Oleh: Nursih Ummu Sayyid
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Alhamdulillah, hari ini memasuki hari kedua saya menulis secara istikamah tentang SSCQ. Jujur, sebenarnya saya sempat bingung mau mulai dari mana. Ide yang tak kunjung muncul seolah membeku seperti es di Kutub Utara—efek terlalu lama “hibernasi” dari dunia kepenulisan. Ditambah lagi, hari ini terasa begitu melelahkan, entah karena anak-anak libur sekolah atau sebab lainnya. Seakan tubuh menuntut haknya untuk beristirahat.
Saat membaca sepintas tulisan teman-teman, saya terkesan karena mereka masih ingat siapa saja yang mengajak mereka bergabung ke komunitas SSCQ. Bahkan, ada yang masih mengingat kelompoknya dan siapa guru tahsinnya kala itu. Saya pun mencoba mencari apakah riwayat chat WA saya saat bergabung dulu masih tersimpan. Sayangnya, tidak ada lagi yang tersisa, kecuali setoran kuis perdana saya—mencari ayat Al-Qur’an—yang dikirimkan kepada Bunda Lilik.
Saya teringat bahwa momen itu terjadi menjelang Ramadan. Sebelumnya, saya pernah ikut komunitas menulis dan cukup aktif di media sosial, khususnya Facebook. Suatu hari, muncullah di beranda saya informasi tentang challenge ODOJ plus terjemahan yang diberi nama “Challenge Mukena” oleh Bunda Lilik Yani.
Ternyata, fenomena yang sekarang dikenal dengan istilah FOMO (fear of missing out) juga saya alami waktu itu. Apa yang dibagikan teman-teman di dunia menulis, saya ikuti pula—meski tidak semuanya, hanya sebagian. Setidaknya, hal itu membuat saya terlibat dalam aktivitas yang membawa kebaikan bagi diri sendiri maupun umat. Bahkan, di tengah kondisi pandemi, kami tetap bisa menebar manfaat di dunia maya, salah satunya dengan menulis untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia.
Seperti kata Sayyid Qutb, “Satu peluru hanya mampu menembus satu kepala, tetapi satu tulisan mampu menembus jutaan kepala.” Masyaallah, dengan niat kuat agar Ramadan lebih berwarna dan penuh berkah, saya memutuskan untuk ikut challenge ODOJ yang kedua. Saya menghubungi nomor WA yang tertera, dan ternyata nomor itu sudah saya simpan dengan nama “Tamyiz”—rupanya milik Bunda Lilik. Dulu saya memanggil beliau dengan sebutan “Mbak”. Setelah bergabung dengan SSCQ dan mengikuti Kajol perdana via Zoom, saya mulai memanggil beliau dengan sapaan “Bunda”.
Ternyata, saya sudah menyimpan nomor Bunda Lilik sejak mengikuti kelas Tamyiz Online sekitar tahun 2018, ketika saya merantau di Kota Daeng menemani suami yang sedang menempuh studi. Karena aktivitas di luar rumah terbatas, saya banyak mengikuti kelas daring untuk menambah tsaqafah dan ilmu alat, baik kelas menulis maupun bahasa Arab, termasuk kelas Tamyiz yang fokus menerjemahkan Al-Qur’an kata per kata.
Di kelas Tamyiz, saya ingat pernah bertukar tugas dan menyetorkan rumus melalui voice note kepada pasangan belajar. Saya pun pernah berpasangan dengan Bunda Lilik. Sampai kini beliau masih mengingat hal itu, terutama saat kami bertemu dalam kopdar di Puncak beberapa waktu lalu. Beliau berkata, “Kita pernah sama-sama belajar di Tamyiz Online.” Mungkin karena di ponsel beliau nomor saya tersimpan dengan kata “Tamyiz”, sehingga memudahkan untuk mengenang kembali.
Memang dunia itu kecil. Ada pepatah, “Dunia tak selebar daun kelor.” Lama tak bersua, ternyata kami dipertemukan kembali dalam satu komunitas. Jujur, berjemaah itu indah, apalagi jika di dalamnya ada aktivitas amar makruf nahi mungkar. Bukan sekadar eksistensi, tetapi seberapa besar manfaat yang bisa diberikan untuk umat. Itulah yang akhirnya membuat saya mantap kembali bergabung dengan SSCQ setelah lama vakum.
Allah Swt. berfirman:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Terima kasih kepada Bunda Lilik Yani yang melalui pesan WhatsApp-nya mengajak saya kembali beristikamah memperbaiki diri, meningkatkan ibadah dengan ODOJ plus, serta terdorong berdakwah, khususnya lewat tulisan. Di era digital ini, penyebaran ilmu dan nilai Islam memang harus semakin masif demi mencerdaskan umat dan menjangkau seluruh penjuru dunia.
Barakallahu fii umrik.
Bogor, 2 Agustus 2025 [An]
Baca juga:

0 Comments: