Kemerdekaan Hakiki Teraih Hanya dengan Sistem Islam
Oleh. Aan Nurhasanah
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com — Tidak terasa, tanah air kita tercinta akan kembali melakukan pesta dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80. Namun, meskipun begitu, perlu diperhatikan apakah seluruh rakyat di negeri ini sudah benar-benar merasakan kemerdekaan yang hakiki atau hanya sebatas seremonial belaka.
Mengingat di negeri kita tercinta ini masih banyak sekali kesenjangan, penindasan, ketidakadilan, dan kemiskinan yang sistemik. Hal ini sebenarnya masih jauh dari kata merdeka karena rakyatnya masih belum merasakan kesejahteraan.
Masih banyak rakyat yang kesulitan dalam bidang ekonomi. Aris (31), warga asal Bandung, sejak pandemi Covid-19 mereda, merasa keadaan keuangannya terus megap-megap hanya sekadar untuk menghidupi istri dan satu anak perempuannya. Padahal, ia sudah berganti pekerjaan dua kali sejak 2021.
Menurutnya, pengeluaran paling banyak masih untuk membayar cicilan tempat tinggal dan kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Pengeluaran terbesar berikutnya yang harus ia tanggung adalah biaya pendidikan anak (tirto.id, 7-08-2025).
Tentunya masih banyak lagi kasus lain yang menimpa rakyat Indonesia dalam masalah ekonomi. Banyak yang merasa susah kaya dan rentan miskin karena tabungan pun lama-lama habis. Penghasilan tidak ada kenaikan, tetapi biaya hidup serba mahal dan terus-menerus naik sehingga tidak dapat mencukupi, bahkan harus mengambil dari tabungan.
Itu keluhan dari orang kelas menengah, apalagi bagi rakyat miskin yang setiap harinya harus pontang-panting hanya untuk sekadar memenuhi kebutuhan isi perut. Padahal, sumber daya alam di negeri ini sangat melimpah. Seharusnya rakyat hidup dengan sejahtera, bukan malah sebaliknya: rakyat makin menjerit dengan sulitnya lapangan pekerjaan dan mahalnya bahan pokok.
Dari sini jelas bahwa peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia diliputi ironi, karena masih banyak persoalan di berbagai bidang kehidupan yang belum terselesaikan. Meski Indonesia sudah merdeka dari penjajahan fisik, sejatinya Indonesia masih terjajah secara pemikiran. Terbukti dengan adanya penanaman berbagai pemikiran rusak seperti Islam moderat, deradikalisasi, dialog antaragama, dan lainnya. Semua itu mengakibatkan rakyat jauh dari pemikiran Islam sehingga sulit untuk berpikir sahih.
Makna Kemerdekaan dalam Islam
Dalam Islam, rakyat benar-benar akan merasa merdeka jika dapat terlepas dari penghambaan kepada sesama makhluk. Bebas pula dari tekanan pemikiran dan ideologi buatan manusia. Kondisi saat ini merupakan akibat penerapan Sistem Sekuler Kapitalisme yang tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat, tetapi justru melayani kepentingan kapitalis. Akibatnya, para pemilik modal makin kaya, sedangkan rakyat makin miskin. Maka jelas, sejatinya Indonesia pada saat ini belum merdeka secara hakiki.
Sistem Islam sebagai Solusi Kemerdekaan Hakiki
Penerapan Islam secara kafah (menyeluruh) adalah solusi hakiki saat ini. Negara akan mampu menyejahterakan rakyat dengan mengelola harta kepemilikan umum dan membagikan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Kaum muslim itu berserikat dalam tiga perkara yaitu air, api, dan padang rumput.” (HR Abu Dawud dan Ahmad). Karena itu, kepemilikan umum tidak boleh dikuasai oleh individu maupun kelompok.
Dalam Islam, kepemilikan dibagi menjadi tiga jenis: kepemilikan pribadi, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. Semuanya sudah ada aturannya masing-masing, baik cara meraihnya maupun cara pengalokasiannya.
Negara Islam (Khilafah) akan menjamin kebutuhan pokok rakyat seperti sandang, pangan, papan, keamanan, pendidikan, dan kesehatan secara murah bahkan gratis. Kepemimpinan dalam Islam adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Dengan demikian, seorang pemimpin dalam Islam wajib menerapkan syariat Allah sehingga benar-benar maksimal dalam ri‘ayah (mengurusi) umatnya karena takut tergelincir ke dalam api neraka jika zalim terhadap rakyatnya.
Negara akan menyediakan lapangan pekerjaan bagi para kepala rumah tangga, membagikan tanah bagi yang mau mengelola atau menghidupkan tanah mati, serta memberikan santunan kepada anak yatim dan fakir miskin dari kas Baitulmal sehingga rakyat dapat hidup sejahtera dan tindak kejahatan dapat diminimalisasi. Tidak seperti Sistem Sekuler Kapitalisme saat ini, tulang rusuk pun (perempuan) harus ikut terjun menjadi tulang punggung demi membantu perekonomian keluarga.
Ketika rakyat sudah merasa sejahtera dalam segala bidang, terutama pemenuhan kebutuhan pokok, maka rakyat bisa dipastikan hidup damai. Intinya, kemerdekaan yang hakiki adalah penghambaan diri hanya kepada Sang Pencipta. Manusia hanyalah makhluk yang harus tunduk terhadap segala aturan yang diturunkan oleh Allah Swt.
Oleh karena itu, untuk mencapai kemerdekaan sejati diperlukan upaya perubahan yang benar-benar mendasar, yakni bergabung dengan jemaah dakwah Islam ideologis untuk melakukan amar makruf. Umat perlu disadarkan bahwa keberadaan Sistem Kapitalisme adalah sistem buatan manusia yang tidak layak diterapkan di muka bumi, karena hanya sistem Islam-lah yang mampu menyejahterakan rakyatnya dalam bingkai Khilafah.
Wallahualam bissawab. [ry]
Baca juga:
0 Comments: