Headlines
Loading...

Oleh. Ummi Fatih
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Mengapa kekuatan dan semangat juang rakyat Palestina tetap menyala di tengah penderitaan yang luar biasa, padahal gizi buruk terus meningkat, dan setiap hari mereka harus bertahan hidup di bawah bayang-bayang serangan perang yang merenggut akses terhadap makanan dan kebutuhan dasar? Bagaimana mungkin tubuh yang lemah karena lapar masih mampu berdiri melawan penjajahan?

Dilansir Tribunnews.com (26 Juli 2025), melalui saluran YouTube diberitakan bahwa pasukan Zionis Israel sangat ketakutan dan tercengang menghadapi pasukan Palestina. Sebab, meskipun aksi genosida dan pembantaian yang mereka lakukan membuat kehidupan rakyat Palestina sangat sulit, kekuatan Palestina justru masih bisa dikatakan meningkat.

Maka, kekuatan luar biasa yang kerap terdengar di tanah Palestina, ketika mereka menghadapi gempuran kekuatan Israel yang begitu besar, tak lain merupakan bentuk pertolongan Allah Swt. untuk menghancurkan Bani Israel yang dimurkai-Nya. Dalam Al-Qur’an pun Allah telah berulang kali menyatakan akan menghancurkan mereka, di antaranya dalam surat Al-Isra ayat 7:

إِنۡ أَحۡسَنتُمۡ أَحۡسَنتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡۖ وَإِنۡ أَسَأۡتُمۡ فَلَهَاۚ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ ٱلۡأٓخِرَةِ لِيَسُئُواْ وُجُوهَكُمۡ وَلِيَدۡخُلُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةࣲ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوۡاْ تَتۡبِيرًا

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menghinakan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Al-Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali, dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai.” (TQS. Al-Isra: 7)

Namun, jika kita sebagai saudara seiman hanya merasa lega dan bahagia akan hal tersebut tanpa memberikan langkah nyata untuk menolong mereka, tidakkah itu menjadi tamparan iman yang kelak harus kita pertanggungjawabkan? Rasulullah saw. telah mengingatkan dalam sebuah hadis:

“Barang siapa yang di sisinya ada seorang mukmin yang dihinakan, tetapi ia tidak mau menolongnya padahal ia mampu menolongnya, maka Allah akan menghinakan dia di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat kelak.” (HR. Ahmad)

Sebaliknya, ketika kita merasa telah menolong melalui uluran dana sosial bagi Palestina, pada kenyataannya dana itu sering kali sulit tersampaikan. Serangan bom setiap hari membuat berbagai bantuan sosial hangus terbakar. Bahkan blokade jalur menuju Palestina merupakan bentuk pengisolasian dari berbagai sisi: sosial, kesehatan, hingga kebutuhan pokok yang ditahan agar tidak masuk.

Dari MetroTV.com (25 Juli 2025) juga diinformasikan bahwa blokade jalur Gaza yang dilakukan Mesir dan Israel membuat anak-anak mengalami malnutrisi parah. Peningkatan beban tenaga medis dalam melayani rakyat pun menyebabkan mereka ikut mengalami gizi buruk.

Selain itu, apabila doa yang rajin kita panjatkan setiap hari untuk Palestina dianggap sebagai bentuk pertolongan, maka hal itu juga belum cukup. Benar, doa adalah senjata tajam sebagaimana hadis riwayat Imam Al-Hakim, tetapi doa harus bersanding dengan amal perbuatan. Jika kita hanya berdoa tanpa usaha, seakan kita sedang menyuruh Allah Swt. mengabulkan doa tanpa bukti ketaatan kita menjalankan perintah-Nya.

Bukankah itu bentuk kesombongan? Menyuruh Sang Maha Kuasa, tetapi enggan tunduk pada-Nya. Padahal Allah telah berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (TQS. Ar-Ra‘d: 11)

Kesimpulannya, sedekah dan doa saja belum cukup untuk menolong Palestina yang dijajah militer Zionis Israel. Dibutuhkan pula pertolongan yang sebanding di bidang militer melalui otoritas kenegaraan Islam, yakni Khilafah.

Sayangnya, Khilafah saat ini belum berdiri. Negeri-negeri Islam justru lebih memilih mundur tanpa empati, enggan mengirimkan pasukan jihad pemberani. Maka muncul pertanyaan: apa yang harus kita lakukan?

Hal pertama yang seharusnya kita lakukan adalah dakwah kepada umat Islam agar mereka mengenal kembali khilafah yang telah ditegakkan Rasulullah saw. Beliau adalah kepala negara pertama dalam sejarah khilafah yang berhasil menyatukan kaum muslim dari Bani Aus dan Khazraj yang sebelumnya selalu berselisih. Dari persatuan itu, umat Islam berani menghadapi serangan besar Bani Quraisy hingga meraih kemenangan besar Fathul Makkah, yang menandai berakhirnya kebiadaban jahiliah.

Intinya, berdakwah tentang Khilafah adalah bentuk pertolongan besar bagi Palestina, meski kita tidak langsung hadir di sana. Bahkan, dengan dakwah itu, kita bisa diganjar pahala mulia oleh Allah Swt. karena jerih payah dalam menyatukan umat agar sadar mendirikan Khilafah. Khilafah inilah yang kelak akan menghentikan kemungkaran dan menggantinya dengan kedamaian penuh keberkahan.

Sebagaimana firman Allah:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‘ruf, dan mencegah dari yang mungkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (TQS. Ali Imran: 104)

Wallahu a‘lam bish-shawab. [ry]


Baca juga:

0 Comments: