluruh umat sedunia. Sebab, seperti disampaikan Ustaz Ismail Yusanto dalam Dialog Muharram beberapa waktu lalu, perubahan besar butuh adanya pemimpin.

Islam juga sudah memberi rambu yang jelas. Ketika berada dalam posisi defensif, Allah berfirman:

“Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian” (QS al-Baqarah [2]: 190).

Juga kebolehan membalas serangan musuh sebagaimana firman-Nya:

“Siapa saja yang menyerang kalian, seranglah ia secara seimbang dengan serangannya terhadap kalian” (QS al-Baqarah [2]: 194).

Dan bagi kita yang tidak berada di sana, Allah memberikan pula tuntunan:

“Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama, kalian wajib memberikan pertolongan” (QS al-Anfal [8]: 72).

Semoga Allah segera menurunkan pertolongan, agar sakit hati kita karena tidak mampu mengusir penjajah akibat tiadanya Khilifah di tengah umat dapat tertuntaskan dengan kemenangan.

Wallahu a‘lam bishshawab. []

Baca juga:

1 komentar

  1. #GazaSystematicsStarvation
    #ArmiestoAqsa
    #AynalMuslimun #PalestinaNeedsJihad
    #JihadNeedsKhilafah

    BalasHapus