Headlines
Loading...
One Piece dan Ketidakadilan dalam Sistem Kapitalisme

One Piece dan Ketidakadilan dalam Sistem Kapitalisme

‎Oleh. Umi Hafizha
‎‎(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—‎Akhir-akhir ini, ramai pemberitaan di media sosial mengenai pemasangan bendera bajak laut ala anime One Piece di sejumlah daerah menjelang perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, pada 17 Agustus.

‎Walaupun beberapa pihak menilai pemasangan bendera One Piece sekadar bentuk ekspresi generasi muda, namun hal ini memicu kekhawatiran akan potensi gerakan yang bersifat kontra terhadap pemerintah.

‎Bahkan, beberapa pihak menilai tindakan tersebut berpotensi menjadi simbol pembangkangan terhadap negara. Terlebih menjelang peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia (Bisnis.com, 4 Agustus 2025).

‎Fenomena pemasangan bendera asal Jepang One Piece ini ditengarai sebagai sikap ekspresi kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah. Salah satu warga yang ikut memasang bendera di depan rumahnya mengaku, bahwa pengibaran bendera One Piece sebagai bentuk perlawanan dari rakyat yang selama ini tidak puas dengan kinerja pemerintah.

‎Seruan mengibarkan bendera One Piece pada momentum HUT RI ke-80 bukanlah bentuk makar, melainkan bentuk kekecewaan yang mendalam terhadap kondisi negara yang semakin menjauh dari semangat kemerdekaan. Gerakan ini muncul sebagai bentuk kritik dari generasi muda terhadap realita sosial politik yang mereka anggap tidak adil.

‎Mereka bukan tidak cinta Indonesia, justru sebaliknya, mereka sangat mencintai Indonesia. Mereka tidak rela melihat negeri tercinta terus-menerus dipermainkan oleh elit penguasa dan pengusaha yang bersekongkol dalam sistem kapitalisme.

‎Bendera bajak laut One Piece menjadi simbol perlawanan yang terhadap ketidakadilan, bukan simbol pengkhianatan. Dalam dunia One Piece, bajak laut bukan semata penjarah lautan, melainkan para pencuri kebebasan dan keadilan yang menantang dominasi dan penindasan oleh pemerintah dunia yang tirani.

‎Analogi ini begitu relevan jika melihat kondisi Indonesia hari ini, di mana kekuasaan dan kekayaan hanya terpusat pada segelintir elit. Sementara, rakyat hanya dibiarkan berjuang sendiri di tengah krisis ekonomi, minimnya lapangan pekerjaan, serta akses publik yang semakin dikomersialisasi.

‎Korupsi terus menjadi penyakit kronis negeri ini, mulai dari desa hingga pusat kekuasaan. Proyek-proyek strategis nasional pun tak luput dari bancakan para elit politik dan pejabat negara. Dana triliunan rupiah yang seharusnya digunakan untuk kepentingan rakyat justru menguap tanpa hasil nyata. Mirisnya, ketika rakyat bersuara untuk menyampaikan pendapatnya, mereka dicap radikal, dibungkam, bahkan dikriminalisasi.

‎Akar masalah dari penderitaan rakyat sejatinya terletak pada penerapan sistem kapitalisme yang menjadikan kekuasaan sebagai alat untuk melayani kepentingan segelintir elit, bukan untuk kesejahteraan rakyat. Akibatnya, kesenjangan sosial semakin menganga lebar dan kebijakan yang diambil kerap berpihak pada korporasi, bukan untuk kepentingan publik. Rakyat dipaksa menanggung beban hidup yang semakin berat. Mulai dari harga berbagai kebutuhan pokok yang terus melambung, lapangan pekerjaan yang minim, hingga akses pendidikan dan kesehatan yang makin sulit dijangkau.

‎Selama sistem kapitalisme masih menjadi dasar dalam mengambil kebijakan, kezaliman struktural akan terus berlangsung. Yang kita butuhkan sejatinya bukan sekadar pergantian tokoh, melainkan perubahan sistem yang benar-benar berpihak pada keadilan dan kesejahteraan rakyat.

‎Maka, rakyat harus disadarkan bahwa akar persoalan yang menimpa negeri ini bukan sekadar kesalahan individu, rezim tertentu, ataupun kebijakan teknis, tetapi karena diterapkan sistem buatan manusia, yaitu kapitalisme-sekularisme. Sistem ini telah memisahkan agama dari kehidupan, menjadikan akal sebagai sumber hukum, dan menyerahkan urusan ekonomi dan kekuasaan kepada kepentingan segelintir elite. Akibatnya, lahirlah kemiskinan struktural dan ketidakadilan.

‎Oleh karena itu, solusinya adalah mengganti sistem yang terbukti rusak ini dengan sistem yang berasal dari Allah Swt., yaitu syariat Islam yang ditetapkan secara menyeluruh dalam aspek kehidupan. Allah Swt. berfirman yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah: 208).

‎Islam diturunkan bukan sekadar sebagai ajaran spiritual, tetapi juga sebagai sistem hidup yang menjadikan umat Islam sebagai khairu ummah (umat terbaik) yang menegakkan keadilan dan menolak segala bentuk penindasan. Kesadaran umat yang mulai tumbuh terhadap kezaliman dan ketimpangan saat ini harus diarahkan kepada perjuangan hakiki, yaitu mengubah sistem kapitalisme menuju penerapan sistem Islam secara kafah dalam naungan Khilafah. Ini bukan sekadar kemarahan sesaat tetapi merupakan perjuangan yang terukur dan terarah melalui dakwah dan upaya perubahan sistem.


‎Wallahualam bissawab. [An]

Baca juga:

0 Comments: