Headlines
Loading...
Kelaparan Sistemik, Cara Baru Genosida

Kelaparan Sistemik, Cara Baru Genosida

Oleh. Bunda Erma
(Aktivis Bela Palestina)

SSCQMedia.Com—Penderitaan dan kelaparan rakyat di Gaza makin menyedihkan. Tsunami kelaparan telah terjadi di Gaza, khususnya anak-anak, mereka banyak yang meninggal dunia bukan karena ledakan bom atau karena penyakit menular. Satu dari lima penduduk Gaza mengalami kelaparan. Blokade total yang dilakukan zion*s terhadap masuknya bantuan kemanusiaan dan barang penting lain memperparah penderitaan penduduk Gaza.

Bukan hanya memblokir, puluhan ribu paket bantuan berisi makanan dan obat-obatan juga dihancurkan oleh militer zion*s, padahal sangat dibutuhkan warga Gaza yang kelaparan. Kini warga Gaza hanya bergantung pada pembagian bantuan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang dibentuk Amerika dan zion*s yang kontroversial.

Biadabnya, lebih dari 1.000 warga Palestina kini telah dibunuh oleh militer zion*s saat mencoba mendapatkan makanan di Gaza sejak lembaga kemanusiaan beroperasi pada 27 Mei 2025 (news.detik.com, 23/7/2025).

Lebih dari 2,3 juta penduduk Gaza kini berada diambang kehancuran akibat perang, blokade, dan kebijakan kelaparan yang disengaja selama lebih dari 21 bulan.

Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, 122 orang sebagian besar anak-anak telah meninggal dunia akibat kelaparan. Data terbaru menunjukkan 11,5 persen anak-anak mengalami malnutrisi akut, sebuah angka yang sangat mengkhawatirkan menurut standar kesehatan global (tempo.co, 26/7/2025).

Saat ini, badan-badan bantuan tidak bisa menjalankan tugasnya secara bebas. Kesengajaan membiarkan lelaparan yang melanda warga Gaza merupakan tindakan genosida, biadab, dan tidak manusiawi.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa kekejaman terus dilakukan oleh zion*s Yahudi terhadap rakyat Palestina mendapatkan dukungan penuh dari AS melalui vetonya di Dewan Keamanan PBB. Serta sikap diam dan tidak berdayanya lembaga-lembaga internasional seperti PBB yang semakin meunjukkan kemundurannya.

Hal ini menjadi bukti nyata bahwa kezaliman ini tidak bisa dihadapi hanya dengan kecaman retoris, doa, dan bantuan kemanusiaan semata. Sementara di sisi lain, para pemimpin di negeri-negeri muslim tetap bungkam, mati rasa, dan abai terhadap seruan Allah dan Rasul-Nya untuk membela saudara seiman mereka yang tertindas.

Propaganda Barat telah nyata berhasil melemahkan umat Islam secara ideologis dan menjauhkan mereka dari potensi kekuatan sejatinya. Padahal, dalam realitas sejarah umat Islam telah terbukti memiliki kekuatan yang nyata. Kekuatan itu bersumber dari akidah Islam yang kokoh. Akidah inilah yang dahulu menjadikan umat Islam sebagai pilar kejayaan dan mampu membentuk negara adidaya, yakni Khilafah.

Melihat kondisi hari ini yang semakin nyata brutal kejahatannya, di mana penjajahan atas Palestina terus berlangsung tanpa henti. Umat Islam seharusnya menjadikan momentum ini sebagai titik balik untuk bangkit dari keterpurukan.

Umat harus menyadari, bahwa solusi hakiki buat Palestina bukanlah diplomasi semu yang selama ini terbukti gagal menghentikan kezaliman dan penindasan. Kegagalan ini tak lepas dari kenyataan, bahwa dunia hari ini diatur oleh sistem global berbasis ideologi kapitalisme, yang menjadikan keuntungan materi dan kepentingan politik sebagai tolok ukur utama. Selama dunia masih tunduk pada hegemoni kapitalisme, penderitaan umat Islam termasuk di Palestina akan terus dibiarkan.

Oleh karena itu, umat Islam harus keluar dari ilusi sistem buatan manusia ini dan kembali kepada Islam secara kafah sebagai satu-satunya ideologi yang mampu mewujudkan keadilan.

Solusi nyata adalah jih4d yang dipimpin oleh institusi politik Islam, yaitu Khilafah. Hanya Khilafah yang mampu membebaskan bumi Palestina dan menjaga kehormatan umat dari kezaliman yang terus berlangsung.

Jemaah dakwah ideologis harus terus berada di garda terdepan dalam memimpin umat menuju kebangkitan sejati, yaitu untuk mengembalikan kemuliaan Islam yang hanya akan terwujud ketika Khilafah tegak kembali. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam metode dakwah beliau. Oleh karena itu kebangkitan pemikiran umat harus terus diupayakan, agar umat Islam mampu keluar dari jeratan pemikiran sekuler dan ikut berjuang secara sadar, terarah dan istikamah bersama jemaah dakwah.

Untuk mewujudkan hal tersebut, para pengemban dakwah harus selalu meningkatkan kapasitas diri baik dalam keterampilan berkomunikasi dengan umat, melalui penyampaian pemikiran yang menggugah dan menyentuh perasaan, maupun dalam meningkatkan keyakinan dan keistikamahan dalam perjuangan. Selain itu terus mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala sehingga layak mendapatkan pertolongan-Nya. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: