Headlines
Loading...

Oleh. Neni Arini
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Siapa yang tak ingin masuk surga? Semua hamba Allah berharap akhir hidupnya bermuara di sana. Tempat yang sangat indah dengan berbagai kenikmatan, dan menjadi ujung dari perjalanan hidup manusia.

Tetapi sejatinya hidup adalah panggung ujian, tempat di mana manusia berada di antara takdir yang telah tergariskan. Ada saatnya kebahagiaan menyapa, menghadirkan tawa dan kehangatan yang meresap hingga ke dasar hati. Namun, ada pula saat di mana langit terasa begitu kelam, langkah terasa berat, dan harapan seakan menjadi kabut yang enggan sirna. 

Di situlah, manusia berdiri di persimpangan, antara bertahan atau menyerah, antara meratap atau mencari solusi,  antara tenggelam dalam kepedihan atau menemukan kekuatan untuk bangkit.

Tidak ada manusia yang terlepas dari yang namanya ujian. Mungkin kita pernah merasakan detik-detik dimana hati seakan remuk, napas terasa sesak, dan dunia seolah menyempit dalam genggaman takdir yang tak bisa ditolak. Ada luka yang tak kasatmata, tetapi pedihnya lebih dalam dari sayatan belati. Ada duka yang tak bersuara, tetapi getarnya meruntuhkan ketegaran. Ada kelelahan yang tak terucap, tetapi mengguncang jiwa hingga nyaris rebah. Inilah dunia. Tempat yang sering membuat kita terlena sehingga lupa diri.

Di saat ini, kita sangat merasakan kesempitan hidup. Semua berjuang dalam menghadapi hidup yang tak baik-baik saja. Kadang batin terasa lelah, seolah-olah mengiris harapan. Kebahagiaan seperti sirna, sehingga yang dirasakan adalah kepenatan, keresahan yang tak berkesudahan.

Namun, Islam tidak membiarkan manusia terperangkap dalam kesedihan yang berkepanjangan. Islam adalah agama yang menawarkan kehangatan dalam dinginnya kesepian, ketenangan dalam riuhnya kegelisahan, dan harapan dalam pekatnya keputusasaan. 

Islam menghadirkan dua kunci utama yang mampu menenangkan jiwa dan menguatkan hati yaitu sabar dan syukur. Inilah dua sayap untuk menuju ketenangan jiwa.

Sabar menjadi pilar keteguhan di tengah Badai. Bersabar bukan berarti kita lemah dan tak berdaya. Sabar itu adalah menerima apa yang Allah tetapkan, tetap teguh di tengah badai, dan selalu yakin akan ada hikmah atas takdir yang diberi. Di balik air mata kepedihan pasti Allah akan memberikan cahaya indah di ujung jalannya.

Allah berfirman dalam surat Al Anfal ayat 46 yang artinya, 
"Dan bersabarlah! Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.

Sabar adalah nafas panjang dalam menghadapi kenyataan yang tak selalu sesuai harapan. Tidak sekadar bertahan, tetapi juga keyakinan bahwa setiap kesulitan akan berakhir dan akan ada kemudahan, setiap luka akan sembuh, dan setiap malam yang gelap akan diikuti oleh fajar yang terang.

Kehidupan di dunia hanyalah sebuah persinggahan yang singkat dan sementara. Dan dunia adalah tempat ujian sebagai cara Allah untuk menguji hambanya.

Bagi manusia yang beriman, sabar akan menjadikannya ladang pahala. Sujudnya akan lebih panjang, tak henti-henti doa lirihnya  terucap, dan sabarlah  menjadi jembatan yang bagi  dirinya menghubungkan diri dengan Rabb-nya. 

Jika sabar adalah benteng keteguhan dan ketahanan maka syukur ibarat mata air yang menyegarkan. Syukur bukan hanya tentang menerima nikmat, tetapi dapat melihat cahaya di tengah kegelapan, menemukan dan  memahami bahwa setiap detik kehidupan adalah anugerah yang tak ternilai.

Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7 yang artinya, "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu’.

Syukur tidak hanya dijadikan sebagai ungkapan lisan yang mudah diucapkan. Tetapi bagaimana cara pandang kita akan hidup yang kita miliki, sehingga dalam keadaan sempit pun selalu terucap rasa syukur itu. Doa-doa pun tak pernah hilang dari jiwanya.

Bersyukur, bukan berarti kita tak pernah mengalami kesedihan. Tetapi menjadikan garis takdirnya itulah yang terbaik dari Allah, sehingga bisa menemukan hikmah hidup.

Orang yang senantiasa bersyukur hatinya selalu merasa tenang meski badai menerjang, karena jiwa yang bersyukur selalu menemukan cara untuk melihat keindahan dalam setiap kepingan takdir.

Manusia hidup memang membutuhkan sabar dan syukur agar bisa hidup secara seimbang. Jika sabar adalah cara menghadapi kesulitan dengan keteguhan, maka syukur adalah cara merayakan kehidupan dengan penuh penerimaan.

Tanpa sabar, manusia akan mudah rapuh dalam menghadapi ujian. Tanpa syukur, manusia akan terus merasa kurang dan kehilangan makna kebahagiaan. 
Dalam sabar, kita menemukan kekuatan. Dalam syukur, kita menemukan ketenangan.

Hidup yang kita miliki ini terlalu singkat untuk kita jalani  dalam sebuah ratapan. Jadikan hati lapang, penuh keikhlasan dalam menerima takdir apapun. Yakinlah bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan hambanya.

Perjalanan hidup adalah sebuah kisah kebahagiaan dan kesedihan. Disinilah kita belajar bahwa hidup  bukan hanya belajar bertahan, tetapi juga memahami, mengapa Allah menguji kita dengan kehilangan, mengapa kebahagiaan kadang terasa begitu jauh, dan mengapa luka sering kali datang tanpa aba-aba.

Yakinlah bahwa tidak ada kepedihan yang abadi, tidak ada luka yang tak tersembuhkan, tidak ada malam yang tak berujung pada fajar. 
Tugas kita adalah menerima takdir dengan hati yang rida, berikhtiar menjadi hamba yang dicintai-Nya. Semoga sabar dan syukur yang dimiliki diri bisa menjadi wasilah dalam menjemput surgaNya Allah ... Aamiin. [ry].

Baca juga:

0 Comments: