Oleh: Rina Herlina
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com — Untuk anak lelaki, Bunda. Usia 19 tahun, Bunda melahirkanmu, Nak. Terlalu dini untuk Bunda menjadi seorang ibu. Apalagi saat itu, kondisi Bunda sama sekali belum memiliki pemahaman agama yang benar. Bahkan, sejak Bunda mengandungmu, sejatinya Bunda belum berilmu.
Dan saat akhirnya kamu lahir ke dunia, Bunda membesarkanmu dengan ilmu yang sangat minim. Jangankan ilmu agama, sekadar ilmu pengasuhan pun Bunda tidak punya. Emosi Bunda belum stabil kala itu. Bunda sering berlaku kasar padamu. Jika ada masalah dengan siapa pun, sering kali kamu yang terkena imbasnya. Bunda sering marah tanpa sebab. Saat itu, Bunda benar-benar masih sangat labil.
Seingat Bunda, kondisi tersebut berlangsung hingga usiamu lima tahun. Bunda sering berkata kasar, bahkan tidak segan memukul. Kamu yang tidak mengerti apa-apa hanya bisa pasrah tanpa mampu berbuat apa-apa. Kala itu, Bunda tidak pernah terpikirkan tentang perasaanmu. Bunda tidak pernah berpikir bahwa sikap kasar Bunda kemungkinan akan membekas dalam ingatanmu.
Kini, Bunda menyesali semua yang sudah dilakukan terhadapmu dahulu, Nak. Maafkan ketidaksempurnaan Bunda sebagai seorang ibu. Setelah akhirnya Bunda belajar Islam dengan benar dan kaffah, barulah Bunda sadar akan semua kesalahan di masa lalu.
Nak, kini kamu sudah tumbuh besar. Kamu sudah remaja, memiliki cita-cita, dan segudang cerita.
Bunda bersyukur memiliki kamu dalam hidup Bunda, meski kamu hadir dalam kondisi Bunda yang belum stabil secara emosi. Bersyukur karena Allah masih memberi kesempatan kepada Bunda untuk memperbaiki semuanya. Meski sedikit terlambat, tidak mengapa. Yang penting, Bunda bisa memperbaiki hubungan kita.
Untukmu, anak lelakiku. Maaf atas salah dan khilaf Bunda dahulu. Terima kasih sudah bertahan sejauh ini. Terima kasih sudah menjadi tempat berbagi cerita kala kehidupan Bunda sedang tidak baik-baik saja. Terima kasih sudah berusaha menjadi dewasa.
Nak, tumbuhlah dengan baik. Bersungguh-sungguhlah mengejar apa yang menjadi cita-citamu. Jaga salatmu, jangan buat Allah murka. Semoga kamu menjadi anak saleh yang taat. Semoga kamu menjadi bagian dari para pejuang Islam. Semoga kehidupanmu selalu indah karena menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam melangkah.
Bunda tahu, kamu sudah melewati hari-hari yang berat. Bunda tahu, perjalanan hidupmu sejak kecil begitu sulit. Bahkan sampai di usiamu yang sekarang, kamu belum sepenuhnya merasakan kebahagiaan.
Kamu dipaksa dewasa oleh keadaan. Kamu tumbuh dengan segala keterbatasan Bunda sebagai seorang ibu. Meski begitu, kamu tetap kuat sejauh l kala badai kehidupan nyaris memporak-porandakan rumah tangga Bunda dan Ayah. Kamu hadir menguatkan Bunda. Kamu menjadi pendengar yang baik kala Bunda butuh seseorang untuk berbagi cerita.
Ah, tak menyangka jika kamu sedewasa itu sekarang. Bunda bersyukur memilikimu. Terima kasih sudah memilih terlahir dari rahim Bunda. Terima kasih sudah sangat sabar dengan segala kekurangan Bunda sebagai seorang ibu.
Nak, salah satu anugerah terindah dalam hidup ini adalah hadirnya kamu dalam kehidupan Bunda. Semoga Allah selalu memudahkan langkahmu dalam menapaki kehidupan. Semoga kamu selalu dalam penjagaan-Nya, dijauhkan dari segala hal buruk dan pergaulan yang tidak baik. Aamiin.
اللهم اجعل أولادنا أولادًا صالحين حافظين للقرآن والسنة فقهاء في الدين مباركًا حياتهم في الدنيا والآخرة
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami anak yang saleh dan salehah, orang-orang yang hafal Al-Qur’an dan sunah, orang-orang yang paham dalam agama, serta diberkahi kehidupan mereka di dunia dan di akhirat.”
Tasikmalaya, 1 Agustus 2025
Baca juga:

0 Comments: