Headlines
Loading...
Kurikulum Cinta Tak Semanis Namanya

Kurikulum Cinta Tak Semanis Namanya

Oleh. Anik Purwaningsih
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Kurikulum pendidikan merupakan hal yang penting dalam pendidikan. Berfungsi sebagai acuan dalam proses pendidikan dan pengajaran. Kurikulum bisa saja berubah sesuai kebutuhan dan perkembangan. Di Indonesia selama beberapa dekade telah mengunakan banyak kurikulum yang terus berganti-ganti. Standar keberhasilan kurikulum ini sebagian besar hanya berupa nilai akademis saja. Bahkan semakin hari kualitas pendidikan Indonesia semakin menurun, ini terbukti dengan ditemukannya siswa tingkat SMP dan SMA yang belum bisa membaca dan berhitung dasar.

Pendidikan yang diharapkan melahirkan pribadi yang berkarakter mulia malah sebaliknya, degradasi moral semakin meningkat. Kasus-kasus perundungan dan pergaulan bebas remaja di dunia pendidikan yang terus muncul silih berganti, tentu menimbulkan pertanyaan, adakah yang salah dalam sistem pendidikan kita? Saat ini sekolah sebagai tempat pendidikan tak ubahnya sebagai pabrik pencetak tenaga kerja.

Dilansir dari Republika.co.id pada Kamis (24/7/2025), Kementerian Agama Republik Indonesia resmi meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) sebagai wajah baru pendidikan Islam yang lebih humanis, inklusif, dan spiritual. Menurut Nasasudin Umar selaku Menteri Agama RI, menyebutkan bahwa KBC adalah perubahan besar dalam ekosistem pendidikan nasional. Kurikulum ini bertujuan untuk merespon krisis kemanusiaan, intoleransi, dan degaradasi lingkungan yang semakin parah.

Amien Suyitno selaku Dirjen Pendidikan Agama Islam menilai, saat ini masih banyak pelajar yang bersikap intoleran terhadap perbedaan keyakinan, hal ini muncul tanpa disadari sejak dini. Kurikulum Cinta hadir sebagai solusi dengan mengintegrasikan nilai agama ke dalam pelajaran, khususnya pendidikan Islam di bawah Kementerian Agama, untuk membentuk generasi taat beragama dan hidup damai dalam keberagaman pluralisme. Pendidikan yang berlandaskan cinta akan membentuk pribadi yang tidak mudah terprovokasi oleh perbedaan.

Salah satu keunggulan dari kurikulum itu adalah penekanannya pada empat pilar cinta, yang selaras dengan ajaran Islam, yakni cinta kepada Tuhan, cinta kepada sesama manusia, cinta terhadap lingkungan, dan cinta kepada bangsa sebagai bentuk tanggung jawab membangun negeri.

Kita menyadari problematika kehidupan memang semakin pelik. Masalah buruknya moral, pergaulan remaja yang bebas, krisis kemanusiaan, dan intoleransi. Ini permasalahan kita bersama yang harus dicari solusinya.

Jika dicermati secara mendalam kurikulum cinta ini tidak seindah namanya, karena latar belakang dikembangkan  kurikulum ini adalah permasalahan toleransi, selama ini permasalah toleransi selalu ditujukan kepada umat Islam. Seolah-olah umat Islamlah yang intoleran terhadap agama lain. Dalam KBC ini ditekankan untuk mengajarkan bahwa semua agama sama, mengajarkan kebaikan, dan melarang kekerasan. Konsep ini adalah konsep pluralisme hasil dari peradaban barat. Pluralisme menekankan bahwa kebenaran bersifat relatif, sehingga tidak seorang pun boleh menganggap pendapat atau agamanya paling benar, sementara yang lain salah.

Kurikulum KBC juga sejalan dengan proyek moderasi beragama, di mana umat muslim didorong untuk bersikap moderat. Hal ini akan semakin mengaburkan nilai Islam dari diri kaum muslim. Muslim tidak akan memutuskan perkara berdasar hukum syarak, tetapi mengunakan asas manfaatnya baik buruknya yang bersifat relatif.

Padahal tidak layak pendapat seperti itu muncul dari orang yang mengaku muslim, yang seharusnya meyakini hanya Islam agama yang benar dan diridai Allah Swt., seperti dalam QS Ali Imran: 19, “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam." 

Seorang muslim seharusnya sangat meyakini bahwa hanya Islam agama yang benar. Nilai ini perlu ditanamkan pada generasi muda muslim agar mereka tumbuh menjadi generasi yang terbaik. Lahirnya generasi tangguh tidak membutuhkan pendidikan berbasis cinta yang penuh dengan pluralisme, melainkan butuh pendidikan berbasis akidah Islam yang akan melahirkan sosok-sosok generasi muslim yang punya kepribadian Islam kuat, fakih fiddin, dan berjiwa pemimpin. Wallahualam bissawab. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: