Headlines
Loading...

Oleh: Zhiya Kelana
(Aktivis Muslimah Aceh)

SSCQMedia.Com — Masih ingatkah engkau tentang Gaza hari ini?
Ataukah engkau sudah lupa tentang mereka,
hingga engkau melewatkan semua video tentang mereka,
karena bosan melihat berita tentang mereka?

Sudahkah engkau ketuk hatimu hari ini?
Pernahkah engkau bertanya,
masihkah aku seorang manusia,
hingga melupakan saudara seakidahnya?

Bukankah Rasul mengatakan:
“Jika engkau bangun pagi tanpa memikirkan persoalan umat hari ini,
maka engkau bukan bagian dari umatku.”
Ah… jika aku tak diakui sebagai umatnya Nabi, lalu aku umat siapa?

Tidakkah engkau takut jika tidak diakui oleh Rasul sebagai umatnya?
Lalu, ke mana kita nanti di akhirat tanpa syafaatnya?
Dan tahukah engkau…
ketika warga Gaza menjerit, menangis, mengutukmu, dan berkata:
“Wahai Rasul, jangan engkau beri syafaat kepada mereka yang mengabaikan kami.”
“Wahai Rasul, lihatlah umatmu ini terbunuh, namun kaum muslimin diam saja.”

Di mana kaum muslimin hari ini?
Saat kami dihantam roket-roket Israel,
saat anak-anak kami terlelap dalam lapar yang berkepanjangan,
tertimpa reruntuhan bangunan,
dan terkapar mati berhari-hari.

Saat gelap gulita kala malam tiba,
kedinginan menyapa tubuh kami berselimut tipis,
mengancam dalam kematian yang bisu.
Jika tidak mati kedinginan dan kelaparan,
maka peluru Israel pasti menyasar tubuh kami.

Meski tercabik tubuh ini oleh rudal mereka,
darah dan daging mengelupas dari tubuh,
bukankah kami sudah menyiapkan diri untuk itu?
Karena kamilah para penjaga Al-Aqsa,
dan bukankah surga sudah menanti kami?

Ketika lapar menyapa tubuh,
hanya pakan ternak jadi solusi.
Kami satukan dengan gandum yang tersisa,
kami campurkan dedaunan liar,
hanya untuk mengenyangkan perut anak-anak kami.

Lalu, kali ini kami ikat perut kami,
seperti yang diajarkan Rasul,
untuk mengganjal perut yang mulai tak terkendali.

Wahai Rasul, kami dilaparkan oleh umatmu yang banyak seperti buih di lautan itu.
Kami bertarung nyawa demi sekarung gandum
yang bercampur darah anak dan suami kami.

Bukankah Rasul mengatakan:
“Janganlah kalian tidur jika masih ada saudaramu yang kelaparan.”
Bahkan seorang Umar bin Khattab rela memanggul sekarung gandum dan memasaknya
untuk salah satu masyarakat yang kelaparan.

Lalu… di manakah para pemimpin kaum muslimin,
yang ada dua miliar itu di seluruh dunia?
Apa yang sudah mereka lakukan untuk kami?
Apakah hanya menjadi penonton derita kami?
Yang hanya ikut menangisi derita kami?

Apakah sedemikian kuatnya ikatan nasionalisme itu,
hingga saudara muslim kami sedekat Mesir saja
membangun tembok berlapis tiga menghalangi kami,
menutup diri dan mengabaikan kami?

Apakah sedemikian takutnya mereka pada negeri adikuasa bernama Amerika,
hingga mereka tidak takut lagi pada keadilan Allah?
Tidakkah kalian takut pada suara jeritan anak Palestina yang mengatakan:
“Akan kuadukan kalian pada Allah”?
Dan seorang ayah memeluk anaknya yang tewas, berbisik:
“Pergilah, Nak… temui Rasulullah dan adukan semua kepada Allah tentang mereka.”

Dan seorang anak Palestina berumur tiga tahun berlari,
memanggil pilu tanpa ayah dan ibu:
“Wahai Allah… wahai Allah… wahai Allah.”
Tidakkah hatimu terketuk mendengarnya,
dalam perih yang menyayat,
memanggil Tuhannya meminta perlindungan dari kejamnya dunia ini?

Ah… ternyata umat muslim masih terlena dalam tidurnya.
Ah… ternyata hanya aku sendiri yang bersuara.
Ah… ternyata aku lupa,
kita belum hijrah dari sistem kufur menuju Islam kaffah.

Wahai Rasul, sungguh aku cinta padamu.
Namun ternyata cintaku palsu,
karena tak memikirkan umatmu.
Wahai Rasul, maafkanlah aku.
Terimalah selawat cinta dariku.


Baca juga:

0 Comments: