Oleh: Ratty S. Leman
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Sejak 7 Oktober 2023, peristiwa Tufanul Aqsa terjadi. Hampir dua tahun sudah, pembantaian saudara-saudara kita di Gaza, Palestina, berlangsung. Mereka dibunuh secara massal, baik dengan senjata, bom, maupun granat. Rumah-rumah, sekolah-sekolah, rumah sakit, dan seluruh gedung dihancurkan hingga rata dengan tanah.
Bantuan makanan diblokade, tidak boleh masuk. Yang sudah masuk pun dirusak dan dibuang. Rakyat Gaza syahid karena senjata dan kelaparan massal. Aksi genosida dilakukan terus dengan berbagai cara. Dunia menyaksikannya dengan mata telanjang. Musuh Allah tidak malu lagi menampakkan kekejamannya. Mereka secara arogan berkata ingin meluluhlantakkan Gaza dan meratakan tanahnya hingga tidak ada lagi kehidupan di sana.
Jika Fir‘aun hanya membunuh bayi laki-laki, Zionis Yahudi laknatullah membunuh dan menghancurkan semuanya—manusia, hewan, tumbuhan, dan kehidupan di Gaza. Kurang kejam dan bengis seperti apa lagi? Semua cara sudah dicoba untuk memuaskan ambisi dan hawa nafsu mereka menguasai Baitul Maqdis, tanah para nabi, tanah suci, dan kiblat pertama kaum muslimin.
Saudara-saudara kita, kaum muslimin, tegak dan bersabar, berjuang di garis terdepan menjaga tanah suci ini. Lalu, ke mana kita yang seharusnya membantu mereka mempertahankan tanah khairiyah kaum muslimin sampai hari kiamat?
Ke mana pemimpin dan bangsa-bangsa Arab di sekitarnya? Mengapa pemimpin Mesir justru menutup pintu Rafah, sehingga bantuan pangan tidak bisa masuk ke Gaza? Ke mana pemimpin Yordania dan Turki, yang memperbolehkan Zionis memutus akses air ke Palestina? Ke mana Arab Saudi yang membiarkan negaranya menjadi pangkalan militer Zionis Yahudi laknatullah? Ke mana negara-negara Arab yang membiarkan wilayahnya dilewati rudal untuk menyerang Gaza?
Mengapa para pemimpin kaum muslimin justru berpihak kepada musuh? Mereka tega membantu musuh dan melihat saudaranya sendiri dibantai serta diluluhlantakkan. Mereka tidak peduli lagi karena menganggap ini bukan urusan mereka. Urusan mereka hanyalah melanggengkan kekuasaan tetap di tangan mereka serta memelihara konsep negara-bangsa buatan musuh.
Wahn telah menyerang pemikiran para pemimpin muslim. Cinta dunia dan takut mati telah menggerogoti mereka. Mereka rela melihat saudaranya menderita dan menemui kehancuran.
Pantas saja rakyat Palestina bertanya, “Di mana kaum muslimin? Umat Rasulullah yang dahulu dibanggakan karena jumlahnya, kini bagaikan buih di lautan. Tidak punya kekuatan.”
Ke mana kalian, wahai kaum muslimin, baik yang dekat di Timur Tengah maupun yang jauh di Timur Jauh, seperti di Indonesia? Apakah kalian akan tetap membiarkan musuh meluluhlantakkan Gaza, Palestina? Padahal, mereka adalah benteng terdepan penjaga akidah kaum muslimin sedunia.
Kezaliman di Gaza, Palestina, sudah di luar batas kemanusiaan. Sudah gila dan di luar nalar. Bahkan, orang-orang kafir di Barat pun terheran-heran. Mereka berdemo menolak kebijakan pemerintahnya. Mereka tidak sudi pajak yang mereka bayarkan dipakai untuk membantu Israel membantai kaum muslimin.
Mata dunia terbuka. Informasi yang mereka terima selama ini—yang memojokkan umat Islam—ternyata hanyalah kebohongan dan rekayasa. Ribuan nyawa penduduk Gaza yang syahid justru digantikan oleh orang-orang Barat yang mendapat hidayah. Mereka berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah.
Mereka yang rentan karena stres dan depresi akibat kehidupan yang serba materialistis dan liberal, kini tersadarkan. Gaza menderita karena kekejaman, pembunuhan, pembantaian, kelaparan, dan lainnya. Para ayah kehilangan keluarganya. Para ibu kehilangan anaknya, bahkan bayi yang dikandungnya. Anak-anak kehilangan orang tua. Orang tua kehilangan anak dan cucu. Cucu kehilangan kakek-neneknya.
Namun, mereka tetap tegar selama tidak kehilangan Allah di dada mereka. Orang-orang kafir pun heran, karena mereka sendiri bisa stres, depresi, bahkan bunuh diri hanya karena kehilangan pacar.
Sedangkan kaum muslimin Gaza kehilangan segalanya: rumah, harta, keluarga, bahkan nyawa. Namun, mereka ikhlas menjalaninya karena mengharap rida Allah. Mereka menyadari dan menerima takdir dilahirkan di Gaza, negeri Palestina. Itu adalah sebaik-baik takdir. Mereka adalah penduduk surga yang Allah titipkan sementara di dunia. Usia mereka jarang panjang, karena masih bayi dan anak-anak pun sudah dibunuh Zionis laknatullah.
Ini bukan peperangan, melainkan genosida. Sistem kapitalisme yang pengecut menampakkan wajah aslinya kepada dunia, tanpa malu. Penjajahan adalah cara mereka menguasai dunia dan menyebarkan pemikiran mereka. Wajah buruk kapitalisme tidak pantas disebut peradaban jika untuk berjaya harus menjajah bangsa lain.
Sungguh, hanya pertolongan Allah yang membuat mereka bertahan hidup. Bukankah makan dan minum adalah hajatul udwiyah yang wajib dipenuhi? Jika tidak, maka kematianlah yang menjemput. Tubuh kurus kering menahan lapar karena tidak ada makanan, bahkan mereka harus makan rumput dan pasir. Air pun jauh dari layak.
Allah menganugerahkan kekuatan sehingga sebagian umat Palestina masih bertahan hidup, meski tubuh mereka tinggal kulit dan tulang. Siapa yang sanggup menahan air mata melihatnya? Untuk alasan kemanusiaan saja, tanpa harus menjadi Muslim, hati manusia pasti akan tergerak untuk memberi pertolongan.
Sedangkan Zionis bengis, hatinya telah mati dipenuhi setan. Mereka memblokade bantuan makanan untuk menciptakan genosida gaya baru. Zionis mati rasa. Kecaman umat sedunia tidak mereka dengar.
Sikap terbaik apa yang bisa kita lakukan? Palestina terus memanggil, mencari saudaranya, umat muslim sedunia. Di mana umat Rasulullah?
Silakan antunna menjawab pertanyaan mereka. Dengan apa kalian akan menolong mereka? Sesungguhnya, kitalah yang ditolong oleh mereka. Mereka rela mengorbankan harta, jiwa, raga, demi menjaga kiblat pertama, Masjidil Aqsa, tanah kharajiyah kaum Muslimin.
Semoga tulisan ini bisa menjadi motivasi dan hikmah bagi kita semua. Semoga tulisan ini juga memiliki ruh yang menggetarkan jiwa-jiwa merdeka.
Penulis berpikir, entah dengan cara apa lagi pemimpin Islam mau bersatu agar memiliki kekuatan untuk mengalahkan Zionis bengis laknatullah. Sekaranglah saatnya membangun kesadaran akan pentingnya persatuan umat Islam di seluruh dunia, agar khilafah bisa ditegakkan dan jihad fii sabilillah bisa segera dilakukan. Kaum muslimin berjaya, ditakuti musuh, dan kembali terhormat.
Allahu Akbar! [US]
Baca juga:
0 Comments: