Oleh. Erna Kartika Dewi
(Kontributor SSCQMedia.com)
SSCQMedia.com — Berbicara tentang Komunitas Sahabat Surga Cinta Qur’an (SSCQ), pikiranku selalu tertuju pada satu nama, satu sosok istimewa yang menjadi jalan hidayah Allah bagiku. Beliau adalah tetehku tercinta, Bunda Neni Arini. Namanya seakan terpatri dalam tiap perjalanan langkahku di komunitas ini. Ia bukan hanya sekadar kakak kandung, tetapi juga pelita yang senantiasa menuntunku ke jalan penuh cahaya.
Tak pernah ia memaksaku, tak pula menyuruh dengan keras. Ia memilih jalan cinta dan kelembutan.
Teteh tahu persis siapa aku. Karakterku yang manja, egois, mudah lelah, dan sensitif tak bisa dipaksa.
Namun, tak sekalipun ia menyerah. Dalam setiap ucapannya selalu terselip kasih sayang dan harapan agar aku ikut bersamanya menapaki jalan kebaikan.
Aku ingat betul, siang itu selepas mengajar, Teteh berkata padaku dengan penuh semangat:
“Nda, aku barusan gabung di SSCQ. Diajak Teh Novi.
Yuk, ikut juga…”
Aku tertawa kecil lalu menjawab ragu:
“Hmm… emangnya ngapain aja di SSCQ?
Kayaknya aku nggak bisa deh, takut nggak sanggup.
Di sana pasti banyak orang hebat, pintar-pintar. Aku mah apa atuh, nanti malah jadi beban, apalagi aku sering sakit. Gak pede, Bu…”
Astaghfirullah…
Itulah reaksi pertamaku. Hatiku saat itu masih tertutup. Aku belum menyadari bahwa kesibukan dalam kebaikan justru bisa menjadi obat bagi sakit yang sering menderaku. Tapi Teteh… tidak sedikit pun menunjukkan kecewa.
Ia tetap menjalani perannya di SSCQ dengan istikamah. Tak jarang, Teteh pun meminta bantuanku ketika ada tugas di saat amanah lainnya harus segera diselesaikan.
Diam-diam, aku mulai mengamati. Dalam hati ada gejolak, namun belum cukup kuat untuk membuatku melangkah.
Hingga akhirnya, Allah kembali mengetuk pintu hatiku—kali ini lewat sebuah undangan Kajian Online (Kajol) yang disampaikan Teteh.
Yang membuatku tertarik saat itu adalah pematerinya yang sangat terkenal, yaitu Teh Peggy Melati Sukma (Teteh Khadijah).
Hatiku bergumam, “Masyaallah… ternyata SSCQ bisa menghadirkan sosok inspiratif seperti beliau.” Aku pun ikut hadir. Terpesona, tak hanya pada pematerinya, tetapi juga pada host acara, Teh Maya Rohmah, yang memandu acara dengan penuh semangat serta tutur bahasa yang sangat teratur dan menarik.
Namun tetap saja, niat untuk bergabung belum juga tumbuh.
Waktu terus berjalan, hingga Desember 2022, titik balik itu datang.
Aku jatuh sakit lagi untuk kesekian kalinya.
Yang kurasakan adalah lelah dan jenuh. Seolah semua energi hidupku menguap begitu saja.
Saat itu, Teteh kembali hadir, menggandeng tanganku dengan sabar dan berkata:
“Gabung SSCQ, yuk, Nda… biar hari-harinya nggak kerasa jenuh.
Gabung aja dulu di kelas setengah juz, biar nggak berat.
Entar pelajari tugas kurikulumnya pelan-pelan. Kalau belum paham, nggak apa-apa… amati saja dulu.
Insyaallah nanti paham.”
Aku terdiam. Ada rasa malu, haru, dan tertampar karena selama ini terlalu memikirkan keterbatasan diri hingga lupa bahwa Allah Mahamenyembuhkan dan Mahasegalanya.
Dengan sedikit ragu tapi juga harap, aku pun berkata, “Baiklah… aku gabung deh, Bu. Tolong masukin aku ke kelasnya, yaa.”
Dan di situlah titik terangku bermula.
Masyaallah, tabarakallah. Ternyata semuanya tidak seberat yang kubayangkan. Aku merasa disambut dengan cinta dan hangat oleh keluarga besar SSCQ. Perlahan, hatiku yang sempat beku mulai mencair. Aktivitas-aktivitas Qurani membuat hari-hariku kembali hidup. Rasa sakit yang dulu sering menjadi alasan kini perlahan menjauh, seakan tak betah tinggal di tubuh yang mulai dipenuhi cahaya Al-Qur’an.
Puncak kesadaran itu hadir saat mataku tertuju pada satu ayat yang membuatku terisak:
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.”
(QS Asy-Syu’ara: 80)
Air mataku pun mengalir. Hatiku menjerit dalam bisu. Ya Allah… selama ini aku lupa. Sakit ini bukan sesuatu yang menyiksaku, tapi sakit ini adalah bentuk kasih sayang-Mu.
Penggugur dosa-dosaku.
Sakit ini adalah panggilan-Mu agar aku kembali larut dalam kalam-kalam-Mu. Peringatan-Mu agar aku tak terlena dengan kehidupan dunia.
Kini aku tahu… Allah memberiku sakit bukan agar aku meratap, tetapi agar aku mendekat. Agar aku kembali. Agar aku tahu bahwa hanya dengan sibuk dalam kebaikan dan tilawah bersama ayat-ayat cinta-Nya, hati dan tubuh ini akan benar-benar pulih kembali.
Terima kasih, Ya Allah,
Karena tak membiarkanku terjatuh terlalu dalam.
Karena Engkau kirimkan seorang teteh yang tak lelah menggandeng tanganku menuju cahaya.
Dan kepada tetehku tersayang…
Terima kasih, telah menjadi wasilah jalan kebaikan untukku.
Terima kasih, telah menggiringku mengenal SSCQ yang kini menjadi rumah sekaligus keluarga baru untukku.
Terima kasih, telah menemaniku dalam gelap dan terang.
Semoga Allah menjadikan langkah dan semua upaya Teteh sebagai amal jariyah yang terus mengalir.
Semoga cinta dan kasih sayang kita sebagai saudara dalam iman, dalam dakwah, dan dalam ketaatan kepada Allah akan terus terjaga… hingga kelak kita bertemu kembali di taman surga-Nya.
Aamiin yaa Mujibassāilīn. []
Baca juga:

0 Comments: