Headlines
Loading...
Cahaya Al-Qur'an, Seruan untuk Kebangkitan

Cahaya Al-Qur'an, Seruan untuk Kebangkitan

Oleh: Emniswati
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Di antara miliaran jiwa yang menghuni bumi, kita termasuk segelintir yang Allah pilih untuk memeluk cahaya Islam. Sebuah anugerah agung yang tak bisa dibeli dengan dunia dan seisinya. Bukan hanya sebagai agama ritual, Islam adalah jalan hidup—mengalir lembut dari bangun tidur hingga kita kembali terlelap, semuanya terbingkai dalam petunjuk Ilahi.

Segala aktivitas yang kita lakukan, dari yang terkecil hingga terbesar, telah Allah beri panduan melalui Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah. Tak satu langkah pun Allah biarkan tanpa petunjuk. Bahkan doa-doa yang menyertai setiap gerak kita bukanlah beban yang menyulitkan, melainkan pelindung yang menguatkan.

Al-Qur’an bukan hanya bacaan berpahala, tetapi juga cahaya yang membimbing dan petunjuk yang menerangi. Ia bukan hanya untuk dihafal, tetapi untuk ditadaburi, diamalkan, dan diwujudkan dalam kehidupan nyata. Ia bukan sekadar dipelajari, tetapi juga harus diajarkan. Inilah hak-hak Al-Qur’an atas diri kita: dipelajari, dibaca, direnungi, dihafal, diamalkan, dan disampaikan.

Kita adalah umat yang seharusnya tercelup sempurna oleh warna Al-Qur’an. Kehidupan kita khas—terlihat dari akhlak, perkataan, doa, dan adab. Bahkan tanpa bertanya, orang lain tahu: "Kita adalah Muslim." Inilah identitas sejati yang memancar, bukan sekadar dari lisan, tetapi dari seluruh sikap dan laku.

Saat tahun baru Islam 1447 H menyapa, kita telah bermuhasabah—menoleh ke belakang untuk menilai, dan menatap ke depan untuk melangkah. Kini, saatnya kita bertanya pada diri:
"Sudahkah Al-Qur’an benar-benar menjadi panduan hidup kita? Dan sudahkah kita mengajak keluarga serta sesama meniti jalan menuju-Nya?"

Surga Allah begitu luas. Jangan biarkan kita memasukinya sendirian. Ajaklah sebanyak mungkin saudara, sahabat, tetangga, dan kerabat untuk sama-sama melangkah menuju cahaya.

Kini, saatnya kita canangkan resolusi kebangkitan. Melalui momen spesial Challenge SSCQ ke-50 bertema “Hijrah Menuju Khairu Ummah”, mari kita bertanya dalam hati:
"Apa yang bisa aku lakukan agar Islam kembali menjadi rahmat dan pemimpin dunia?"

Jangan pernah lengah. Dunia terus bergerak, dan banyak kekuatan di luar sana berusaha memadamkan cahaya ini. Maka kita tak boleh terlena dalam kenyamanan, apalagi pasrah pada sistem yang tidak mendukung kebangkitan Islam. Kita tak bisa diam ketika sesama saudara merintih dan terluka. Kita adalah satu tubuh—satu sakit, semua merasakannya.

Mari kita ambil bagian, walau hanya sebutir pasir dalam bangunan perjuangan. Sebab setiap niat, langkah, dan suara kita bisa menjadi saksi di hadapan Allah kelak.

Berikut Empat Resolusi Kebangkitan Islam 1447 H, yang insyaAllah dapat kita wujudkan bersama:

1. Untuk Diri Sendiri: Berhias dengan Cahaya Al-Qur’an
Alhamdulillah, melalui SSCQ, diri ini semakin istikamah dalam tilawah. Tak hanya mengejar pahala, tetapi juga menjadikan Al-Qur’an sebagai terapi ruhani dan jasmani. Tilawah menjadi pelipur lara, penguat semangat, dan bekal menapaki jalan perjuangan.
Aku percaya, kemenangan Islam bukan hasil mimpi atau angan, melainkan buah dari perjuangan seperti yang ditempuh Rasulullah dan para sahabat. Maka, dengan segenap hati, aku niatkan untuk terus belajar, berdakwah, dan membina diri dalam jamaah dakwah yang terikat janji perjuangan—bukan hanya belajar untuk tahu, tetapi untuk hidup dalam cita dan misi Islam yang sempurna.

2. Untuk Keluarga: Membangun Surga dari Rumah
Setelah diri ini ditempa, kini saatnya mengajak keluarga menuju pemahaman Islam yang kaffah. Dalam dunia yang makin sekuler dan liberal, keluarga adalah benteng terakhir keimanan.
Sebagai ibu, aku berusaha menanamkan nilai Islam dalam pikiran dan perasaan anak-anak, menciptakan rumah yang tenang, teduh, dan bercahaya oleh dzikir dan tilawah.
Visi keluarga harus jelas: Bersama di dunia, berkumpul kembali di Surga Adn kelak. Maka setiap langkah, didikan, dan keputusan harus berorientasi pada ridha Allah dan keselamatan akhirat.

3. Untuk Umat: Menjadi Cahaya di Tengah Gelapnya Zaman
Setelah diri dan keluarga terbina, tibalah saatnya melangkah ke tengah masyarakat. Menyapa mereka, menggenggam hati mereka, dan mengajak kembali kepada cahaya Islam. Mengikuti jejak Rasulullah yang mengajak orang-orang terdekatnya, lalu membina para sahabat dalam halaqah-halaqah penuh cinta dan ilmu.
Memang tidak mudah. Di masyarakat, ada yang menerima, menolak, bahkan memusuhi. Namun inilah sunatullah dakwah: ada air mata, ada luka, tapi juga ada keberkahan. Kita tak bisa menyerah, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

4. Untuk Pemerintah: Menyuarakan Keadilan yang Hakiki
Ketika masyarakat sadar akan pentingnya hidup dalam naungan syariat, saatnya kita menyuarakan harapan itu kepada pemimpin. Agar kebijakan dan hukum berpijak pada keadilan Islam, bukan pada kepentingan duniawi yang sesaat.
Dakwah kepada penguasa bukan untuk menjatuhkan, tetapi untuk menyatukan visi: menjadikan negeri ini penuh rahmat dan keberkahan.

Menuju Cahaya yang Dijanjikan


Mari jadikan 1447 H sebagai titik balik menuju kebangkitan umat. Tak perlu menjadi sempurna untuk memulai. Cukup niat yang tulus dan langkah kecil yang terus dilanjutkan.

"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran: 104)

Mari bangkit bersama—untuk diri, untuk keluarga, untuk umat, dan untuk kejayaan Islam.

Allahu Akbar! [My]

Baca juga:

0 Comments: