Headlines
Loading...
Genosida Gaza: Saatnya Umat Islam Menjawab Panggilan Sejarah

Genosida Gaza: Saatnya Umat Islam Menjawab Panggilan Sejarah

Oleh. Aqila Fahru
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Konflik di Jalur Gaza bukan lagi sekadar perang, melainkan tragedi kemanusiaan yang telah berubah menjadi genosida sistematis. Sejak 7 Oktober 2023 hingga Agustus 2025, lebih dari 60.000 warga Palestina tewas dan 150.000 lainnya terluka. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Dalam 24 jam terakhir saja, 113 orang tewas, termasuk mereka yang sedang mengantre bantuan kemanusiaan (Metrotvnews.com, 16/06/2025).

Kelaparan telah menjadi senjata genosida. Blokade total Israel terhadap makanan, air, dan obat-obatan menyebabkan 212 warga Palestina meninggal karena malnutrisi, termasuk 98 anak. Laporan IPC dan WHO menyebut bahwa 495.000 warga Gaza kini berada dalam fase kelaparan ekstrem, dan 92% balita usia 6 bulan hingga 2 tahun mengalami kekurangan gizi. Bahkan bayi seperti Zainab Abu Haleeb meninggal karena tidak mendapat susu formula khusus yang dibutuhkan tubuhnya (Viva.co.id, 10/08/2025).

Serangan Israel juga menyasar jurnalis. Lebih dari 230 jurnalis tewas, termasuk Anas Al-Sharif dari Al Jazeera yang dibunuh dalam serangan udara di depan Rumah Sakit Al-Shifa. Serangan terhadap jurnalis adalah upaya membungkam saksi mata genosida dan mengubur bukti kejahatan genosida yang dilakukan oleh zionis terhadap Palestina (Jurnas.com, 12/08/2025).

Namun, yang lebih menyakitkan adalah sikap sebagian negara Arab dan muslim. Untuk pertama kalinya, Arab Saudi, Qatar, dan Mesir secara resmi mendesak Hamas untuk melucuti senjata dan menyerahkan kendali Gaza kepada Otoritas Palestina. Bahkan Mesir menekan Imam Besar Al-Azhar untuk mencabut pernyataannya tentang zionisme. Di saat dunia mulai mengakui Palestina sebagai negara merdeka, para penguasa muslim justru memilih diam atau tunduk pada tekanan politik global.

Sikap ini mencerminkan krisis ukhuwah islamiah. Para pemimpin muslim seolah buta dan tuli terhadap penderitaan saudara seiman mereka. Ikatan iman yang seharusnya menjadi landasan solidaritas telah dikalahkan oleh kepentingan duniawi. Padahal, Allah telah menegaskan bahwa umat Islam adalah umat terbaik (QS. Ali Imran [3]: 110), dan janji-Nya tentang kemuliaan umat akan terwujud (QS. An-Nur [24]: 55), sebagaimana telah dibuktikan oleh perjuangan Rasulullah saw., para sahabat, dan para khalifah sepanjang sejarah peradaban Islam.

Kini, saat borok zionisme terbuka lebar dan dunia mulai mengakui hak Palestina, umat Islam harus memanfaatkan momentum ini untuk membangkitkan kesadaran kolektif. Kemuliaan umat tidak akan terwujud tanpa perjuangan. Diperlukan kepemimpinan ideologis yang tulus, yang menapaki jalan dakwah Rasulullah saw. secara kafah, serta menyerukan jihad sebagai solusi hakiki untuk pembebasan Palestina.

Kisah Khalifah Al-Mu’tasim dan ketegasan Sultan Abdul Hamid II adalah potret pemimpin yang menjaga kehormatan Islam dan membela umatnya. Maka, kebangkitan umat harus dimulai dari pembangunan kesadaran akan janji Allah, serta dorongan untuk mewujudkannya melalui jamaah dakwah yang konsisten dan berani.

Dengan rahmat Allah, perjuangan ini akan membuahkan hasil selama tetap berada di atas thariqah kenabian. Genosida Gaza bukan hanya tragedi kemanusiaan, melainkan panggilan sejarah bagi umat Islam untuk bangkit, bersatu, dan memperjuangkan kembali kemuliaan Islam. [An]


Baca juga:

0 Comments: